3 Malam yang Panjang

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Wanita yang berada di ranjang itu tidak merespons kehadiran sang pria. Pria itu melihat bahwa wanita itu sedang berbaring di ranjang dengan begitu tenang tanpa bergerak dan tanpa bersuara, kecuali dadanya yang naik turun. Sepertinya wanita itu sedang tidur dengan begitu nyenyak. Rambut hitam panjang wanita itu terurai di ranjang dan wajah mungilnya yang memerah bersinar di bawah cahaya redup.

Hanya dengan melihatnya sekilas, pria itu tertegun. Wanita yang berbaring di ranjang itu terlihat begitu cantik. Apakah ada orang yang berinisiatif mengirim wanita itu ke sini karena tahu bahwa pria itu akan bermalam di sini? Hanya saja, sangat disayangkan karena ia memandang rendah hal-hal seperti itu.

Hm.... Aku ingat tadi manajer hotel berdiri di depanku dengan begitu hormat dan tidak heran jika hari ini dia penuh perhatian. Ternyata dia telah mengatur hal semacam ini secara khusus, ya? pikir pria itu. Memikirkan hal ini membuat wajahnya berubah menjadi lebih dingin.

Pria itu mengalihkan pandangannya ke wanita yang saat itu sedang tidur. Wanita itu berbaring dengan begitu tenang dan tubuhnya ditutupi selimut sutra yang mewah. Pundaknya yang terbuka terlihat begitu putih sehingga tubuhnya yang tertutup selimut jadi semakin menarik untuk dibayangkan. Wajahnya pun terlihat begitu cantik sehingga pasti bagian yang tertutup selimut juga tidak kalah indah.

Pikiran ini membuat napas pria itu menjadi berat, bahkan napas yang keluar seperti terengah-engah. Ia sejenak tertegun dan tidak menyangka bahwa dirinya akan bereaksi seperti ini. Ia selalu memiliki prinsip mengenai hal-hal yang berkaitan dengan wanita. Hanya saja, kecuali saat kecelakaan itu, malam ini tubuhnya menunjukkan reaksi fisik yang paling naluriah terhadap wanita ini.

Pria itu tidak meninggalkan kamar dan justru berjalan lurus ke depan untuk melihat wanita itu lebih dekat. Tidak buruk. Setidaknya, dari jarak yang dekat, penampilan wanita itu membuat seseorang menjadi tertarik. Wanita itu terlihat begitu cantik tanpa perlu menggunakan bedak tebal untuk mempercantik penampilannya.

Tangan kuat pria itu menarik selimut sutra yang menutupi tubuh wanita yang terbaring itu hingga tubuhnya terekspos penuh di depan sang pria. Pria itu mengambil napas lega dan tersungging senyum di wajahnya. Apa yang dilihatnya begitu bagus dan sesuai dengan harapan. Salah satu bagian di dalam tubuh pria itu sudah meronta, seolah mengingatkannya tentang apa yang seharusnya ia lakukan. Melihat wanita di depannya tidak merespons sama sekali, pria itu tak berpikir panjang dan langsung mencium bibir wanita itu dengan lembut.

Hari ini, mari kita buat pengecualian, batin pria itu.

———

Mungkin tubuh wanita itu tanpa sadar bergidik karena kedinginan karena selimut hangat yang menutupi tubuhnya diturunkan. Ketika ia merasakan ada kehangatan yang menyapunya, ia langsung menempelkan dirinya seperti gurita. "Oh, dingin sekali..." gumam wanita itu. Tanpa sadar, ia berguling di pelukan lengan pria itu.

Memandang gerakannya yang begitu imut dan indah, pria itu terkekeh, "Ternyata begini caramu mengambil inisiatif?"

Wanita itu hanya diam tidak merespons. Ia semakin meringkuk di pelukan pria itu karena menginginkan kehangatan yang lebih banyak dari tubuhnya. Apakah benar-benar begitu dingin? batin pria itu. Pria itu melihat pipinya yang memerah dan bulu mata lentiknya yang sedikit berkedut, lalu pemandangan itu semakin membuatnya tidak tahan. Api sudah tersulut dalam dirinya. Walaupun wanita itu tidak merespons dalam tidurnya, pria itu tidak akan membiarkannya pergi.

Di detik berikutnya, pria itu menundukkan kepalanya dan mencium bibir wanita itu. Bibir lembut wanita itu membuat jantungnya berdebar kencang. Perasaan ini begitu sulit dipahaminya. Ia tidak suka mencium wanita, tapi kali ini ia tidak membencinya. Tangan besarnya mulai menyentuh tubuh wanita itu dengan lembut dan membuatnya mengobarkan api di tengah badai malam ini.

———

Di luar jendela, malam ini tampak terlihat lebih sunyi.

avataravatar
Next chapter