9 Graduation Ceremony

Lima bulan berlalu, Revan sudah menyelesaikan skripsinya begitupun dengan Ari karena Revan mahir dalam bidang informatika.

Dengan jangka waktu sebentar, dia mampu menyelesaikan skripsnya dan hasil penilaian penguji sidang skripsi ia adalah yang tertinggi.

Hari jumat yang cerah, Revan sudah siap pergi ke kampus sembari membawa baju wisudanya dan menuju garasi mobil.

Ia pun masuk dan mulai mengegas mobilnya, meluncur ke permukaan jalan menuju kampus.

Di tengah perjalanan, mobil Revan berhenti di pinggir jalan dan Revan meraba-raba saku jeansnya.

Ia pun mengotak-atik ponselnya, mencari kontak Lala dan menekan tombol hijau tanda memanggil kontak.

Lepaskanlah ikatanmu

Dengan aku biar kamu senang

Bila berat melupakan aku

Pelan-pelan saja

Nada kontak milik Lala bergetar, saat Lala ada di restoran ia pun bergegas mengambilnya dari saku, matanya tertuju ke layar LCD tertera my Romeo calling dan Lala segera menekan tombol hijau.

"Halo Beb lagi di mana?," tanya Revan.

"Aku lagi di resto Beb," jawab Lala singkat.

"Beb aku mau kamu, dateng ke kampus ngehadirin wisuda aku, terus klo mau ajak aja Nina," pinta Revan sembari menjelaskan.

"Yahudah, ntar aku ke sana sama Nina tapi by the way dimulai jam berapa Beb?," tanya Lala kemudian.

"Jam 9 yahudah, I love you full Beb," teriak Revan di seberang sana, sembari memutuskan obrolannya dengan Lala.

Revan pun kembali mengegas mercy creamnya, dan melaju dengan kecepatan maksimal menuju kampus.

Sementara Lala bersama Nina, menghampiri ruangan pak Heri sang pemilik restoran.

"Ada apa La?," tanya pak Heri pelan.

"Pak kami berdua minta izin, mau menghadiri wisuda Revan di kampus," jawab Lala menjelaskan pada pak Heri.

"Oh…mau menghadiri wisuda Revan, baik saya izinkan," ucap pak Heri sambil tersenyum pada kedua gadis itu.

Rumah mewah di pondok kopi begitu megah, seorang cewek cantik dan berpendidikan sedang terbaring di kasur pinknya dia bernama Fanny Anatasya.

"Duh…gue ga nyangka Revan sekarang lebih cool, ganteng yang pasti postur tubuhnya bidang, terus gue ngerasa ada yang beda di hati gue,"gumam Fanny dalam hati.

Dan ia pun bergegas menuruni anak tangga, berjalan menuju ruang tamu mencari di mana telpon rumahnya.

Setelah itu ia membuka buku telpon, serta mencari nomor telpon rumah Revan.

Fanny pun mengotak-atik telepon dengan jarinya, dan menempelkan gagang telepon ke telinganya.

"Halo, ini benar kediaman keluarga pak Akbar?," tanya Fanny ragu.

"Bener Non emang mau cari siapa?," jawab bi Marni pelan.

"Cari Revan Aditya," ucap Fanny singkat.

"Aduh Non maaf, den Revan udah pergi ke kampus ngehadirin acara wisudanya," ucap bi Marni menjelaskan.

"Saya boleh tau nama kampusnya?," tanya Fanny kemudian.

"Oh…nama kampus den Revan itu…UNJ," sambung bi Marni.

"Yahudah bi, makasih assalamualaikum," ucap Fanny, sembari menutup obrolannya dengan bi Marni.

Fanny pun bergegas menuju lantai dua rumahnya, dan masuk ke dalam kamar seraya mengganti pakaiannya, dengan jeans putih panjang dipadu dengan tangtop pink dengan rompi lepis putihnya.

Ia pun melangkah ke meja riasnya, memake-up wajahnya dengan pelembab olay, bedak, shadow, mascara serta blush on dan yang terakhir parfum casablanka pink disemprotkan ke pakaian serta lehernya.

Seusai berdandan Fanny memakai hight shoes putihnya, ia pun keluar dari kamar menuruni anak tangga menuju garasi yang ada di halaman rumahnya.

Dan masuk ke dalam mersedes pinknya, meluncur ke permukaan jalan menuju universitas negeri Jakarta.

Sementara Lala dan Nina masih di restoran menyelesaikan pekerjaannya, setengah jam berlalu akhirnya usai juga pekerjaannya.

Keduanya pun keluar dari restoran indah menuju parkiran, Lala duduk di jok depan sedangkan Nina di jok belakang motor beat merah Lala.

Dan acara wisuda Revan pun dimulai, dengan pemanggilan para mahsiswa dan mahasiswi serta sambutan dari rector dan acara lain yang dibuat oleh adik kelas Revan dalam wisuda.

"Duh…kok Juliet gue belum dateng juga sih," keluh Revan.

Satu jam berlalu, mobil mersedes pink milik Fanny sudah terpampang di area kampus.

