webnovel

Velvet Romance

Sebagai garis tunggal pewaris perusahaan keluarganya, sudah menjadi kewajiban bagi Lux untuk bertunangan. Tapi, apa yang akan terjadi jika tunangannya adalah guru baru nya dan cinta pertamanya kembali ke dalam kehidupannya lagi?

Annikalestari · Celebrities
Not enough ratings
6 Chs

Chapter 02

Meskipun pelajaran hari ini telah berakhir beberapa jam yang lalu, aku masih berada di sekolah untuk mengerjakan beberapa dokumen di ruang OSIS bersama sekretaris.

"Mine, bagaimana jika kamu pulang saja sekarang? Aku khawatir kami nanti kenapa-kenapa."

Kataku yang sontak membuat Mine melihat kearah ku canggung.

"Bagaimana denganmu?"

"Aku bisa pulang nanti bersama sopir pribadi ku. Toh, masih ada beberapa guru disini untuk menemani."

Balasku sehingga ia akhirnya mengikuti ucapan ku dan menyuruhku agar tidak terlalu memaksakan diri dalam mengerjakan ini semua.

Hampir setengah jam berlalu dan pekerjaanku tinggal beberapa lembar sebelum akhirnya aku dapat pulang.

Guru-guru sudah mulai meninggalkan sekolah, tapi beberapa masih menetap karena merasa kasihan jika meninggalkan ku sendiri.

Akhirnya, semua pekerjaanku selesai. Beranjak keluar dari ruang OSIS, aku melihat Profesor Lee menunggu di depan pintu.

Mendengar suara pintu terbuka, ia mengalihkan pandangan dari gawai nya menunju aku.

"Guru yang lain sudah pergi semua. Jadi, aku menunggumu disini sendirian." Kata Profesor Lee sebelum tiba-tiba mengambil tas ku dan membawanya.

Hal tersebut membuatku merasa terkejut, terutama karena ia merasa bahwa aku pasti lelah setelah menghabiskan lebih dari setengah hari di sekolah.

"Kamu pasti lapar, kan? Mau makan dimana?"

"Tenang, aku sudah beritahu Papa mu bahwa kamu sedang bersamaku."

===

Aku menatap jam tanganku, menunjukkan sekarang sudah mendekati pukul 9 malam. Berjalan menuju mobilku bersama Lux, aku berhenti sebentar sebelum berbalik menatapnya.

"Lux,"

"Ya?"

"Aku yakin kamu merasa tidak nyaman bersamaku."

Aku berjalan mendekati dirinya, menyentuh pipinya dengan lembut sebelum mencium keningnya.

"Tapi, aku harap kamu bisa terbiasa dengan sikapku seperti ini. Tenang saja, aku hanya berlaku seperti ini saat diluar jam sekolah."

Ucapku dengan pelan sebelum mempersilahkannya masuk ke dalam mobilku.

"Oh! Dan jangan lupa untuk memanggilku Jeno saat kita hanya berdua."

Tambah ku lagi sehingga ia mengangguk pelan, memahami ucapan dan perintahku.

Jujur, tidak kusangka bahwa ia ternyata adalah gadis yang cukup lugu dan naif di sekolah. Seolah baru saja mengalami ini semua untuk pertama kalinya.

Sangat bertolak belakang dengan sifatnya yang mampu menundukkan seluruh kepala bawahannya hanya dengan sekali pandang saat berada di W Group HQ.

Meskipun ia masih tetap menuruti ucapan ayahnya dengan segan.

Aku melihat sekitar jalanan yang kami lalui, banyak restoran dan kafe menghiasi pinggir jalan beserta tempat berbelanja lainnya.

Menepi ke toko baju terdekat, Lux menatapku bingung. Sambil memakaikan jaketku untuk menutupi seragamnya, aku membuka mulutku.

"Gak enak kalo ada yang lihat kita seperti ini, meskipun pihak sekolah tahu kalau kita bertunangan."

"Ayo, sekalian kamu ganti baju juga."

Ajak ku dan membawa Lux ke dalam butik tersebut sebelum ada yang melihat kami berdua.

"Selamat datang."

Seorang pegawai menyambut ramah dan mulai menanyakan tentang pakaian yang ingin kami cari.

"Hmm, menurut saya anda akan sangat cocok dengan pakaian ini. Mari, silahkan dicoba dulu."

Kata pegawai tersebut dan membawa Lux untuk mencoba beberapa pakaian selagi aku melihat-lihat yang lain untuk dibeli.

"Apakah anda sedang mencari pakaian untuk pacar anda?"

Tanya salah satu pegawai dan ia mengambil beberapa pakaian dan menunjukkannya kepadaku satu persatu.

Dari koleksi yang sering dicari dan disukai oleh kalangan remaja putri zaman sekarang hingga yang eksklusif dan hanya dapat diakses oleh kartu anggota khusus.

"Apakah ada ciri spesifik tentang pakaian favoritnya?"

"Uh, menurut saya ia sangat menyukai pakaian semi-formal yang terlihat nyaman dan ringan."

"Kalau beg-"

"Jeno,"

Aku melihat ke belakang ku, terlihat jelas Lux memakai turtleneck putih dan rok merah bermotif kotak dengan jaket cardigan krem dan topi baret hitam.

"Apakah kamu menyukainya?"

Tanyaku dengan pelan, tidak sadar sebuah senyuman merambat ke bibirku saat ia berjalan mendekat ke arahku.

"Aku sangat menyukainya."

Jawabnya sambil meraih tanganku dan menatap mataku dengan senyuman yang manis tersungging jelas, dihiasi rona pipi yang membuat wajahnya terlihat menggemaskan.

"Baiklah kalau begitu, aku akan membayar semua dulu sebelum kita akhirnya makan malam."

Setelah membayar semua pakaian yang kami pilih dan memasukkannya ke dalam mobilku, kami berjalan sebentar sebelum akhirnya memasuki sebuah restoran kecil.

Dengan dekorasi vintage tahun 90-an, aku merasa seolah kami berada dalam film roman picisan yang selalu membuat para penonton ketagihan untuk menontonnya berulangkali.

Setelah memesan dan mendapatkan makan malam kami, Lux yang memulai percakapan malam hari ini membuatku cukup terkejut.

Terutama kerena ia tidak pernah memiliki keberanian untuk menatap mataku beberapa hari ini.

"Terima kasih telah mengajakku berbelanja dan makan malam bersama, Jeno."

Ucapnya dengan lembut sebelum akhirnya menatap mataku tanpa berpaling.

"Jujur, ini membuatku merasa sangat senang untuk pertama kalinya."

Dan sejak saat itulah, aku sadar bahwa perjodohan ini tidak akan menjadi buruk saat yang kami perlukan hanyalah satu sama lain di dalam hidup ini.