1 Flashback.

MANHATTAN (NEW YORK)

10 TAHUN KEMUDIAN.

"Putra anda mengalami gangguan kesehatan mental seperti skizofrenia, depresi dengan gejala psikosis. Dan beberapa kondisi kesehatan itulah gejalanya."

"Skizofrenia?"

"Iya tuan, skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis di mana penderitanya sering mengalami halusinasi, delusi, serta terdapat perubahan sikap yang ditunjukkan penderita. Dalam hal ini penderita skizofrenia kerap kesulitan membedakan kenyataan dengan pikiran yang ada di dalam dirinya. Tidak heran, jika penderita schizophrenia adalah mereka sering menunjukkan sikap yang berubah-ubah dan tidak stabil, dan itulah yang di alami putra anda sekarang."

Masih segar di ingatan saat seorang Dokter menvonis Vincenzo Squire yang mengidap Skizofrenia, dan semua itu terjadi akibat peristiwa pembunuhan yang terjadi pada saat itu, di mana ia yang masih berusia 7 tahun, sedang berpergian dengan sang ibu Camille bersama Mozha Fillipo, pengawal peribadi sang ibu. Ia bahkan tidak pernah membayangkan akan mengalami peristiwa mengerikan, di mana pada saat itu ia masih duduk bersandar di samping Camille yang tengah mengusap rambutnya, menceritakan hal hal indah, sambil menunggu jemputan ayahnya untuk makan malam bersama.

Namun tiba tiba saja suara bising peluruh mengejutkan mereka, dan tak hanya sekali, namun beberapa kali. Bahkan ia bisa melihat dengan jelas, bagaimana beberapa orang tengah berusaha menerobos masuk kedalam mobil yang tengah melaju dengan senjata di tangan mereka, melepaskan peluru secara membabi buta tanpa ampun. Meski Mozha Fillipo sudah berusaha untuk melindunginya dan sang ibu, namun tetap saja. Mereka tidak bisa menghindari peluru tersebut, hingga di detik berikutnya, ia bisa dengan jelas melihat, bagaimana orang itu menodongkan senjata tepat ke arahnya, namun dengan cepat di halau oleh ibunya.

DOOORR...

Satu peluru menembus kepala ibunya. Bahkan belum sempat ia meraih telapak tangan sang ibu yang sudah tak bernyawa, mobil menjadi tak terkendali, hingga masuk kedalam jurang dan meledak, setelah Mozha Fillipo berhasil mengeluarkannya dari sana, dan menyaksikan bagaimana api membakar habis ibunya yang masih berada di dalam mobil tersebut.

Vincenzo Squire terbangun dari lamunan. Seketika beranjak dari duduknya, sungguh kisah tragis yang membuatnya terus menderita selama bertahun-tahun. Membuatnya sangat rapuh dan hancur, kesepian, juga ketakutan, namun semua itu bisa ia tutupi dengan sangat rapih, oleh sikap angkuh, dingin, dan kejam. Itulah sosok Vincenzo Squire yang sudah tumbuh dewasa dengan segala kelebihan yang di berikan oleh sang ayah. Tak hanya harta dan kekuasaan, Vincenzo Squire juga di anugerahi wajah tampan, namun cacat karena nyaris tak ada senyum di wajah sempurnanya.

Vincenzo Squire melangkah menghampiri jendela kamarnya. Berdiri di sana mengawasi Buddy, sang anjing peliharaan berjenis Golden Retriever yang tengah sibuk mengejar sesuatu di balik pepohonan di bawah sana. Dan tentu saja, melihat Buddy kembali mengingatkannya kepada sosok Elleanor Almorra yang bahkan sudah 10 tahun tak ia kunjungi.

***

FLASHBACK.

12 Tahun lalu

HAVASUPAI (GRANDPA CRAYON, AMERIKA SERIKAT)

Berjalan di antara pepohonan pinus, Vincenzo Squire memegangi tali ikatan yang melingkar di leher Buddy. Seekor anjing peliharaan berjenis golden Retriever yang baru saja ia miliki, sebagai hadiah ulang tahun dari Charlles Beall ayahnya. Setidaknya saat ini, hanya Buddy yang bisa menemaninya di saat Mozha Fillipo tak berada di sampingnya.

"Apa kau ingin bermain sesuatu Buddy?" tanya Vincenzo Squire kepada sang anjing yang langsung mengibaskan ekor dengan teratur sambil memutarinya.