Ia pun keluar dari mobilnya, dengan kacamata hitam gayanya dan melangkah memasuki kampus begitu anggun, semua mata tertuju padanya karena postur tubuhnya yang seksi, wajahnya yang cantik, serta penampilannya yang perfect.

Kebanyakkan dari kaum adam tak berkedip melihatnya, Fanny pun melangkah ke lift menuju lantai tiga tempat acara wisuda Revan.

Sementara Lala dan Nina, masih di perjalanan menuju kampus Revan, Fanny sudah sampai di lantai tiga dan menduduki kursi tamu yang disediakan.

Dan sekarang sudah di penghujung acara, pemanggilan wisudawan dan wisudawati dengan nilai tertinggi sampai terendah.

"Nilai tertinggi dinobatkan sebagai cumlaude, dari seluruh wisudawan dan wisudawati jatuh pada saudara Revan Aditya," ucap pembawa acara.

Dan Revan pun maju ke depan, serta rektor memberikannya penghargaan dan mendali di kalungkan ke lehernya, juga foto bersama rektor dan dosen-dosen setelah itu Revan duduk kembali.

Pembawa acara pun melanjutkan kembali sampai nilai terendah, Lala dan Nina sudah sampai di kampus mereka berdua melangkah ke lift menuju lantai tiga.

Beberapa menit berlalu, keduanya sampai di lantai tiga namun acara sepertinya sudah selesai.

"Hai Van…selamet yah, sekarang loe udah jadi sarjana," ucap Fanny, sambil menempelkan kedua pipinya ke pipi Revan.

Dan Revan hanya tersenyum tipis, dari kejauhan Lala melihat Revan bersama seorang gadis begitu mesra seraya matanya berkaca-kaca.

"La…," teriak Revan dari kejauhan sambil terseyum padanya.

"Nin lebih baik kita pergi aja dari sini," ucap Lala singkat.

"La kok balik sih…kan kita belum ketemu Ari sama Revan," ucap Nina heran.

"Udah loe ikut aja, apa kata gue," sambung Lala pelan sambil menarik paksa lengan Nina menuju lift.

"Sorry Fan, gue harus cabut dulu," pamit Revan sembari berlari mengejar Lala dan Nina tetapi pintu lift sudah tertutup, dan beberapa saat ari datang menghampri Revan.

"Van, tadi gue liat Lala sama Nina ke sini," ucap Ari.

"Gue tau Ri, tapi tiba-tiba mereka pergi…gue juga ga ngerti," ucap Revan bingung.

Ari pun menekan tombol lift, seketika terbuka mereka berdua masuk dan pintu lift tertutup seraya menuju lantai utama kampus.

"Siapa sih cewek itu, kayak Revan perduli banget sama dia," gerutu Fanny.

Sementara Lala dan Nina, sudah ada di parkiran.

"La loe jelasin dulu…apa alesan loe pergi dari lantai tiga?," tanya Nina kesal.

"Nin, loe tadi ga ngeliat Revan sama cewek lain…," ucap Lala menahan isak tangisnya.

"La  loe jangan negative thinking dulu…gue kenal banget Revan," ucap Nina kemudian.

"Gue ga akan negative thinking, klo Revan tuh cipika-cipiki sama cewek itu," ucap Lala sambil menitikan air mata.

Sementara Revan dan Ari, berlari menghampiri dua gadis yang ada di parkiran kampus.

"La tadi kenapa loe pergi?," tanya Revan yang masih mengatur napasnya.

"Ga usah ngeles deh Van…kamu asyik-asyikan berduaan sama cewek lain, sementara aku nyusul hanya demi ngehadiri wisuda kamu!," geram Lala sedikit emosi.

"La maksud kamu apa sih? Aku dari tadi ga ngapa-ngapain di sana," ucap Revan bingung.

"Terus, cewek yang sama kamu di sana siapa?," tanya Lala ketus sembari membuang muka pada  Revan.

"Ya ampun La…itu temen kecil aku namanya Fanny, wajarlah dia ngucapin selamet sama aku," ucap Revan menjelaskan.

"Jadi, cewek tadi temen kecil kamu…," ucap Lala pelan.

"Aduh…kayaknya si Lala jelous deh," sambung Ari tertawa kecil.

"Akh…Revan, kamu bikin aku takut," ucap Lala sambil memeluk erat Revan.

"La aku ga bakal ninggalin kamu, karena aku sayang sama kamu…," ucap Revan sembari mengusap rambut Lala.

"Aduh…orang klo udah jatuh cinta, ga kenal sikon ato tempat yah!," gumam Ari menyindir keduanya.

"Hu…bilang aja loe iri sama gue," sahut Revan.

Sementara Fanny pergi dengan mobil mersedes pinknya, meninggalkan kampus menuju rumah mewahnya.

Sedangkan Revan dan Lala, pergi dari kampus dengan beat merah Lala menuju perjalanan pulang dan kedua sahabat mereka pergi dengan BMW support milik Ari.

avataravatar
Next chapter