2 Bab 1

"Sibyl !!"

"Iya bu!"

Gadis itu saat ini berusia enam tahun, kini rambutnya sepanjanga dadanya, Ia berlari dengan langkah kecilnya menuju ketempat ibunya berada. Ketika ia tepat berada dihadapan ibunya, ia langsung melompat memeluk ibunya. Ibunya hanya terheran akan tingkah sibyl.

"Ada apa bu? Kenapa memanggil sibyl?" Gadis kecil tersebut menatap ibunya dengan wajah polosnya, ia lalu perlahan melepas pelukannya. Ia membersihkan pakaiannya yang sedikit kotor akibat bermain dan menanam bunga di kebun belakang rumahnya.

"Kau habis darimana? Kenapa pakaianmu kotor begitu? Astaga sibyl..." ibunya mulai menepuk jidatnya sendiri dan menghela nafas panjang akan kelakuan anaknya. Ia mulai duduk jongkok dihadapan sibyl menyeimbangi tinggi badan gadis kecil tersebut lalu memegang kedua pundak sibyl.

"Sibyl tidak habis darimanapun bu, sibyl daritadi dikebun belakang menanam bunga dan bermain bersama hewan-hewan bu" ungkap sibyl kepada ibunya dengan nada halus.

"Bukan bermain pasir dan tanah liat?" Jahil ibunya sedikit.

"Tentu bukan!" Gadis kecil itu lalu memasang ekspresi kesalnya sembari memanyunkan bibir mungilnya sebagai tanda kekesalannya.

"Haha, ibu hanya bercanda sibyl" zora menepuk pelan kepala sibyl.

"Baiklah, ayo mandi dulu" ajak ibunya dan memeluk sibyl lalu menggendongnya dan membawanya kekamar mandi.

.

.

.

.

.

Hubert saat itu sedang berkerja mengintesvigasi tempat aneh yang terdapat sebuah pohon beringin besar yang disetiap rantingnya terdapat mayat bergantungan ,pohon itu juga terlihat pohon yang mati, tak menumbuhkan sehelai daun sekalipun, dilaporkan jika ditempat itu sang pohon bisa membunuh orang-orang yang berkunjung kesitu ketika malam hari.

"Sungguh mengerikan!" Ia menatap jijik bercampur amarahnya, hal ini sangat tidak mudah dimaafkan untuknya, ia akan mencari kebenaran tentang hal ini dan menghentikannya.

Terlintas dipikirannya , ia harus mengunjungi tempat orang tuanya tinggal dan mencari tahu, ia yakin dengan firasatnya yang mengatakan jika ayahnya pasti tahu tentang ini.

Huber perlahan beranjak pergi dari tempat itu, ia masuk kedalam mobil miliknya dan mengendarainya menuju ketempat orang tuanya berada.

Tok tok tok

Ia telah sampai dan ia mengetuk pintu tersebut. Kedua orang tuanya tinggal disebuah gubuk ,dikedalaman hutan yang terpencil.

"Tunggu sebentar.." ketukan itu terjawab dengan suara yang berat milik seorang pria tua.

Ia lalu membuka pintu.

"Oh hubert anakku!, ayo masuk!"

Hubert lantas masuk kedalam dan dipersilahkan duduk disofa, pria tua itu duduk disofa seberang yang berhadapan dengan hubert.

"Ada apa nak? Apa sesuatu yang sedang terjadi?" Tanya pria tua tersebut

"Belakangan ini kejadian aneh mulai terjadi disebuah tempat ,dimana pohon yang selalu dijaga oleh setiap generasi broderick..

Baru-baru ini, mayat tergantung disana, padahal tempat itu telah kuberikan penjaga, para penjaga itu melaporkan jika yang melakukannya adalah pohon tersebut..

Mayat yang tergantung itu adalah mayat para penjaga yang hilang..

Katakan padaku , apa kau tau sesuatu tentang ini?" Tatapan hubert berubah menjadi resah, ini adalah hal yang buruk, tidak boleh dibiarkan begitu saja.

