12 BAB 12 - Apa yang terjadi?

"El, kita akan baik-baik aja kan?"

***

"Anna, ada aku disini. Gak mungkin kita gak baik-baik aja, kamu percaya kan? Selama kamu ada sama aku, selama kamu tetap di samping aku, aku gak akan ninggalin kamu," tutu El membuat Anna kembali berhamburan ke pelukan El. Seolah tak ingin El melepaskan dirinya dan dirinya sungguh tak ingin melepaskan El. El melihat darah yang bercucuran di kaki Anna akibat serpihan kaca.

"Aku mau pulang," Isak Anna semakin kacau. El melepas paksa tubuh Anna, berlari ke arah kamar mandi sembari meraih kotak p3k.

El mengobati seluruh luka yang ada di kaki Anna tanpa rasa enggan. Berkali-kali Anna meringis karena rasa sakit dari luka yang ada di kakinya. Sembari menangis dalam diam, tentu El tau itu.

"Kita pulang sekarang, oke?" kata El setelah berhasil mengobati lukanya. Tanpa menunggu jawaban Anna, El meraih tubuh Anna sembari membopong ala bridal style menuju garasi yang ada di villa ini. El tak peduli apapun dan El tak akan takut pada apapun. Yang dirinya pikirkan saat ini hanyalah Anna. Terdengar egois, namun inilah kehidupan, kehidupan yang hanya akan berakhir tanpa adanya persetujuan.

Tiba-tiba saja seluruh lilin yang ada disekitar mereka mati, tak ada penerangan sedikitpun. El merasa kepalanya pening, begitu pula dengan Anna. Sungguh, tak ada yang dapat mereka rasakan. Hingga kesadaran diantara El dan Anna hilang.

***

"Denger gue! Lo, Risa sama gue. Pokoknya kita harus cepet-cepet pergi dari sini, gak usah mikirin yang lain, yang terpenting kita selamat oke?" kata Rachel pada Feby dan juga Risa.

Risa hanya mengernyitkan dahinya bingung, tak tau apa yang harus dirinya lakukan, hanya mengagguk setuju. Jarang sekali melihat kedua sahabatnya ketakutan seperti ini. Dan lagi hatinya masih hancur akibat El dan Anna yang sudah bersatu.

"Ayo!!" intruksi Rachel sembari berjalan mengendap. Tak ada yang mereka bawa. Memang pada dasarnya yang ada dipikiran mereka hanya pergi dan berlari meninggalkan villa ini akibat mereka yang telah menemukan kejanggalan yang ada.

Risa dan Feby mengikuti dari belakang, dengan penerangan sekedar lilin yang itu pun tidak dapat membantu penerangan seluruh penjuru ruangan.

Tiba-tiba saja angin bertiup kencang, seluruh lilin yang ada mati hingga tak ada penerangan sedikitpun. Hingga akhirnya ketiganya merasa kepalanya pening.

"Girls, gue gak tahan," lirih Feby hingga akhirnya mereka bertiga ambruk.

***

Pagi hari di sebuah Villa yang tampak jauh dari desa. Keadaan yang tampak menyeramkan dengan bentuk yang sudah tua. Mungkin bagi sebagian orang ini akan sangat keren. Akan tetapi, tidak bagi banyak orang. Villa ini tampak asing dan terbengkalai. Tak heran tak ada listrik dan jauh dari desa pula.

Radit yang tengah berjalan menuju garasi karena ingin mengambil makanan yang ada di mobilnya melihat Anna yang tengah tertidur di lantai itu. Segera Radit menghampiri Anna takut akan terjadi sesuatu pada Anna.

"Na!! Bangun woii!!" ucapnya sembari mengguncangkan lengan Anna.

Perlahan namun pasti Anna membuka matanya, menyusuri setiap sudut ruangan. Pikirannya berusaha mengingat apa yang terjadi dan mengapa dirinya dapat berada di garasi. Hingga secuil ingatan berhasil terungkap dikelapanya. Anna menatap Radit penuh tanya, "El mana?"

