webnovel

Prolog

Ivy mengerjapkan mata usai mendapatkan kembali kesadarannya yang telah terenggut paksa entah berapa lama. Kepalanya terasa berat. Berdenyut nyeri saat pendar cahaya putih dari lampu menerobos masuk menembus korneanya. Ivy tertegun sejenak. Memandang langit-langit kamar bernuansa krem dengan pandangan menerawang. Dahinya berkerut dalam saat Ivy mulai menyadari bahwa dirinya berada di tempat yang asing.

" Di mana aku? " gumamnya serak.

Gadis bermata coklat terang itu berusaha bangkit dari tempat tidur. Tapi ternyata keinginan sederhana yang Ivy miliki, tidaklah semudah yang ia kira. Sebuah simpul mati yang terpasang kuat di kedua pergelangan tangan Ivy lalu dikaitkan ke kepala ranjang, membuat Ivy tak bisa melakukan niatnya untuk segera kabur dari tempat ini.

Matanya membeliak lebar. Sarafnya tegang. Sinyal tanda bahaya di otaknya berbunyi. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat kala rasa takut tak tertahankan menjalari setiap sel di tubuhnya. Ivy meronta sekuat tenaga. Berusaha lepas dari jeratan tali yang kian menyiksa, sebelum orang yang melakukan perbuatan gila ini padanya datang. Keringat Ivy bercucuran ditengah usahanya lepas dari ikatan.

Sial! Siapa yang melakukan ini padaku?

Ivy hanya bisa menyuarakan ketakutannya di dalam hati. Bagaimanapun Ivy tidak boleh membuat kegaduhan yang bisa membuat si penculik datang, lalu melakukan hal yang lebih gila lagi padanya. Namun sial, belum lepas belenggu yang sedang berusaha dia urai, derap langkah kaki terdengar semakin mendekat ke ruangan di mana Ivy berada. Ivy panik. Rontaannya kian mengencang. Ivy sama sekali tak mempedulikan tangannya yang terasa perih akibat gesekan tali. Yang ada di otaknya sekarang hanyalah kabur secepat mungkin, sebelum nyawanya terenggut sia-sia di tangan sang pembunuh.

Suara derit pintu dibuka, tiba-tiba menjadi musik paling horor yang pernah ia dengar. Ivy berhenti meronta. Seluruh jalinan otot di tubuhnya terasa kaku hingga sukar digerakkan. Gadis itu memilih memejamkan mata karena takut, alih-alih mengarahkan tatapan tajam menghunus yang terkesan menantang, saat langkah kaki yang Ivy yakini sebagai si penculik semakin mendekat kepadanya.

" Kau sudah bangun Ma Cherie. "

Mata Ivy terbuka lebar. Suara rendah yang barusan menyapa gendang telinganya, adalah suara milik seseorang yang sangat ia rindukan selama ini. Ivy menoleh cepat ke arah pintu. Sorot mata yang tadinya sarat akan rasa takut, sekejap berubah menjadi binar-binar kerinduan yang mendalam, terhadap sosok yang sedang berdiri mematung menatapnya intens.

" Lucas? "

Pria tampan berpakaian rapi ala pengusaha itu memiringkan kepalanya sambil menyeringai.

" Kau masih ingat padaku rupanya. " Tanya Lucas dengan nada tak percaya yang dibuat-buat.

Bagaimana mungkin aku melupakanmu? Selama ini aku terus mencarimu seperti orang gila.

" Lucas.... Ba-bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja, kan? Aku... "

Ivy menelan ludah.

" Aku merindukanmu. "

Mata setajam elang milik Lucas berkilat penuh amarah. Bibirnya terkatup rapat sementara rahangnya mengetat. Dengan langkah besar menghentak, Lucas maju ke arah Ivy. Memegang rahang gadis itu kuat-kuat seolah ingin meremukkan tengkoraknya saat itu juga.

" Beraninya kau menanyakan bagaimana keadaanku setelah apa yang kau perbuat! "

Napas Lucas lebih cepat dari biasa saat berembus menerpa wajah Ivy yang hanya berjarak beberapa senti saja.

" Lu... cas... le... pas. "

Cengkeraman Lucas di rahangnya benar-benar menyakitkan. Ivy sadar kalau sikapnya dahulu sudah sangat menyakiti hati Lucas. Namun Ivy tidak tahu seberapa dalam luka yang ia torehkan pada Lucas, demi alasan yang Lucas anggap sangat tidak masuk akal. Lucas mendecih jijik melihat air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata Ivy tercurah turun.

" Tatap aku dan lihat! Aku sudah menjadi orang yang sukses. Aku sangat kaya hingga aku bisa membelimu dengan mudah. "

Ucapnya penuh rasa bangga serta arogansi yang kental.

" Lucas.... Apa maksudmu? Membeliku? "

" Kau tidak paham maksudku? "

Lucas semakin merendahkan kepala. Mencium pipi Ivy yang basah, lalu meletakkan cengkeraman tangannya ke sekeliling leher Ivy. Napas Ivy tersendat ketika Lucas menambahkan tekanan di semua jari yang melingkupi leher jenjang Ivy. Raut panik di wajah Ivy, menghasilkan senyum lebar yang jarang tampak di wajah Lucas. Pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga Ivy. Mengembuskan napasnya di sana kemudian berbisik.

" Aku sudah membelimu. Jadi, sebagai barang dagangan yang belum lama aku beli, kau harus menganggapku Tuanmu dan melayaniku dengan baik. "

Ivy ternganga tak percaya akan apa yang barusan ia dengar. Jika tadi hanya kepala dan pergelangan tangannya saja yang sakit, kali ini sakit yang dialami hatinya jauh lebih parah. Dia tidak pernah menyangka jika penolakan yang ia lakukan sepuluh tahun yang lalu pada Lucas, mampu mengubah pria itu menjadi seorang monster.

Lucas membuka jas hitamnya dengan gerakan sensual. Menarik lepas dasi yang terpasang di lehernya, kemudian membuka kancing kemejanya dengan gerakan lamban meneror. Tangis Ivy semakin deras saat dada bidang nan atletis itu terpampang tanpa penghalang. Ekspresi takut namun tak berdaya yang muncul di wajah cantik Ivy, membuat seringaian di wajah Lucas kian bengis.

Inilah hari yang selalu Lucas nanti di sepanjang embusan napasnya. Hari ketika dirinya mampu menaklukkan keangkuhan hati Ivy, dan menjadikan gadis itu bertekuk lutut di bawah kendalinya seorang. Hari pembuktian pada dunia yang dulu menginjak lebur harga dirinya, kalau Lucas yang sekarang bukanlah pecundang yang bisa ditindas sesuka hati.

" Tidak Lucas tidak! Kau tidak boleh melakukan ini padaku! "

" Tutup mulutmu dan nikmati saja. "

" Tidak Lucas! Jangan! "

SREEETT

Bunyi kain yang disobek paksa, serta jerit penolakan yang keluar dari bibir Ivy, menjadi alunan pembuka dari hal gila yang Lucas lakukan selanjutnya.

Next chapter