15 BAB 15 - Pertempuran yang sesungguhnya

my"Loh kok gelap?" tanya Risa kala langit tiba-tiba saja berubah menjadi gelap, padahal beberapa detik yang lalu langit yang mereka pandangi jelas memancarkan sinar.

"MASUK!" intrusi Radit pada mereka sembari berlari mendahului.

Tak ada alasan untuk tetap mempertanyakan itu semua. Semuanya berlari, mengikuti kemana Radit pergi, beruntung El dan juga Anna sudah berada di tempat. Posisinya saat ini dengan Radit yang memimpin, Risa dibelakang Radit, Rachel berada di belakang Risa dan yang paling terakhir Reno. Mereka semua berlari dengan sekuat tenaga, tiba-tiba saja angin bertiup kencang. Radit sudah berada di ambang pintu, membiarkan satu persatu masuk ke dalam ruangan. Risa sudah berhasil masuk, begitupun dengan Rachel hingga--

BUGH!

"ARGHH!!!!" teriak Reno saat tubuhnya ambruk dalam posisi tengkurap. Reno dapat merasakan ada sesuatu yang menarik dirinya. Dengan cepat, Radit mengulurkan tangannya untuk membantu Reno, dengan sigap Reno menerima uluran tangan dari Radit.

"GUYS!!!" teriak Radit pada semua yang tengah mengunci seluruh celah di dalam ruangan. Mereka semua menatap ke arah dimana Radit berteriak, sontak semuanya berlari menghampiri sembari membantu menarik Reno.

"Gue udah gak kuat lagi, tangan sama kaki gue berasa mau patah. Kalo gue gak selamat tolong kasih surat yang ada di tas gue sama orang tua gu--

"LO BAKAL SELAMAT RENO!!!" teriak Rachel.

Anna menetralkan nafasnya, memejamkan matanya setelah itu dirinya mulai bergumam pelan, "Ninggalake utawa kita kabeh bakal ngobong sampeyan."

Tak ada yang percaya kala Reno dapat mereka tarik begitu saja. Tak ada yang tau apa arti dari kalimat yang Anna ucapkan. Terdengar seperti logat Jawa dan mungkin itu bahasa Jawa.

BRUGH! CK-- CKLKK

Mereka semua mengambil posisi mereka masing-masing. Suara banting membanting, teriakan histeris bahkan pekikan serta jeritan histeris berhasil menusuk indera pendengaran mereka.

"Malem ini kita aman. Besok kita langsung ngadain ritual," intruksi Anna. Mendengar itu El hanya menatap tajam Anna di tengah kegelapan. Radit yang asik membaringkan tubuhnya dengan kedua tangan yang menjadi bantalan, Reno yang sedari tadi memakan cemilan yang ada. Risa beserta Rachel yang sedari tadi ketakutan dengan memeluk lututnya sendiri, El yang juga tengah berbaring dengan kedua tangan yang menjadi bantalannya dan Anna hanya duduk tegap.

"HIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!!!!!!!!!!!!!!!"

Suara pekikan itu sontak membuat mereka semua membenahkan posisinya. Karena Risa berada di dekat Radit yang tengah membaringkan tubuhnya, sontak Risa memeluk tubuh Radit dan menangis disana. Entah mengapa Radit merasakan kehangatan, jantungnya memompa lebih cepat, ada desiran aneh dalam dirinya. Tak ada penolakan, bahkan tangan Radit terulur mengusap lembut punggung Risa dalam keadaan gelap.

Reno membanting cemilannya kala mendengar pekikan itu, dengan gerakan cepat dirinya menyembunyikan kepalanya disebuah bantal yang dirinya bawa.

Begitupun dengan Rachel yang terus mengeratkan pelukannya pada diri sendiri.

Anna dan El terlihat begitu tenang, mungkin Anna yang sudah semakin membiasakan diri dan El yang tak ingin menjadi pria penakut. Jika dirinya terus merasa takut, kemungkinan besar dirinya tak dapat menyelamatkan Anna.

