1 prolog

Stalker ✔️

  Pintar ✔️

  Manis ✔️

  Neng halu ✔️

  Namanya Audystya Vlarein Akstama. Seorang gadis pecinta drama korea, sekaligus novel percintaan kisah remaja. Hobinya adalah membaca dan menulis. Seorang yang moody-an, mageran, namun jangan salah, body nya tetap terjaga.

  Panggil saja Vla atau Rein. Gadis yang tengah bergulat dengan rambutnya itu kini menginjak usia 17 tahun, tepat kelas 12 di SMA Arcatur. Hanya 1 dari para jomblo sebagai penikmat ke-uwuan orang lain.

   Hanya bagian dari jejeran para

Gadis yang terlalu sibuk dengan surai rambutnya. Berganti gaya dengan mengucir rambut ke kanan dan ke kiri, mengepang, menyepol, melamit, kelabang, kurang apalagi?

 

   Hingga kepalanya serasa pening, karna banyaknya surai rambut yang berjatuhan. Pada akhirnya rambut panjang berwarna coklat itu tergerai bergelombang, dengan poni panjang cantik di kedua sisi keningnya.

"tau gitu gausah gue apa apain, daritadi giniin aja. Susah amad" dumelnya menatap ke pantulan cermin.

    Setres tak bisa merubah tatanan rambutnya sering menjadi asupan Vlarein setiap harinya. Ada yang sama, mungkin?

  Mengambil sling bag coklat miliknya yang sedari tadi tergeletak mengenaskan diatas lantai, kemudian kakinya melangkah perlahan keluar dari kamar.

    Mengendap ngendap bagaikan maling setelah mencuri beberapa barang, Vlarein berhasil mencapai pintu rumahnya. Lampu lampu sudah dimatikan, pertanda bahwa hampir seluruh anggota keluarga telah tertidur.

    Beberapa fasilitas yang dicabut oleh sang papa membuatnya harus berjalan kaki tanpa menggunakan kendaraan apapun. Otak cetek seperti Vlarein mana memikirkan pesan taksi malam ini. Yang ada di fikirannya adalah uwu uwu dan uwu. Menikmati udara malam, dengan sekelibat halu yang muncul di benaknya.

   Sekedar info, seusai sang ayah memarahinya habis habisan tadi malam, Vlarein memilih untuk berdiam diri di kamar. Tidak keluar, persis seperti bocah ngambek. Alhasil perutnya bergemuruh sedari tadi minta diisi.

   Beruntung di dekat sini, seingatnya ada warung angkringan kecil. Ya meski hanya angkringan, setidaknya ia bisa mengisi perutnya terlebih dahulu.

   Ia setengah berlari masuk ke angkringan itu. Meringis pelan kala melirik sekitar, ia satu satunya perempuan disini.

"enengnya mau apa?"

   Vlarein cengo sambil menoleh menatap penjual tersebut. Modelan seperti Vlarein sedikit lambat dalam menangkap sesuatu, "e-em adanya apa pak?"

"Oh ya banyak neng, ada es teh, teh anget, jeruk anget, trus ada Snack berbagai rasa, semua rasa ada kecuali rasa pada mantan.. Eaaa.. nasi nasian juga ada neng, mau yang mana?"

   Vlarein kembali menggaruk rambut atasnya bingung, "roti ada pak?"

"Roti apa neng? Adanya roti roti kecil begini, kalau nengnya mau roti yang ratusan ribu, ga ada disini neng"

"Yaudah pak, yang itu aja" tunjuknya pada beberapa roti.

"Oh ambil aja neng, minumnya apa?"

"Cap--"Jawabannya terhenti ketika mendengar langkah kaki serta harum parfum menyeruak, mengalahkan bau bau rokok disekitarnya.

   Tiba tiba saja, bahu kanannya sedikit terdorong ke depan. Dengan rasa lapar yang masih mengambang serta emosi yang tidak beraturan, Vlarein menoleh dengan tatapan tajam ke cowok di sebelahnya.

    Belum sempat berbagai ungkapan kekesalannya keluar, matanya membulat lebar kala melihat siapa orang di sebelahnya ini. Ditatap dari atas sampai bawah, membuat Vlarein gugup sendiri.

Cogan rein! Pekiknya dalam hati, ketika matanya bertemu dengan manik mata cowok itu.

Tak disangka si cowok malah tersenyum kecil padanya, "sorry, ga sengaja"

"hah? Eh.." Vlarein membuang mukanya memerah malu, sambil sedikit menunduk.

"pak, kopi 1" ujar cowok tadi pada bapak penjual, membuat kesadaran Vlarein kembali. Dengan cepat gadis itu menoleh pada bapak penjual, sayangnya si cowok tadi sudah mengambil tempat duduk diantara yang lainnya.

"neng, ini teh angetnya sama ini rotinya. Maaf ya, bapak langsung buatin teh anget aja" Vlarein mengangguk cepat, kemudian segera mengambil pesanannya, dan lalu berjalan mencari tempat.

"neng, ga duduk di sebelah abang aja?" tawar salah seorang lelaki berwajah garang dengan nada genit, membuat bulu kuduk Vlarein meremang seketika.

Pandangannya jatuh pada bagian kosong di salah satu kursi panjang. Segera ia mendudukan dirinya disana tanpa melirik sekitar lagi. Takut digoda,batinnya.

Saking cepatnya ia mendudukan diri, kursi tersebut sampai berderit. Vlarein mendesis antara malu dan kepanasan saat tangannya ketumpahan air dari gelas teh yang ia cekal.

"ma--" matanya kembali membulat saat hendak mengucapkan maaf pada orang di sebelahnya.

Cowok itu lagi.

"ma-maaf ya, tadi gue buru buru" jantungnya berdegup lebih cepat, sambil gugup mengucapkan kata katanya.

Lagi lagi cowok itu membalasnya dengan senyuman, "nih, buat tangan lo" sodoran tisu tanpa aba aba langsung diambil sedikit kasar oleh Vlarein.

Samar samar si cowok menggeleng menatap Vlarein.

"gu-gue Vlarein, panggil aja rein" Vlarein menoleh pada cowok tersebut, memperkenalkan namanya.

"gue Kenavaldo. Panggil ken" balasnya menatap dalam dalam mata Vlarein.

Demi apapun Vlarein hendak meloncat segera, ditatap seperti ini sangat jarang sekali. Apalagi cogan.

Tunggu tunggu..

Sepertinya ia tidak asing dengan nama Kenavaldo?

"ke-ken?" beonya.

"nama gue ken, bukan keken" kekeh Kenavaldo.

Vlarein tersenyum kaku, sedikit kikuk karna salah. Ia kemudian mengangguk kecil, sambil memfokuskan diri kembali pada rotinya.

Lagi lagi Ken dibuat tersenyum kecil menatap Vlarein dari samping. "sendirian aja kesini?"

"i-iya" balas vlarein gugup, sambil setengah mengunyah rotinya. Mengunyah dengan degup jantung tak beraturan rupanya tidak semudah itu.

Tiba tiba ken mendekat, setengah bergeser kearah Vlarein, tentu semakin membuat Vlarein kaku hampir tak bergerak. Apalagi ketika tiba tiba tangan cowok ini tersampir diatas bahunya, lebih tepatnya merangkul Vlarein.

Cowok di sebelahnya ini benar benar lancang. Lancang membuat detak jantungnya semakin menggila, bahkan kini hampir semua tubuhnya terasa dingin. Aroma parfum cowok ini sangat berbeda, bahkan sangat kuat di indra penciuman Vlarein.

"mau jalan bareng gue?"

•••••••••

avataravatar