1 Begining

"Sha, jangan lupa, nanti sepulang sekolah kita mau ada rapat PENSI." Ucap seorang pria saat bertemu dengan Kalisha di kantin sekolah.

"Oke." Jawab Kalisha tersenyum.

"Cieee...kayaknya sibuk nih." Ledek Reva teman Kalisha setelah pria itu pergi.

"Ya...gitu deh! maklum orang penting, selalu dibutuhin." Ucap Kalisha narsis.

"Huuu...narsis lo!Lo tuh dicari-cari soalnya belum bayar utang! Uang kas aja nunggak mulu." Ledek Reva lagi tidak terima kenarsisan Kalisha.

"Enak aja! Bulan kemaren yang bayarin kas lo aja gue."

"Itu kan karena gue lagi ke luar kota! jarang-jarang kan gue nunggak uang kas"

"Tapi tetep aja, bu..."

"Oi! pada ngomongin apa sih? Kayaknya seru banget." Tanya suara itu mengagetkan tiba-tiba.

"Eh, Rivan..biasa ngomongin 'kenapa burung bisa terbang?' dan 'kenapa matahari terbit dari timur?' Karena, sampai saat ini, itu masih saja menjadi suatu misteri." Reva menjawab dengan bercanda.

"Jawaban pertama, 'karena burung punya sayap' dan kedua 'karena bumi berotasi ke arah timur'." Ucap Rivan menanggapi candaan Reva. Kalisha pun mentertawakan kebodohannya Reva.

"Emang susah ngomong sama anak IPA.", dengus Reva

"Udah-udah, gak usah diladenin tuh anak! biarkan dia berkreasi sendiri dengan daya imaginer yang dimilikinya." Ucap Kalisha tidak kalah formal mengalihkan perhatian Rivan dari pertanyaan-pertanyaan aneh Reva.

"Wah, udah berat ni kayaknya omongannya. Gue pergi dulu deh!" Ucap Reva lalu beranjak dari kursinya.

"Lho, kok pergi, Va? Klo gue ganggu, biar gue aja yang pergi." Ucap Rivan merasa tidak enak.

"Nggak kok! Gue mau ke IPS-3 dulu, nemuin Sandra, mau pinjem PR." Reva menjawab sekenanya. "Yuk Van, duluan." pamit Reva lalu pergi dari kantin pangkalan mereka. "Shaaa...bayarin minuman gue dulu ya!" Teriaknya lagi dari ujung jalan kantin sekolah.

"Dassaaaaarrrr!!! Tadi yang bilang gue tukang ngutang tu siapaaa!?" Kalisha teriak membalas teriakan Reva. Yang di teriaki hanya tertawa senang dari jauh.

"Hahahaha...kalian berdua tuh lucu, ya!" Rivan malah tertawa.

"Kalau gue iya, tapi, Reva nggak!" Ucap Kalisha enteng. Yang diledek saat itu bersin-bersin di jalan. "Eh, sini Van, duduk!" Tawar Kalisha. Rivan pun masuk kedalam kantin lalu duduk di samping Kalisha.

"Lagi bikin apa sih?" Tanya Rivan.

"Ng...lagi bikin Rundown acara PENSI kita!"

"Wah, semangat ya! Tapi, jangan terlalu diforsir tenaganya."

"Iya, tenang aja." jawab Kalisha tersenyum.

"Ada yang bisa aku bantu nggak?", tanya Rivan lagi.

"Ng...untuk saat ini kayaknya belum ada dulu. Tapi, ntar klo aku butuh bantuan aku bisa hubungin kamu kan?"

"Kapan aja!", jawab Rivan cepat.

Tiba-tiba saja bel sekolah berdering tanda waktu istirahat telah usai. Kalisha pun membereskan kertas-kertasnya yang berserakan. Sebelum pergi Kalisha membayar minumannya dan Reva dulu. Lalu pergi menuju kelasnya.

