1 1. Beda Zaman

Sepasang mata jernih itu perlahan terbuka. Gadis itu memegang kepalanya yang terasa pening. Ketika dirinya hendak bangun, ia mengaduh. Merasakan tulang-tulangnya terasa remuk. Sekujur tubuhnya sakit seolah baru saja dihantam benda keras. Lalu dia merasakan cairan bening mengalir di sudut bibirnya.

'Darah?'

Ursulla mengernyit. Ternyata tidak hanya bibirnya yang berdarah. Bahkan kening, lengan serta beberapa bagian tubuhnya yang lain terluka seperti terkena serpihan benda-benda tajam. Kondisinya begitu mengenaskan. Pakaian yang ia kenakan tampak lusuh dan robek di beberapa bagian.

"Ibu, kakak." Ursulla mengedarkan pandang mencari kedua sosok itu.

Suasana di tempat ini tampak berantakan. Semuanya berserakan, beberapa bangunan roboh tak berbentuk. Hampir semua pohon ambruk. Tapi.... ia tak melihat satu orang pun.

"Kemana mereka semua?"

Ia masih ingat bahwa beberapa waktu lalu dirinya, kakak serta ibunya sedang berpesta merayakan festival kemeriahan hari ulang tahun kotanya. Ia menyanyi di sana disambut sorak gembira warga lain. Tapi sekarang mengapa ia tak menjumpai satu orang pun? Apa yang terjadi?

Dan ketika dengan jelas ia mengamati tempat ini. Manik kelamnya melebar menyadari bahwa dia berada dalam hutan.

"Ohh, astaga!"

Susah payah Ursulla berdiri. Gadis 21 tahun itu berjalan gontai menahan sakit. Ia menelusuri daerah itu mencari suatu jejak.

Keringat dingin mengalir, wajahnya memucat dipenuhi kebingungan dan kecemasan.

'Apa yang sebenarnya terjadi?'

"Ibu, kakak dimana kalian?" Ursulla terus berjalan menyisiri area tersebut berharap menemukan ibu maupun kakaknya. Tapi hasilnya nihil.

Tempat ini memanglah hutan dan dia terperangkap di sini sendirian. Tetapi bagaimana bisa? Dia ingat jelas bahwa beberapa saat lalu ia berkumpul di alun-alun kota bersama banyak orang.

Tanpa disadari air matanya menetes. Ia takut dan bingung. Ursulla merosot jatuh lantas menyandarkan tubuhnya di bawah pohon. Ia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi beberapa waktu lalu.

****

Sebelumnya.

Pesta perayaan festival tahunan sedang digelar. Semua muda mudi tampak antusias berbondong - bondong memeriahkan acara tersebut. Tak terkecuali Ursulla, gadis cantik bermata jernih itu tampak bersemangat memeriahkan acara tersebut. Sudah sangat lama ia menantikan hari ini. Dengan ikut serta dalam lomba menyanyi, Ursulla berharap menang dan mendapat sejumlah uang. Namun langkahnya seakan pupus saat dua wanita menghadangnya.

"Kau mau menghadiri festival itu, jangan harap!" Telisik wanita paruh baya di hadapannya.

"Tolong biarkan aku keluar malam ini ibu!"

"Hei Sulla, kau ini tak tahu diri. Kerjakan pekerjaan mu dulu!" Sahut wanita lain yang kini berdiri di samping ibunya. "Ibu, aku berangkat ya!" Ucap saudara tirinya sambil tersenyum mengejek Ursulla.

"Ibu, kakak saja boleh pergi kenapa aku tidak?"

"Mau apa kau datang ke sana? buang-buang waktu saja. Masih banyak tugas yang harus kau kerjakan!" Sang ibu seketika menarik tangan Ursulla, menyeretnya ke kamar lalu menguncinya.