"Apa kau pernah membaca buku yang diberikan ibumu dulunya dan menggunakannya dengan benar"

"Tentu saja sudah, dan buku itu telah kuberikan kembali pada ibu untuk dititipkan.

Buku itu berisi silsilah kita dan tugas utama kita, serta sang kegelapan yang dikenal dengan nama demonius disegel oleh 7 orang dengan ras terkuat, apa hu ungannya pohon itu denga hal itu?.

Dan sebenarnya pohon apa yang kita jaga itu?" Kini hubert melontarkan apa yang memang ingin disampaikannya.

"Mereka berhubungan, pohon yang selalu kita jaga itu adalah tempat penyegelan sang demonius"

Kedua mata milik hubert terbelalak dengan lebar, menandakan dirinya sedang terkejut dengan info tersebut.

"Dan aku rasa ia akan bangkit sesegera mungkin, dunia perlahan mulai menjadi seperti kutukannya.." pria tua itu menunduk, ia menahan kegelisahannya saat ini.

"Cih" hubert hanya merespon dengan berdecih kesal dan mengepalkan tangannya menahan amarahnya.

"Satu hal lagi, burung mengabarkan jika mereka yang merupakan demonius mulai bertindak dan membantai para penyihir, target terakhir mereka dari ras penyihir yaitu keluarga kita, keluarga broderick"

Hubert lantas langsung berdiri mendengar berita buruk itu. Ia memasang muka masamnya dan hendak pulang kerumahnya.

"Aku pulang dulu, sampaikan salamku pada ibu"

Ia bergegas keluar dari gubuk dan masuk kedalam mobilnya, ia mulai mengendarai mobilnya menuju kearah kediaman utama broderick.

.

.

.

.

.

.

"Bu! Ibu!"

Sibyl meraih ujung bajunya ibunya dan menarik pelan ujung baju tersebut.

Ibunya lantas menoleh kearah sibyl dan menatap sibyl.

"Ada apa?" Tanya ibunya.

"Ibu... sibyl ingin ketempat kakek dan nenek yang dikota,tempat ibu berasal!" Gadis kecil tersebut lalu memeluk ibunya dan memasang ekspresi memelasnya.

Ibunya merespon dengan menyentil pelan kening milik sibyl.

"Tunggu ayahmu pulang, oke?" Zora lalu tersenyum kecil kepada sibyl dan mengelus kepala sibyl dengan penuh kasih sayang.

Suara mesin mobil mulai terdengar ditelinga sibyl, sibyl perlahan mulai tersenyum dan berlari keluar untuk menyambut ayahnya yang baru saja pulang.

"Ayaaaah!!"

Ayahnya memparkirkan mobil miliknya, lalu ia keluar dari mobil dan seketika sibyl berlari dan menerjang ayahnya dengan pelukannya.

Zora menyusul sibyl , sibyl terlihat sangat bahagia disaat ayahnya pulang.

Hubert menyambut pelukan putrinya tersebut lalu mengangkay tubuh sibyl dang menggendongnya.

Ayahnya lalu membawa sibyl masuk kedalam rumah bersama dengan ibunya.

Ketika mereka masuk, hubert menurunkan sibyl disofa dan mendudukkan sibyl disofa.

"Ayah, mari kita pergi ketempat nenek dan kakek yang ada dikota!" Ajak sibyl kepada ayahnya.

"Baiklah, tapi ayah mandi dulu yah?"

"Iya ayah!"

Sibyl sangat menantikan ia pergi kekota, ia bahkan rela menunggu ayahnya yang mandi terlebih dahulu untuk bersiap-siap kesana. Hubert kini berjalan memasuki kamar dan menyiapkan pakaian lalu mandi.

"Uhm...bu?" Sibyl memanggil ibunya, ia ingin menyampaikan sesuatu yang tadinya ia lupa ingin katakan kepada ibunya.

"Iya? Ada apa?" Ibunya terheran dan duduk disamping sibyl.

"Pagi tadi, disaat sibyl sedang bermain dengan seekor rusa, sibyl mendengar suara minta tolong..