***

"Woi!!! Ngapain si Lo- Lo pada tidur dimari!!!" kesal Reno kala melihat Risa dan kedua temannya tengah tertidur di lantai. Reno dan Radit memang tengah mencari Anna, El, Risa dan kawan-kawannya. Reno yang ditugaskan di lantai atas dan Radit yang mencari di lantai bawah. Tak memerlukan waktu banyak hingga Reno dapat menemukan ketiganya.

"Reno?" kata Risa heran. Risa memandang Feby dan juga Rachel yang baru sadarkan diri. Mereka mengingat apa yang terjadi malam tadi. Seketika raut wajah Risa memucat.

"Gue mau pulang!" tegas Risa.

"Magsud Lo apa?" tanya Reno. Bukan hanya Risa yang ingin pulang. Melainkan semua orangpun ingin pulang, hanya saja Reno yakin jika mereka tak akan dapat keluar dari villa ini.

"Pokoknya gue mau keluar dari villa sialan ini!!" jawab Risa tanpa peduli sembari menatap Reno tajam.

"Sa, Lo gak bisa asal bicara. Lo gak takut apa?" tanya Feby mencoba mengingatkan Risa. Namun Risa tetap bersikeras untuk ingin keluar dari Villa ini.

"Gue gak peduli! Sekarang gue ngerti, gue ngerti kalo tempat ini ada arwahnya!!!" tutur Risa semakin merasa tak nyaman.

"Risa! Gue mohon sama Lo. Berhenti bicara dan kita cari jalan keluar sama-sama. Kalo Lo banyak ngelontarin kata-kata yang buat semua arwah disini marah, kita bakal kena imbasnya!" tegas Reno balik menatap Risa tajam.

"KALIAN LIAT EL!!?" tanya Radit yang baru saja datang. Mereka saling menatap satu sama lain.

"Anna mana? Siapa tau El sama Anna," tanya Feby.

"Anna tadi gue bawa ke kamarnya dulu, gue ketemu dia digarasi gak sadarkan diri," jawab Radit.

"Kok situasinya sama kaya mereka," gumam Reno yang masih dapat Radit dengar.

"Magsud Lo?" tanya Radit pada Reno. Reno menatap Radit penuh kekhawatiran, "Mereka bertiga gak sadarkan diri disini."

Suasana hening, hingga Rachel buka suara, "Serli!!!"

"Kita harus tanya Serli!" sambung Rachel.

"Kita harus cari dulu El," kata Radit.

"Gini aja, kalian cari Serli dan tanya apa yang sebenarnya terjadi. Kita berdua nyari El, gimana?" kata Radit yang dapat mereka angguki.

Risa, Rachel dan Feby berjalan ke arah ruangan yang tak jauh dari mereka berada. Sedangkan Reno dan Radit pergi menuruni tangga. Ada banyak pertanyaan dan ketakutan dalam diri mereka, akan tetapi mereka sadar jika ini tak dapat mereka selesaikan dengan sekejap mata, ada rencana yang harus mereka susun dan ada sesuatu yang jelas harus mereka selesaikan. Menyesal? Tentu saja mereka menyesal karena telah datang kesini. Tujuan Risa dan teman-temannya agar dapat mengusik Anna, namun ternyata ini semua diluar dugaan. Seolah dirinya yang terusik.

Tok! Tok! Tok!

"Ser!!!! Serli!!" panggil Rachel sembari mengetuk pintu. Tak ada jawaban dari dalam.

"Udah buka aja!" kesal Risa yang memang tak pernah mau bersabar dalam hal apapun. Rachel mengagguk sembari meraih hendle puntu.

Ck-- cklek.

Pintu terbuka, akan tetapi mereka tak dapat menemukan keberadaan Serli di ruangan itu. Feby berlari menuju kamar mandi yang ada dikamar itu, tetap saja tak ada kehadiran Serli disana.

"Semalam Serli masih ada kan?" tanya Risa yang dapat diangguki oleh Rachel.

"Jangan-jangan Serli juga ilang?" tanya Feby.

Risa menatap Feby, "Serli yang tau seluk-beluk villa ini, gak mungkin dia ikut ilang."

Rachel dan Feby mengagguk setuju atas apa yang Risa katakan.

avataravatar
Next chapter