Marah, sedih hanya bisa ia pendam dan air mata hanya bisa tertahan. Perlakuan ibu serta saudara tirinya memang keterlaluan. Ursulla sudah tak tahan atas perlakuan mereka. Oleh karena itu ia berinisiatif mengikuti lomba menyanyi di festival. Bakat terpendamnya dalam bernyanyi harus ditunjukkan untuk memenangkan lomba tersebut. Hadiahnya sangat fantastis. Juara pertama akan mendapat sejumlah uang bernilai jutaan. Jika menang~ lewat uang tersebut, Ursulla akan pergi sejauh mungkin meninggalkan ibu serta saudara tirinya yang jahat.

Tak akan pernah melewati lomba tersebut, Ursulla mencari akal untuk kabur. Lewat jendela kamarnya yang ada di lantai dua, ia kabur. Tak peduli betapa sakit tubuhnya ketika jatuh melompati jendela, yang terpenting ia harus sampai di festival tepat waktu.

Saking terburu-buru berlari mengejar waktu ia pun tak sengaja menabrak seseorang.

'BRUKKK'

"Ma, maaf!" Ursulla setengah membungkuk meminta maaf pada pria yang disenggolnya. Karena waktu yang semakin sempit, Ursulla langsung berlari begitu saja. Sementara pria yang ditubruknya tadi hanya diam menatap Ursulla yang berlalu pergi.

Sambil menahan sakit di kakinya, Ursulla terus berlari dan akhirnya sampailah ke tempat tujuan.

"Syukurlah aku masih bisa mengejar waktu." Ursulla berjalan tertatih menuju kelompok menyanyinya.

"Sulla akhirnya kau datang, kami sangat khawatir, jika kau tak datang kami tak bisa ikut lomba." Tukas salah satu temannya.

"Saatnya kita mengguncang panggung!" Dengan semangat Ursulla dan kedua temannya naik ke atas panggung.

Penonton rupanya tak sabar untuk menyaksikan penampilan peserta nomer urut 7 itu. Belum mulai bernyanyi di atas panggung, Ursulla sudah tampak seperti seorang Diva. Walau baru beberapa part saja ia melantunkan lagu, suaranya yang indah sudah mampu menggetarkan penonton.

Sampai pandangannya tertuju pada sosok perempuan berdiri paling depan menatap tajam dan tak suka. Perempuan tersebut tak lain adalah kakak dan ibunya. "Akan kuhajar kau Ursulla." Sang ibu yang marah tiba-tiba mencoba membuat gaduh untuk menghentikan kontes anaknya.

"Ada bom!!!!" Teriaknya.

Semua orang panik, ibu serta saudara tirinya langsung naik ke panggung mencoba menyeret Ursulla turun. Ia tahu semua ini hanya akal-akalan ibu dan juga kakaknya. Dengan perasaan kacau, tanpa menggubris sang ibu ia terus melantunkan nyanyiannya. Karena terus menerus dipaksa untuk berhenti, dengan jengkel Ursulla pun lepas kendali dan berteriak, "Aarrrrgggggg......!"

Tiba-tiba deburan angin bak nuklir serasa menghantam seisi lapangan.

Lalu.... Hening.

Dan sampailah ia di sini. Kenapa tiba-tiba ia bisa sampai ke tempat ini? Sebuah tempat berbeda dari sebelumnya.

Ursulla terus bertanya-tanya. Lalu ia tersentak dari lamunannya ketika mendengar suara riuh yang begitu dekat dari posisinya. Ia pun mendongak. Dan betapa kaget dirinya ketika dia sudah dikelilingi beberapa orang berkuda.

"Si.... siapa kalian?"

Beberapa orang penunggang kuda, wajah mereka tertutup topeng besi serta berseragam prajurit menatapnya heran. Kemudian dengan gerakan agung, salah satu pemuda turun dari kuda.

Ursulla beringsut waspada, ";Si... siapa kalian?"

Pemuda itu membuka topengnya. Setengah berlutut, ia menatap gadis asing yang tampak ketakutan dengan penampilan mengenaskan.

"Justru kami yang harus bertanya kau siapa?"

****

( Jangan lupa vote dan komen. Semoga kalian suka dengan cerita ku. 😊)

avataravatar
Next chapter