1 BAB 1. Midnight Milkshake

Dentum musik sayup-sayup terdengar dari kamar kakak kedua Andin. Suara musik masih tembus juga meski kamar sang kakak telah dilengkapi peredam. Mungkin karena suasana rumah yang terlalu hening, atau karena kamar keduanya yang terlalu berdekatan.

Di kamarnya sendiri Andin sedang menatap layar laptop yang menampilkan halaman kerja word putih bersih, masih sama seperti satu jam lalu. Gadis berusia dua puluh empat tahun itu menghela nafas panjang.

Tak seperti kakaknya yang makin malam terdengar makin bersemangat menggeluti aktivitas musik, gadis itu memutuskan menyerah melanjutkan pekerjannya menulis cerita. Kegiatan yang harusnya mengilangkan stress, akhir-akhir ini malah bereaksi sebaliknya. Kepala Andin mulai sakit pertanda lelah diajak berfikir merangkai kata. Lagipula sekarang juga sudah terlalu malam.

Dia menutup laptop lalu membaringkan tubuh di atas ranjang. Gadis mungil itu mencoba memejamkan mata. Dia memposisikan diri serileks mungkin, tapi beberapa menit kemudian tak tahan untuk membuka mata lagi. Badannya terasa elah, tapi tidak bisa diajak tidur. Lagi-lagi insomnia.

Cukup lama dia terbaring, sampai suara dari kamar kakaknya berhenti. Sepertinya Satya sudah selesai rekaman.

Gadis itu bangun dan mendudukan diri. Entah kenapa dia jadi lebih sering terkena insomnia sejak mulai menulis cerita tentang seorang pemuda bergigi kelinci ini. Pemuda yang namanya selalu terlintas di fikirannya, meski dia tak ingin.

*

1 tahun lalu

"Cerita lo bagus kok. Kenapa nggak dipublish aja?"saran Juliana, setelah membaca salah satu cerpen Andin.

Saat itu mereka berdua sedang nongkrong di kafe dekat kampus teknik. Juliana ke cafe itu dengan tujuan membidik cowok teknik. Dia ditemani Andin yang lebih suka menghabiskan waktu dengan menulis cerita di laptop. Karena bosan tak ada cowok ganteng yang datang, Juliana iseng membaca tulisan Andin.

"Kayaknya masih jelek deh kalau buat dicetak."Andin menggigit bibir bawahnya. Sejaki kecil Andin suka menulis, tapi karena terlalu pesimistis belum ada tulisan yang berani dia publikasi apalagi dikirim ke redaksi.

"Kalau dicetak masih belum bisa, dipublis di internet aja. Di blog apa aplikasi yang buat upload cerita kan lumanyan tuh bisa terkenal kalau banyak yang ikut baca."usul Juliana bersemangat.

Andin menggeleng. "Tapi gue malu. Cerita gue masih jelek banget."tolaknya.

"Udah nggak papa. Sini coba gue bantuin kirim ke salah satu aplikasi tapi daftarnya pakai nama samaran. Jadi pembaca lu nggak akan tahu kalau lu itu elu."Jualiana menarik laptop Andin ke depannya dan mulai sibuk mengetik.

Andin merasa ide itu tak terlalu buruk. Dia membiarkan Juliana sibuk dengan laptopnya. Beberapa saat kemudian akun sudah selesai dibuat dengan nama pena Gray. Setelah akun selesai dibuat, Andin kembali ragu cerita apa yang harus dia posting.

"Udah cerita yang Spring aja"Juliana menunjuk salah satu file di folder novel. Ada sekitar 5 file di folder itu.

"Nggak ah, ini terlalu khayal."tolak Andin segera.

"Kalau yang 5 days Escape?"usul Juliana lagi.

"Itu aku belum nemu endingnya"tolak Andin lagi.

Juliana yang terkenal sabar hanya bisa menghela nafas panjang."Yaudah bikin lagi aja. Ceritain siapa kek. Mantan lo mungkin?"

Andin hanya bisa tersenyum lesu. Mantan? Sebagai manusia single dari lahir, mana dia punya.

*

Jam dinding di kamar Andin menunjukkan pukul dua malam. Gadis bertubuh mungil itu masih juga terjaga. Dia berkali-kali memejamkan mata sembari menghitung domba, tapi usahanya belum berhasil juga.

Dia memutuskan keluar dari kamar demi segelas milkshake. Mungkin setelah minum milkshake dia akan mengantuk.