"Baiklah, kau nampak bersemangat Buddy, aku izinkan kau bermain hari ini, mungkin kau bisa mengawasi seseorang di Pondok sana." ucap Vincenzo Squire mengusap kepala Buddy.

"Aku akan menunggumu di sini, pergilah bermain." ucap Vincenzo Squire yang langsung duduk di balik bongkahan batu besar, meluruskan kedua kaki kedepan, dengan tangan bersidekap, menyandarkan tubuhnya di sana sambil memejam.

Merasakan hembusan angin di siang hari, yang meski terik, namun tak begitu panas sebab terlindungi oleh pepohonan pinus. Namun meskipun demikian, semua itu tidak lantas membuat Vincenzo Squire bisa memejamkan mata dengan tenang, suara gemerisik pepohonan yang tertiup angin tidak membuat suara bising senjata menghilang dari pendengarannya. Begitu juga dengan aroma khas pohon pinus tak bisa menghilang bau anyer darah, dan tentu saja hal itu sungguh sangat menyebalkan baginya. Begitu juga sinar matahari yang hangat menyapa wajah, tidak membuat dirinya tak melihat darah berceceran di sekelilingnya. Bahkan ia mulai nampak gelisah, namun berusaha sekeras mungkin untuk melawannya.

Berusaha untuk tak bersuara meskipun suara bising itu seolah akan memecahkan gendang telinga, dan berusaha untuk tidak menagis saat kembali melihat wajah ibunya, melihat bagaimana ibunya mengerang kesakitan, berlumuran darah. Namun sepertinya itu sia sia, Vincenzo Squire tersentak bersamaan dengan kelopak mata yang terbuka secara tiba tiba. Bahkan tubuhnya sudah di penuhi berkeringat dengan nafas yang seketika sesak seolah mencekiknya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Vincenzo Squire saat tersadar, dan menemukan Elleanor Almorra yang kini tengah berdiri tepat di hadapannya. Bahkan tatapan Vincenzo Squire terlihat tajam menusuk, tak suka saat ada seseorang melihat dirinya yang nampak lemah dengan air mata yang menitik di wajahnya.

"Maaf, aku hanya kebetulan lewat, dan tak sengaja melihatmu di sini.. " jawab Elleanor Almorra dengan seikat bunga liar di tangannya.

"Pergi dari sini!!" usir Vincenzo Squire yang masih dengan posisinya, bahkan nafasnya masih terengah dengan keringat yang semakin mengucur deras. Vincenzo Squire butuh obat saat ini. Namun ia tak bisa mendapatkannya dengan segera sebab tengah berada di balik bukit.

"Aku akan... "

"BUDDY.... " teriak Vincenzo Squire dengan sangat keras hingga membuat Elleanor Almorra tersentak karena terkejut. Hingga dalam waktu beberapa detik saja, Buddy sudah terlihat berlari dan menghampirinya.

"Kau tidak perlu repot mengusirku." ucap Elleanor Almorra menatap Buddy sekilas sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Vincenzo Squire yang nampak kacau. Dan langsung melangkah pergi meninggalkan Vincenzo Squire yang masih duduk di sana sambil mengatur perasaannya.

Sedang Elleanor Almorra nampak berjalan dengan tergesa, melewati jalan setapak yang dipenuhi bebatuan dengan sisi kanan kiri yang di tumbuhi pepohonan Oak yang rindang.

Melihat kondisi Vincenzo Squire beberapa saat lalu cukup membuat Elleanor Almorra gelisah, sebab bisa melihat dengan jelas jika Vincenzo Squire nampak ketakutan, bahkan sampai mengeluarkan air mata. Meskipun demikian, ia rasa sudah tidak ingin lagi memperdulikan Vincenzo Squire. Rasa kecewa di dalam hati Elleanor Almorra benar benar membuatnya membenci Vincenzo Squire, entah apa yang sudah terjadi dengannya. Bahkan untuk menoleh pun saat Buddy menggonggong ia enggan, ia juga tahu jika saat ini anjing peliharaan Vincenzo Squire tengah mengikutinya, meski tak sampai mendekatinya. Apa telah terjadi sesuatu? Apa anjing itu akan mencengkeramnya? Pikir Elleanor Almorra yang semakin mempercepat langkahnya. Vincenzo Squire tidak akan perduli, meski tubuhnya di cabik cabik oleh seekor anjing, bahkan saat melihat ia tenggelam dan nyaris mati di dasar danau pun Vincenzo Squire tak peduli.

* * * * *

Bersambung..

avataravatar
Next chapter