Jadi sibyl menaiki rusa itu dan meminta rusa itu mengantar sibyl keasal suara, lalu sibyl menemukan ular putih yang cantik ,ia memiliki panjang 60cm bu..

Ular itu terperangkap didalam sebuah kotak, katanya kotak itu sebuah jebakan milik pemburu, jadi sibyl membuka kotak itu!

Setelah itu ,ularnya bebas!

Ia sibyl langsung suruh pergi biar tidak tertangkap lagi, dan sibyl juga pergi bersama dengan rusa!" Curhat sibyl kepada ibunya dan tersenyum gembira.

Ibunya hanya memaklumi yang dilakukan sibyl dan menatap sibyl dengan penuh kehangatan.

"Gadis yang baik, tapi lain kali hati-hati yah?" Ucap ibunya.

"Iya!" Ia dengan sigap menjawab pernyataan ibunya.

Tempat yang mereka tinggali berada dihutan, jadi wajar saja jika sibyl bermain dengan hewan.

Hubert telah selesai mandi dan mengganti bajunya, ia kini terlihat sangat rapi dan berjalan menghampiri sibyl dan ibunya.

Ding dong, ding dong

Suara bel yang telah ditekan mulai terdengar, menandakan jika mereka kedatangan tamu, pintu depan dikunci tadinya oleh zora. Lagipula kedatangan tamu disiang hari begini sangat jarang terjadi, jadi hubert mulai curiga dan mulai waspada.

Ia berjalan kearah pintu dan mengintip dibulatan kaca kecil yang khusus untuk melihat siapa yang bertamu.

Hubert sontak terkejut, ia bergegas menghampiri sibyl dan istrinya, lalu ia suruh zora membawa pergi sibyl lewat pintu belakang, awalnya zora menolak, namun ia menuruti hal itu ketika melihat ekspresi suaminya.

Hubert kembali kepintu depan, zora mengintip dari balik pintu belakang, mencari tahu apa yang terjadi. Hubert membuka pintu tersebut, tamu yang diterimanya berjumlah tiga orang, dan mereka mengenakan jubah hitam bertudung. Hubert menyambut tamu tersebut, namun yang terjadi sungguhlah mengejutkan, salah satu pria itu langsung menebas tepat dileher hubert dan memenggal kepalanya.

Zora yang melihat hal itu lantas terkejut dan mulai menangis ketakutan, ia menahan suaranya lalu bergegas menggendong sibyl dan pergi dari tempat mereka berpijak.

Rupanya ketiga orang yang membunuh suaminya ini sadar akan kehadiran zora, mereka lalu mengejar zora.

Zora lalu menaruh sibyl dan menyembunyikannya disebuah  celah lubang akar pohon tua yang berukuran sedang.

"Ibu menyayangimu sibyl-!"

ia lalu memberikan sibyl sebuah kelereng berwarna merah.

Setelah itu ia meninggalkan tempat ia menyembunyikan sibyl dan menarik perhatian para orang-orang yang mengejar, zora berlari menuju arah yang berlawanan dan menjauhkan mereka dari putri satu-satunya itu.

Gadis kecil itu hanya diam ditempatnya dan menatapi kelereng merah yang diberikan ibunya, ia menunggu ibunya ditempat itu, menunggu ibunya kembali menjemputnya.

"Ssssssssesssss"

Desis ular mulai terdengar ditelinga sibyl, ia lalu menolehkan kepalanya kearah asal suara, saat itu seekor ular putih masuk kedalam tempatnya bersembunyi.

Gadis kecil tersebut menatap ular itu, dan ular putuh itu menatap sibyl.

"Kau ular yang tadi sibyl tolong, apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya dengan penuh rasa penasaran

Ular itu menjawab dengan desus suaranya lagi.

"Ah ..begitukah?" Ia lalu terdiam dan perlahan tubuhnya tergulai lemas, ia kedinginan.

Ular itu perlahan membalut kedua tangan sibyl saling menyatu dan dilapisi oleh tubuh ular tersebut.

Ia bermaksud mengurangi rasa dingin sibyl dengan melapisi tangan sibyl dengan dibalut tubuh ular tersebut.

=Will be continue=

avataravatar