8 BAB 8 - Kejanggalan yang terjadi

"Woi!! Gue cariin kalian kemana-mana!" ucap seseorang yang baru saja datang membuat mereka seketika mematung tanpa sepatahkatapun. Seolah tubuh mereka menegang serta bungkam membuat keadaan semakin mencengkram. Mereka dapat melihat dengan jelas, raga Risa yang hilang di hutan depan mata mereka dan sekarang bahkan Risa ada di hadapan mereka.

"Ri-- Risa, Lo--

"Iya, gue kenapa?" tanya Risa membuat semua orang semakin bungkam tanpa sepatahkatapun. Mereka semua heran, entah Risa atau teman-temannya kedua belah pihak itu semuanya heran. Bahkan, mereka menatap Risa dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Gue kelamaan dari kamar mandi, eh pas keluar gak ada siapa-siapa, gue inisiatif keluar ternyata udah malem, efek diperjalanan terlalu jauh," tutur Risa.

Radit memandang Risa tak percaya, pakaian yang Risa gunakan pun masih sama saat mereka baru saja datang ke villa ini, "Lo gila!? Kita udah mau dua hari disini!"

Sudah dikatakan berulang-ulang jika Radit selalu merasa emosi jika itu menyangkut Risa, mungkin memang pada dasarnya Radit membenci Risa hingga membuat Risa selalu salah dimata Radit.

"Apasi, gue gak tertarik sama becandaan lo! Gue mau bongkar barang-barang gue, bye!" kata Risa sembari pergi meninggalkan semuanya. Tentu saja mereka tak tinggal diam, dengan cepat dan dengan langkah tergesa mereka mengikuti kemana Risa pergi. Namun tiba-tiba Risa menghentikan langkahnya membuat mereka semua ikut menghentikan langkahnya.

"Kamar gue dimana?" tanya Risa membuat Rachel sedikit berlarimenghampiri Risa dan mengaitkan tanggannya pada tangan Risa seolah Rachel percaya pada Risa.

"Lo satu kamar sama gue, ayo!" ajak Rachel sembari menaiki satu persatu anak tangga. Karena masih tak percaya, mereka semua kembali mengikuti Rachel dan Risa pergi ke kamarnya.

Hingga beberapa saat kemudian mereka sampai di sebuah kamar tempat dimana Rachel dan Risa. Mereka melihat koper berwarna pink yang tengah Risa buka, masih benar-benar utuh tumpukan baju dan barang-barang yang Risa bawa. Jelas-jelas Feby dan Rachel sadar pada saat itu mereka membantu Risa merapikan barang-barangnya.

"Handphone gue," kata Risa sembari meraihnya.

"Kok tanggal sama waktunya eror ya," sambung Risa membuat Rachel meraih ponsel Risa dari tangan Risa. Di pandangnya posel milik Risa dan ternyata memang benar, semuanya menunjukan angka nol.

Sontak Serli, Rachel, Anna, El, Reno dan juga Radit meraih ponselnya. Sialnya mereka baru menyadari jika tanggal dan waktu mereka ada pada angka nol saja. Satu hal lagi yang mereka sadari jika jaringan yang mereka miliki tidak tersedia. Sebelumnya Serli mengatakan jika di villa ini ada wifi, namun berkali-kali mereka memeriksa tak ada yang tersambung. Seluruh aplikasi mereka pula tak dapat digunakan, entah karena tanggal dan waktu yang tak dapat mereka ubah dari masing-masing ponsel mereka atau entah karena apa.

"Berhubung sekarang udah malem, jadi lebih baik kita tidur," kata Radit mencoba menghilangkan kecemasan mereka semua.

"Lo punya utang sama gue," bisik El tepat disamping telinga Anna. Bahkan kali ini Anna melempar tatapan tajamnya pada El. Bisa-bisanya El masih memikirkan hal itu ditengah-tengah keadaan yang begitu menegangkan.

"El sadar, kita lagi dalam keadaan apa ini!" kesal Anna namun El sungguh tak peduli dengan mengangkat kedua bahunya.

"Justru itu, gue butuh ketenangan, dan gue cuman bisa tenang kalo lo ada disamping gue," jawab El sembari pergi meninggalkan Anna sendiri.

