6 BAB 6 - Mencoba Menggali

"Na, El mana?" tanya Reno pada Anna yang tengah menyiram tanaman. Anna memang suka hal-hal yang membuatnya sedikit merasa tenang. Ia jadi mengingat Olivia, hantu kecil yang selalu menemaninya. Kini, dirinya disini tersesat bersama teman-temannya entah dapat kembali atau tidak karena tak mungkin Anna meninggalkan teman-temannya disini.

"Semalem dia beneran gak tidur sampe pagi, makanya gue nyuruh dia tidur," jawab Anna yang dapat diangguki oleh Reno.

Reno duduk di sebuah kursi yang begitu dekat dengan Anna, "Semalem El nyangka gue nepuk pundak dia."

Anna masih fokus pada tanaman yang ada dihadapannya hingga Reno kembali buka suara, "Padahal gue baru aja dateng."

Anna merasa tertarik dengan apa yang Reno bicarakan. Disimpannya benda yang sedari tadi ia pegang untuk menyiram tanaman, Anna mulai duduk berhadapan dengan Reno di kursi yang ada disebrangnya.

"Semalem juga kita gak tau kan siapa yang teriak, gue bahkan ngerasa Serli marah sama kita," tutur Reno mencurahkan apa yang ada dipikirannya. Reno sebenarnya tak bisa jika hanya diam saja. Mengingat Radit yang begitu dingin, El yang selalu mals menanggapinya dan tak mungkin dirinya bercerita pada sembarang orang. Kebetulan sekali Anna yang menurutnya sangat bai hingga dapat dirinya percaya.

"Magsud lo Serli?" tanya Anna tak mengerti, karena dia sungguh tak mengerti dengan apa yang Reno bicarakan.

Reno sendiri mendengus sebal sembari menyeruput kopi yang ada dihadapannya itu--

"Eh itu punya Radit," kata Anna mengingat satu hal yang sangat penting, tentu saja Radit akan marah.

Uhuk! Uhuk!

"Lo kenapa gak bilang dari awal sih Na! Udah diem jangan sampai Radit tau," kata Reno sembari meletakan cangkir kopi ketempat semula.

Anna hanya diam, dirinya masih memikirkan apa magsud Reno membawa nama Serli? Bukankah Serli baik-baik saja? Tentu saja Serli akan baik-baik saja.

Pandangan Reno teralih pada Radit yang baru saja datang sembari duduk di sampingnya, Radit membuka ponselnya, tanpa melihat ke dalam cangkir kopi, Radit meraih cangkir tersebut.

"Lo tau sesuatu tentang kejadian semalem?" tanya Radit.

Anna dan Reno saling memandang satu sama lain, tak berpikir jika Radit akan menanyakan hal seperti itu. Dirasa Radit yang tak pernah peduli pada apapun dan pada siapapun. Memang benar, hal ini sudah semakin menonjol.

"Coba nanti Lo, Anna sama El pancing--

***

"Ser, giamana dong, Risa masih diem kaya kemarin!" kata Rachel yang didampingi oleh Feby. Ya, mereka sudah memutuskan untuk menanyakan secara langsung pada Serli, karena Serli yang membawa mereka ke villa ini, ya meskipun mereka yang memaksa untuk ikut.

"Gue gak tau, tapi lo coba ajak ngobrol," jawab Serli.

Rachel dan Feby saling memandang satu sama lain, memang mereka semakin yakin jika ada sesuatu hal yang tidak beres di villa ini. Tak ada tukang kebun, jauh dari rumah warga hingga tak ada orang yang bertanggung jawab atas villa ini.

Rachel dan Feby meninggalkan Serli begitu saja. Serli pula tak mengerti mengapa ini akan begini. Om dan tantenya yang kian tak dapat dihubungi pula. Serli pikir akan ada koki atau tukang kebun disini. Namun dirinya tak pernah menemukan mereka.

"Ser!" ucap Anna dari arah berlawanan menghampiri Serli yang tengah duduk seorang diri. Serli mengalihkan arah pandangnya pada Anna.