Kelas IPA-1 adalah kelas Rivan sekarang. Letaknya di sebelah kiri tangga, paling pojok koridor 3 IPA. Namun Rivan mengantar Kalisha dulu ke kelasnya yang berada berlawanan dari kelasnya.

"Makasih ya, Van udah dianterin." Ucap Kalisha saat sampai di depan kelasnya.

"Iya, gak apa-apa koq!" Jawab Rivan tersenyum, "aku seneng kok bisa nganter kamu! sayang ya, kita udah nggak sekelas lagi." Lanjut Rivan. Kalisha hanya dapat tersenyum.

"Kenapa sih, kamu pake acara pindah kelas segala?", tanya Rivan tiba-tiba. Sebenarnya, saat penjurusan kelas dulu, Kalisha masuk ke kelas IPA-1, sekelas dengan Rivan. "Gara-gara aku ya dulu?", lanjut Rivan ragu-ragu.

Sebenarnya perasaan Rivan kepada Kalisha sudah menjadi rahasia umum. Dulu sewaktu di kelas satu, Kalisha, Rivan dan Reva satu kelas. Sewaktu semester 2 Rivan pernah menyatakan perasaanya kepada Kalisha namun, Kalisha tidak membalas perasaanya itu. Kalisha langsung disambut dengan perkataan-perkataan Reva yang menyatakan betapa bodohnya dia menolak Rivan!? Apa lagi dengan alasan bahwa ia mau belajar dulu. "Come on! Ini Zaman Milenial!? Pacaran sambil sekolah itu udah biasa, Sha. Dicoba kan gak ada salahnya. Lagian juga, apa sih yang kurang dari Rivan!?" Omel Reva saat itu. "Rivan memang gak ada kurangnya...tapi kan, perasaan bukan utuk dicoba-coba, Va." Jawab Kalisha saat itu.

"Eh, bukan kok!" Kalisha menjawab cepat. "Ini aku juga masuk IPA." Ucapnya lagi. Rivan bingung. "Ilmu Pengetahuaan Akuntansi. Hehehe..." Lanjut Kalisha lagi tertawa. Tawa yang sangat manis, yang membuat Rivan jatuh hati saat pertama kali melihatnya.

"Ya udah, terserah kamu aja." Ucap Rivan tersenyum pula. "Aku balik ke kelas dulu, ya." Pamit Rivan.

"Iya, makasih banyak ya, Van udah dianterin."

"Sama-sama, Sha." Lalu Rivan pun pergi menuju kelasnya.

Pulang sekolah cuaca tidak terlalu panas. Kalisha berjalan menuju ruang OSIS. Kali ini agak terburu-buru karena ia sempat tertinggal di kelas tadi.

"Duh, rapatnya udah mulai nih!", ucap Kalisha panik setengah berlari.

Sekolah belum terlalu sepi. Masih ada beberapa siswa/siswi berada di sana. Ada yang hanya sekedar mengobrol saja, kumpul-kumpul atau bahkan pacaran. Kalisha berjalan melewati lapangan basket. Lapangan terlihat sepi, namun di salah satu sisi lapangan Kalisha melihat seorang cowok tengah bermain basket. Cowok itu memakai kaos putih, seragamnya digantung di tiang ring basket, sedang mendrible bola.

'Kayaknya itu anak kelas satu', ucap Kalisha dalam hati. 'Rajin banget, masih latian pulang sekolah gini', pikir Kalisha lagi. Tepat saat itu, Kalisha melihat cowok itu melakukan three point shoot dan masuk kedalam ring dengan mulus.

"Prok-prok-prok..." Kalisha reflek bertepuk tangan. Seketika, kertas-kertas yang berada di tanganya berjatuhan. Hal itu membuat cowok itu mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa yang diam-diam memperhatikan latihannya. Kalisha gugup saat sadar cowok itu sedang menatapnya heran, akhirnya Kalisha pura-pura sibuk memungut kembali kertas-kertas yang berjatuhan dari tangannya, kemudian tanpa basa basi, Kalisha segera melesat cepat meninggalkan tatapan bingung itu menuju ruang OSIS.

