9 BAB 9 - Petunjuk

"Jadi rahasia apa yang Lo pegang tentang tempat ini?" tanya Radit tak sabaran. Reno bahkan malah membaringkan tubuhnya di tempat tidur membuat Radit merasa jengkel sendiri, mungkin Reno melupakan jika Radit bukan pria yang mahir membuang-buang waktu.

"Yaelah, sabar kali.. Kita kan perlu tidur," jawab Reno asal. Bukan apa, dirasa dirinya belum siap jika harus menceritakan ini semua dimalam hari. Apalagi Reno yang merasa sangat ketakutan jika menyangkut hal-hal mistis.

"Kalo gitu lebih baik Lo keluar," kata Radit membuat Reno seketika bangkit dari tidurnya. Reno sudah sigap dengan tubuh yang tampak tegap. Daripada dirinya harus diusir oleh Radit dari kamar ini, lebih baik dirinya mengatakan saja pada Radit.

"Jadi gue nemu koran yang udah usang banget di gudang," tutur Reno menerangkan apa yang dirinya tau tentang semua yang menyangkut villa tersebut.

"Korannya mana?" tanya Radit lagi membuat Reno menghela nafasnya kasar.

"Korannya masih ada di gudang, gue cuman baca doang," jawab Reno kesal. Bagaimana bisa Radit merasa sedetil itu. Lagipula dirinya benar menyembunyikan ini semua karena tak ingin membuat mereka semakin ketakutan, Reno yakin jika semuanya akan baik-baik saja.

"Yaudah ayo kita ambil," kata Radit sembari bangkit dari duduknya namun kalah cepat oleh gerakan Reno yang sudah menahan tangannya.

"Besok lagi aja," kata Reno.

"Oke, tapi Lo kasih tau gue sekarang apa isi koran yang lo baca," pinta Radit. Setidaknya Radit tau apa yang terjadi lewat apa yang Reno katakan.

"Oke, jadi gini--

***

"El, udah tidur?" tanya Anna pada El yang masih setia memeluknya dengan erat. Tak ada jawaban dari El hingga akhirnya Anna melonggarkan kedua tangan kekar milik El dari pinggangnya, namun---

"Lo ternyata ingkar janji juga ya," ucap El membuat Anna menegang. Tentu saja dirinya berfikir jika El sudah tertidur.

"Lo belum cium, gue..." sambung El dengan kedua matanya yang masih terpejam.

"El--

"Itu udah kesepakatan," tukas El membuat Anna merasa kesal.

"Dibibir," kata El lagi membuat Anna menatap El dengan tatapan tajam. Anna memang akan mencium El, namun bukan di bibir, melainkan di kening, setidaknya sebagai ungkapan sayang seorang sahabat pada sahabatnya.

"Kenapa? Takut?" tanya El membuka kedua bola matanya, seketika itu pandangan mereka bertemu membuat keduanya kalang kabut.

"Gue cinta sama Lo, Na..." lirih El dengan tatapan sayu membuat jantung Anna berdebar kencang.

"Gu-- gue juga," jawab Anna entah keberanian dari mana dirinya dapat melakukan itu. Namun, Anna tak tinggal diam, ia memilih menenggelamkan wajahnya di dada bidang El.

El bangkit membuat Anna mengernyitkan dahinya bingung, lalu membuka kaos putih polos yang dirinya gunakan hingga kini El bertelanjang dada. Meski masih usia pelajar, namun bentuk tubuh El sangat sempurna, dilengkapi roti sobek dibagian perutnya membuat Anna memejamkan matanya guna menghindari itu semua. Yakinlah jika Anna pun wanita normal yang dapat merasakan apa yang orang-orang rasakan pada umumnya.

El menindih Anna dan menyingkirkan tangan Anna yang tengah menutup kedua matanya, perlahan namun pasti El mulai mendekatkan bibirnya dengan bibir Anna.

Cup!