***

Reno mengerjapkan matanya berkali-kali, masih dalam keadaan gelap. Pikirnya, mungkin hari masih dini. Akan tetapi dirinya merasa perutnya berbunyi, tentunya Reno merasa lapar. Dirinya mulai bangkit, semua orang menatap dirinya yang baru saja terbangun, walau hanya cahaya remang-remang yang berasal dari lilin, Reno masih dapat melihat mereka semua.

"Masih malem ko udah pada bangun?" tanya Reno sembari meraih cemilan.

"Aturan sekarang udah siang," kata El. Sontak Reno membandingkan cemilannya ke sembarang arah. Dirinya menatap kosong kedepan, tiba-tiba saja hujan turun bersamaan dengan petir yang mendengar sangat mengerikan.

"Risa kemarin siang Lo petik bunga yang ada di depan kan?" tanya Anna yang dapat Risa angguki.

"Reno, lilin baru ada kan?" tanya Anna lagi yang dapat Reno angguki. Reno ditugaskan untuk menyimpan satu lilin utuh agar dapat digunakan untuk ritual mendadak seperti sekarang ini.

"El, parfum yang pernah aku kasih sa--

"Gue bawa!" tukas El. Anna tau El marah padanya karena menjalankan ritual gila ini, akan tetapi apa boleh buat? Ini demi keselamatan Anna.

"Na lo tau cara ngelakuinnya?" tanya Rachel.

Anna mengagguk, "Gue pernah diajarin."

Semuanya mulai mengambil posisi duduk melingkar dengan Anna yang berada di tengah-tengah mereka. Anna menyalakan lilin, menabur bunga di air dan terakhir menyemprotkan sebuah parfum kedalam air yang sudah dimasukan bunga melati yang entah parfum apa itu.

"Gue jaga lilin disini biar lilinnya ga mati. Setelah ada cahaya di arah barat, kalian semua masuk dan cari kunci yang buat buka gerbang dari dunia lain ini," tutur Anna.

"Kuncinya warana silver, ada tanda silang kecil dibagian tengah," sambung Anna menerangkan.

Mereka semua diam, El sendiri sudah bertekad untuk tetap mencari kunci itu agar Anna dan semuanya dapat pulang.

"Jangan sentuh apapun, jangan percaya siapapun selain kalian yang ada disini," kata Anna. Itu berarti akan ada sosok lain?

"Kalian akan disuguhkan banyak sosok, entah itu kakek tua, nenek tua, musapir, mister sekalipun, kalian gak boleh lengah. Mereka memang berprilaku baik sama kita, tapi inget satu hal kalo mereka cuman bakal jatuhin kalian," kata Anna.

Anna membagikan sebuah benda pipih kecil pada mereka.

"Setelah masuk nanti, akan ada 5 jalur. Gue minta kalian semua ambil satu jalur per satu orang. Ketemu atau pun enggak kunci itu, setelah jarum yang ada di benda itu nunjuk ke tanda silang, kalian lari secepatnya, inget hanya lurus. Gak boleh belok," kata Anna bertepatan dengan dirinya yang sudah selesai membagikan benda aneh itu.

"Gak ada yang namanya santai, gak ada yang namanya berleha-leha, semuanya harus cari kalo kalian semua mau pulang ke dunia asal. Ini baru tahap pertama," kata Anna.

"Berarti masih ada tahap kedua, kalo--

"Ada tiga tahap," tukas Anna membuat mereka semua melongo namun tidak dengan El dan juga Radit. Mereka tampak santai dengan memasang raut wajah datar.

"Rachel, gue tau Lo anak mami. Tapi gue mohon sama Lo, kali ini aja Lo harus kuat," kata Anna menatap serius pada Rachel. Rachel mengagguk setuju.

"Buat Lo Risa, jangan brisik oke?" kata Anna yang juga dapat diangguki oleh Risa. Tak ada alasan untuk Risa membantah apa yang Anna katakan. Situasi saat ini seolah menyuruhnya bungkam.

"Reno, jangan pecicilan dan jangan ngomong sompral," Anna menatap Reno tajam. Reno hanya mampu mengagguk mengiyakan.

"Buat Lo Radit, jangan terlalu berani seolah Lo nantangin mereka," kata Anna namun Radit tak menjawab. Tak apa, sudah biasa.

"Dan kamu, El--

avataravatar
Next chapter