Andin berjalan pelan menuruni tangga ke lantai satu menuju dapur. Sampai di dapur Andin mengambil bahan-bahan dari lemari es dan memulai meracik milkshake. Gelas tinggi dia keluarkan dari rak atas lemari.

Aktifitas ributnya di dapur ternyata membuat satu orang di rumah itu ikut terbangun. Dari dapur Andin dapat mendengar langkah kaki seseorang menuruni tangga.

"Kenapa belum tidur Dek?"tanya Satya, kakak kedua Andin yang muncul dengan wajah pucat kusut dan rambut pirang awut-awutan.

"Nggak bisa tidur Bang."Andin membawa milkshakenya ke meja makan. "Abang nggak bisa tidur juga?"tanya Andin balik.

"Denger berisik-berisik, gue kira ada maling. Pintu kamar kan selalu gue biarin agak kebuka kalau jam segini."Satya duduk di samping Andin. "Pertanggung jawabannya gue minta."kata Satya sebelum mengambil milkshake dari tangan Andin. "Kenapa akhir-akhir ini lu sering insom sih? Gangguin orang mau tidur aja"

Andin meringis lalu mengangkat bahu. "Ya sorry Bang. Aku juga nggak tahu kenapa."

"Banyak pikiran?"tebak Satya setelah menghabiskan milkshake sampai setengah gelas.

Gadis itu memiringkan kepala. "Iya kayaknya."gumam Andin tak yakin.

"Kalau soal Mamah, biarin aja."ujar Satya kalem. "Bentar lagi juga bosen nyuruh adek punya pacar."

Andin melebarkan mata. Dia baru ingat satu hal. Selain karena cerita dia yang berhenti ditengah jalan, ada juga masalah soal Mamahnya.

Beberapa hari sebelumnya, Mamah yang sekarang tinggal di rumah nenek menginap di rumah ini. Satya dan Andin (kedua anaknya yang belum menikah) diminta segera mencari pasangan. "Mamah tuh udah tua. Sana kalian cari pacar biar jelas gitu mau nikah sama siapa. Jangan lama-lama pacarannya, biar cepet nikah, punya anak. Mamah kepengen rumah ini makin rame."kata beliau menggebu-gebu.

Saat mendengar perkataan Andin hanya bisa memaksakan senyum. Andin mengerti Mamah punya niat baik, tapi gadis itu merasa dia masih terlalu muda untuk urusan menikah. Apalagi dia masih kuliah magister dan belum mendapat pekerjaan tetap. Banyak yang harus diraih dan diselesaikan sebelum menikah.

Untuk kasus Satya mungkin wajar. Umur Satya sudah memasuki dua puluh lima. Meski selalu bekerja di rumah, sebagai komposer dan youtuber cover kakaknya itu memiliki penghasilan yang cukup. Andai Satya tidak dipesankan Mamah menjaganya di rumah ini, kakak keduanya itu mungkin memilih hidup sendiri di apartemen. Intinya, Satya bisa dinikahkan sekarang, tapi kalau Andin masih lama. Lagipula Andin belum punya pacar, mau dinikahkan dengan siapa?

"Yaelah kalau soal Mamah, selama Abang jomblo gue aman. "Andin mengibaskan tangannya.

"Lho Abang belum bilang ya?,"Satya memasang wajah datar. "Kemaren Abang udah nembak cewek dan diterima."

"Hah??? Abang punya pacar? Kok bisa?"Andin melotot kaget.

Satya tersenyum miring, lalu mengacak pucuk rambut Andin. "Ya bisa lah. Abang ganteng gini."

Andin menepis tangan Satya jengkel. Dia masih tak habis fikir. Setiap hari Satya menulis lagu dan merekam video cover di dalam kamar yang sudah disulap menjadi studio. Kakaknya hanya keluar kamar untuk makan dan mandi. Kalau keluar kamar saja jarang, bagaimana caranya dia dapat pacar?

"Besok kalau Mamah nginep sini lagi Abang bawa pacar. Atau nggak besok gue ke rumah nenek aja nyamperin Mamah. Jadi, habis ini yang bakal dikejar-kejar adek."Satya memunculkan smirk andalannya.

Andin tersenyum getir lalu melanjutkan menenggak milkshake yang hampir tandas diminum Satya. Dia hanya bisa berharap, semoga milkshake yang baru dia minum bisa membuatnya mengantuk.

avataravatar