Berawal dari kecupan hingga berakhir lumatan, entah Anna atau El keduanya saling menikmati. Bahkan, Anna sudah mengalungkan tangannya pada El membuat suasana ruangan semakin memanas. Namun tak lama setelah itu--

"Gue gak bisa ngelakuin lebih sama Lo... Gue sayang sama Lo, gue harus jaga Lo bukannya malah ngerusak Lo.. Mulai malam ini, Lo jadi milik gue, Lo pacar gue, gak ada bantahan dan gak ada penolakan," tutur El membuat Anna tersenyum dan mengangguk.

Cup!

Satu kecupan lagi mendarat di kening Anna. Setelah itu El bangkit menuju kamar mandi yang ada di kamar mereka. Bahkan, El rela merasa tersiksa dan bermain sendiri di kamar mandi untuk menuntaskan hasrat dan keinginannya. Dirinya tak ingin membuat Anna kehilangan mahkota berharganya sebelum keduanya dapat dipersatukan dalam ikatan suami dan istri.

Setelah sekitar lima belas menit kemudian, El keluar dari dalam kamar mandi masih bertelanjang dada. Anna bahkan belum memejamkan kedua matanya, entah mengapa Anna merindukan El, bahkan sangat merindukan El. Mereka seakan melupakan masalah yang ada di dalam villa ini, seakan dunia hanya milik berdua membuat keduanya meluapkan rasa cinta yang ada.

El naik ke atas tempat tidur, kembali membawa Anna kedalam pelukannya. Akan tetapi tiba-tiba saja Anna berkata, "El... Apa kita bisa pulang dari sini?"

"Selagi kita berusaha pasti bisa, gue bakal usahain apapun yang terjadi buat Lo," jawab El dengan yakin.

"Lo harus janji sama gue," kata Anna membuat El mengernyitkan dahinya. Pasalnya Anna tau jika El akan berani menaruhkan nyawanya hanya demi dirinya.

"Lo harus baik-baik aja kalo Lo mau gue baik-baik aja," sambung Anna. Bahkan El merasa bungkam dengan apa yang Anna katakan.

"Tapi kalo gue--

"Gak ada tapi! Lo gak boleh kenapa-napa kalo gak mau gue kenapa-napa!" tegas Anna sembari menatap El serius. Hingga El dapat menampilkan senyum yang begitu menawan sembari mengagguk setuju.

"I love you, Babe..." gumam El pelan namun masih dapat terdengar oleh Anna.

"El," panggil Anna membuat El membuka kembali kedua matanya. El menatap Anna dengan tatapan bertanya.

"Gerah," kata Anna sembari menatap El penuh harap. Bahkan El sudah berbinar karena ucapan yang Anna lontarkan itu.

"Lo pindah ke kamar sebelah ya," sambung Anna lagi membuat El memutar bola matanya malas.

Tangan El terangkat, mulai meraih kancing baju tidur yang Anna gunakan, tangan Anna sempat menolak, akan tetapi dengan nada meyakinkan El berkata, "Gue gak bakal ngapa-ngapain Lo."

Hingga akhirnya Anna menyerah, membiarkan El membuka baju tidur yang tengah ia gunakan. Hingga pada kancing terakhir, menampilkan bra hitam, perut rata Anna dan payudara yang begitu menggiurkan.

"Sayang, bra nya buka ya..." pinta El sedikit memohon pada Anna membuat Anna dengan malu mengagguk.

Klek--

Bra milik Anna terbuka begitu saja, segera El melepas bra itu dan melemparnya kesembarang arah. Dengan berani, El memegang kedua gundukan besar itu sembari sedikit meremasnya pelan.

"Ahhhh Elhh," desah Anna membuat gairah El semakin terasa.

"Anna, gak usah ngedesah kalo gak mau gue masukin," kata El membuat Anna sontak menutup mulutnya dengan kedua matanya.

El kembali meremas gundukan yang terlihat pas di tangannya. Anna bahkan dengan susah payah menahan desahannya agar tidak keluar.

"Elhh--

"Kalo lo ngedesah lagi, berarti Lo siap gue masukin," tutur El membuat Anna menegang. Tak dapat Anna pungkiri jika dirinya pun menginginkan lebih disini.

avataravatar
Next chapter