"Lagi apa?" tanya Anna diiringi kekehan geli. Padahal seharunya hanya dirinya dan Serli saja yang ada disini. Namun karena Risa dan teman-temannya dan juga El dan teman-temannya membuat keduanya mau tak mau merelakan quality time bersama sahabat.

"Pertanyaan lo ambigu banget, biasanya juga langsung ke intinya," jawab Serli membuat Anna tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya. Serli ikut terkekeh melihat tingkah Anna yang selalu sama.

"Gue bareng Reno sama Radit ada rencana, buat nanti malem," kata Anna menerangkan.

Serli mengernyitkan dahinya bingung, "Rencana apa?"

***

"El, mau ya??" bujuk Anna pada El yang masih berbaring di tempat tidur. Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh menjelang siang, namun El tak kunjung bangkit dari tempat tidur hingga Anna terpaksa menghampirinya.

"Perasaan gue bukan buat dimainin," jawab El dengan mata yang masih tertutup rapat.

Anna menghela nafasnya kasar, "Siapa yang mau mainin perasaan lo?"

El bahkan tak menjawab, Anna kembali mengguncangkan tubuh El, dirinya tak akan menyerah sebelum El berkata iya, "Anggap aja kita main drama, oke?"

Tiba-tiba saja El membuka matanya, ditatapnya Anna sembari berkata, "Tapi ada syaratnya?"

Anna memutar bola matanya malas, selalu saja begini. Padahal yang membuat rencara adalah Reno dan Radit. Namun mengapa dirinya yang harus bersusah payah memenuhi syarat yang El berikan padanya? Akan tetapi, jika dipikirkan lagi ini pula penting untuk dirinya dan teman-temannya memastikan jika ditempat ini tak ada pa-apa. Ya, meskipun Anna sudah beberapa kali menemukan sosok perempuan di villa ini.

"Yaudah apa!" kesal Anna menerima tawaran yang El berkan. El tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Anna menatap El penuh harap, semoga saja El tak memberikan syarat yang tidak dapat dirinya lakukan.

"Kiss me," kata El sembari bangkit dan duduk Anna membulatkan matanya sempurna. Bisa-bisanya El mengatakan hal seperti itu.

"Satu lagi," sambungnya semakin membuat Anna kesal saja.

"Peluk gue," kata El lagi.

***

Malam harinya, mereka sudah siap. Tidak, tidak semua. Hanya Serli, Anna, Reno dan juga Radit. Namun, Anna belum juga mengabulkan permintaan El. Anna berjanji akan melakukannya jika rencana ini berjalan dengan lancar. Dan El pun setuju.

Reno mengatakan pada Rachel, Risa dan juga Feby jika malam ini mereka akan menonton konser yang diadakan secara online. Kebetulan sekali mereka semua menyukai konser itu. Hanya Radit yang membeli tiket namun Reno berinisiatif memindahkannya menjadi layar lebar.

"Ada yang mau gue sama El omongin," kata Anna membuat semua orang mengalihkan pandangannya pada Anna. Bukan apa, hanya saja konser yang akan mereka tonton masih belum dimulai dan Anna sudah ingin mengatakan sesuatu. Akan tetapi, memang benar masih tersisa 30 menit hingga konser dimulai. Itu berarti, mereka masih memiliki waktu untuk saling berbincang. Entahlah, ini sudah menjadi rencana semuanya. Tak ada yang tau prihal apa yang akan menjadi hasil akhir.

Risa hanya diam, seperti biasa dengan pandangannya yang kosong dan pembawaannya yang dingin. Sesekali Anna melmpar pandangannya pada Risa, namun tetap saja tak ada pergerakan dari sang empu membuat Anna sedikit meringis.

Radit, Reno dan juga Serli sudah menunggu ini sedari tadi, mereka ingin tau apa yang akan Risa, Rachel dan juga Feby akan lakukan.

"Gue sama El---

avataravatar
Next chapter