10 Puncak Bukit

Suara sepatu bootnya terdengar saat melangkah di jalan taman itu. Jalan di dalam konservatori terbuat dari susunan pecahan batu. Pecahan susunan batu besar yang saling berjajar dan seperti puzle yang saling terhubung. Setiap susunan batu saling mengunci sehingga susunan batu itu tidak goyah sedikit pun. Kuncian susunan batu itu di perkuat dengan semen yang mempererat agar tidak bergeser sedikit pun.

Semakin dekat dengan dengan anaknya. Langkah kaki Amanda mulai bersautan dengan suara gemercik air yang ada di depannya. Suara langkahnya ber irama, sepatu boots berpadu dengan suara jatuhnya air dan saling berbenturan dengan air yang ada di kolam pancuran. Pancuran airnya terlihat putih dan menunjukan kilauan karena terkena sinar matahari .

"Dinda apa kamu suka dengan taman kecil ini?"

"Iya Bu...Dinda sangat suka"

Dia menjawab pertannyaan ibu dengan penuh semangat.

"Apa Dinda dan kakak Danar mau bantu ibu? memetik beberapa buah dan sayuran yang ada di sebelah taman ini."

"Buah dan sayur? di sebelah mana itu bu?"

"Ara...Dinda belum tau ya? Danar...!"

"Ahahaha maaf bu, sebenarnya Danar ingin ajak dik Disa berkeliling kesisi lain tapi karena Adik terpesona dengan bunga-bunga disini. Danar jadi lupa mengajak Disa ke area kebun, ehehe..."

"Ya sudah, ayo Dinda mau kan bantu ibu?"

"Tentu bu ... Dinda pasti mau bantu Ibu."

"Danar juga kan?"

"Tentu bu ... Danar juga akan mengajari Disa cara memetik yang baik."

"Bagus ... Ibu yang mendengar nya sangat senang karena kalian anak luar biasa Ibu.

ヾ(¯∇ ̄๑)

Kakak adik itu berjalan mengikuti ibunya dan keduanya membawa keranjang anyaman bambu di tangan mereka.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

(σ≧▽≦)σ

Disa berjalan di samping kakaknya dan terus tersenyum terlihat bahagia.

"Kita akan panen yey ... panen sayur yey ... panen buah yey ... panen-panen yey"

Disa bernyanyi sesuka hatinya dengan penuh riang dan gembira dan kakaknya selalu memerhatikannya.

"Aku pasti akan menjaga senyum milik dirimu adikku"

Danar berbicara lirih di samping adiknya.

"Kakak apa kakak tadi mengatak sesuatu pada Disa?

"Aghh tidak, mungkin Disa salah dengar"

"Begitu ya kak, tadi Disa dengar ada kata 'Adikku' jadi kupikir kakak lagi mengajak ku bicara. Disa ingin meminta maaf karena tidak dengar, tapi kalau kakak tidak mrngatakannya ya... tidak apa"

"Yah adikku sebentar lagi kita akan sampai dikebun."

Danar gugup dan langsung menjawabnya dengan topik lain. Kebun yang dituju mulai terlihat dan kebun ini masih di dalam konservatori di belakang rumah. Kebun ini berada di bagian belakang. Jika dilihat bagian kebun ini di sisi bangunan paling belakang itu langsung berbatasan dengan hutan. Jarak kebun dengan hutan memiliki jarak 10 m hingga 20 m. Jarak yang cukup lebar membuat petugas kebersihan taman mudah untuk membersihkan areanya. Dedaunan kering yang di tanah biasanya di jadikan pupuk kompos. Tempat pembuatan kompos berada di luar konservatori dan memiliki bangunan sendiri. Luas bangunan yang khusus untuk membuat pupuk kompos hanya seluas 10 x 10 m².

Petugas kebersihan juga di tugaskan membersihkan jalan yang ada di belakang rumah. Yang memiliki gerbang dan juga pos penjaga akan tetapi pos penjaga bagian belakang sudah lama tidak ada yang menjaga. Pos penjaga bagian belakang ini langsung mengarah dan jalannya menuju ke arah Gunung Bismo. Jalan di bagian belakang lebih terjal di bandingkan jalan utama di depan yang menghubungkan pos utama '1' dengan pos 2 yang berada di dekat jalan besar dan pemukiman penduduk.

Petugas kebersihan selalu di tugaskan satu minggu sekali untuk membersihkan jalan belakang itu. Dedaunan yang berjatuhan dari atas pohon yang lebat dan tinggi. Saat berjalan melawati jalan belakang, orang yang melewatinya akan sedikit melihat cahaya matahari saat melintasinya. Sering kali kabut muncul dan itu menambah keheningan jalan dan akan sulit melihat jalan di depannya. Jarak pandang akan menurun dan itu berbahaya jika melintasi jalan itu. Jalannya seperti halnya jalan desa yang sempit, mungkin lebih tepat jika seperti jalan gang sempit. Lebar jalan hanya 1,5 m dan sudah di aspal, aspalnya bagus dan mulus. Saat melintasinya orang akan berpikir kalau ini adalah gua alami yang di bentuk dari rimbunan pepohonan hutan.

Jarak kebun tidak terlalu jauh, yang membuat terasa jauh itu karena langkah kaki orang dewasa dengan anak-anak berbeda jangkauannya. Ibu Amanda berjalan di depan dengan santai dan sering kali berhenti karena anaknya tertinggal di belakang.

"Apa benar sebentar lagi? Disa cukup lelah."

"Dinda apa Dinda mau Ibu gendong?"

"Tidak bu... Dinda mau melatih kaki biar lebih kuat"

"Itu lihat Dinda sudah terlihat kebunya"

Disa tercengang karena kebunya berada di atas bukit dan dia harus berjalan menanjak. Kebunyya masih terhubung dengan konservatori taman bunga. Kebun ini memiliki jalan setapak dan dihubungkan dengan kaca, sehingga kebun ini juga masih termasuk kedalam konservatori.

"Uwooh..! ternyata masih jauuuh kak?"

"Dekat kok"

"Disa tidak kuat kak..."

"Dinda tidak perlu khawatir, karena dari sini kita bisa naik trolli di sebelah sana."

"Trollli bu?"

"Itu lihat, itu akan membantu kita naik Dinda tidak perlu jalan susah-susah kesana"

"Wah itu luar biasa bu"

"Disa itu karena trollinya sudah di otomatisasi, kita tidak perlu lagi jalan menaiki anak tangga."

"Ayo kak kesana, Disa ingin naik"

"Kalau begitu Ibu akan mengaktifkannya dulu, kalian berdua naik dulu"

"Baik bu"

Kedua anak itu menjawab dengan kompak kepada ibunya.

avataravatar
Next chapter