***

"Sa, lo yakin gak inget apa-apa?" tanya Rachel masih sangat penasaran dengan apa yang terjadi dengan Risa. Keduanya masih belum memejamkan kedua matanya. Risa yang tengah mengotak-ngatik ponsel miliknya karena tak dapat mengatur tanggal dan waktu sedangkan Rachel masih saja memikirkannya hingga tak dapat tertidur dengan tenang.

"Magsud lo apa si? Gue kan udah bilang kalo gue kelamaan di toilet," jawab Risa tanpa peduli. Rachel menghela nafasnya kasar. Jawaban yang Risa berikan selalu saja sama. Mungkin memang benar jika Risa tak ingat jika dirinya menghilang selama hampir dua dari ini.

"Udah bisa?" tanya Rachel saat melihat Risa meletakan ponselnya di atas nakas. Risa menarik selimut sembari memejamkan matanya.

"Gak bisa, gue nyerah deh," jawab Risa masih dengan mata yang terpejam.

Namun tak lama kemudian Risa bangkit kembali dari tidurnya, "Coba handphone lo."

Rachel mengagguk setuju sembari merain ponsel yang ada di dalam lemari nakas, ia mencoba membuka pengaturan, namun hasilnya tetap sama. Tak dapat diubah sama sekali. Pertanyaannya adalah, mengapa hal ini terjadi secara bersamaan.

"Gangguan kali ya, lagian merek handphone kita kan samaan," jawab Risa menghiraukan apa yang terjadi.

"Lo tau Anna sama El pacaran?" tanya Rachel membuat Risa bangkit dari tidurnya. Sontak Risa merasa kesal dengan apa yang Rachel katakan.

"LO LAGI GAK BECANDA KAN!" pekik Risa tak dapat menghilangkan rasa terkejutnya. Risa sungguh tak dapat merelakan El yang sangat dsirinya idam-idamka. Bagaimana bisa Anna merebut El darinya.

"Iya, gue serius," jawab Rachel membuat amarah Risa semakin meluap.

"Sialan!" makinya tak terima. Namun meski begitu Risa tetap mengeluarkan air matanya. Ia yang selalu mengejar El namun berakhir sakit hati. Dirinya yang selalu mendamba-dambakan El, akan tetapi berakhir tragis. Risa tak dapat membiarkan ini terus menerus. Lagipula dirinya sunggiuh tak akan pernah merasa tenang jika El tidak dirinya dapatkan.

***

Di tempat lain, sedari tadi Reno terus membuntuti Radit yang tengah berjalan melalui lorong, entah itu akan berhasil atau tidak, yang jelas dirinya harus tetap berusaha walau rasanya akan sangat menyulitkan sekali.

Radit sendiri seolah hanya ada dirinya sendiri mebuat dirinya menghiraukan kehadiran Reno. Tak peduli seberapa keras Reno berusaha, yang terpenting dirinya tak ingin berada bersama Reno yang terkesan banyak bicara dan sangat pecicilan.

"Gue tidur bareng lo ya," kata Reno yang selalu mendapat penolakan dari Radit. Radit tipe orang yang selalu ingin sendiri tanpa ada yang selalu mengusik tidur nyenyaknya. Seperti tadi malam, Reno yang selalu brisik membuatnya kesal saja.

"Dit ayolah, El kan sama Anna. Gue gak mau tidur sendiri," sambung Reno tetap tidak lagi Radit pedulikan, toh tak akan menguntungkan dirinya pula. Hanya akan mengganggu waktu istirahatnya saja. Bukankah itu menyebalkan? Tentu saja itu akan sangat menyebalkan membuat dirinya kesal saja.

"Gue punya sesuatu yang berhubungan sama tempat ini," kata Reno membuat Radit menghentikan langkahnya sembari melirik Reno, "Oke!"

Reno tersenyum senang, setidaknya dirinya tak ketakutan seorang diri. Prihal rahasia yang dirinya miliki biarlah hanya dikatakan pada Radit saja. Toh jika dipikirkan lagi Radit tipe orang yang diam dan tidak banyak bicara, tak masalah jika dirinya hanya memberitahu ini pada Radit.

avataravatar
Next chapter