"Maaf, telat!" Ucap Kalisha merasa tidak enak kepada teman-temannya saat masuk kedalam ruang OSIS.

"Gak apa-apa kok, kita juga baru aja mulai." Ucap Raihan si ketua OSIS yang memberitahukan Kalisha ada rapat saat di kantin tadi. "Oke, sekarang kita lanjutin lagi ya!" lanjut Raihan, "berhubung sie acaranya udah dateng, kita masuk ke laporan sie acara dulu aja sekarang." Ucap Raihan lagi.

Kalisha sadar bahwa yang dimaksud adalah laporan dari dirinya. Kembali ia panik memilih kertas-kertas file yang tadinya sudah tersusun rapih, jatuh berantakan saat di lapangan tadi. Untunglah, hal itu tidak memakan waktu lama, seketika Kalisha menemukan kertas yang dimaksud.

" Ini dia! Ng...aku baru aja buat rundown acaranya. Mungkin ini bisa diliat." Ucap Kalisha lalu menyerahkan kertas yang tadi dipegangnya kepada Raihan. Raihan pun mengambilnya lalu mempelajarinya sebentar kemudian kertas itu diedarkan kepada yang lain.

"Untuk band-band pengisi acaranya, udah ditentuin siapa aja?" tanya Vika si sekertaris.

"Soal itu belum ada kepastian. Tapi kemarin aku udah sempet ketemu beberapa EO, katanya ada beberapa band papan atas yang kosong di tanggal itu dan kita bisa pake."

"Pasti mahal." Ucap Vira, bendahara.

"Ya, gitu deh..." Jawab Kalisha tidak mau menyebutkan nominal.

"Eh, kenapa kita nggak pake aja bandnya Rivan!?" Ucap Ana, sie dekorasi tiba-tiba.

"Iya, denger-denger katanya bandnya baru aja demo rekaman, ya? Bisa diajak kerjasama tuh! Biar bayarnya nggak terlalu mahal dan ini bisa jadi ajang promosi buat mereka." Ucap Arya dari sie akomodasi.

"Bener, bisa dipake tuh!" Bani antusias.

"Oke, kalo gitu berarti ini jadi tugas kamu, Sha buat tanyain dan pastiin apa bandnya Rivan bisa tampil apa nggak di acara PENSI kita!?" Ucap Raihan memerintahkan. "Apa nama bandnya?" tanya Raihan yang tidak tau nama band Rivan.

"Afterall-band." Jawab Ana. "Personelnya ganteng-ganteng lagi, ngejual banget tuh!" Lanjut Ana lagi senyum-senyum.

Memang sih, Rivan dan teman-temannya baru saja merilis sebuah single dan lumayan mendapat sambutan hangat di kalangan anak muda terutama para wanitanya, karena selain aliran musik baru yang dibawakannya, para personel Afterall-band bisa dibilang cukup..."menjual".

"Ng...ok, ntar aku coba hubungin Rivan." Ucap Kalisha akhirnya.

Setelah rapat PENSI di sekolah tadi Kalisha langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Kalisha mendapati keadaa rumahnya sepi.

"Ma, Kalisha pulang." Ucap Kalisha memberi salam begitu memasuki pintu rumah bergaya victoria yang tidak terkunci itu. Kalisha mencari-cari sosok orang tuanya sambil mengunci pintu rumah.

"Ma?" Panggil Kalisha lagi, namun percuma saja, rumah sebesar itu benar-benar terasa kosong. Bik Inah, pembantunya dan Pak Amir, tukang kebun rumahnya, sepasang suami-istri itu sedang pulang kampung karena mendapat kabar bahwa anak kelimanya terkena malaria.

Kalisha melongok ke dalam kamar kedua orang tuanya dan ternyata kosong. Kalisha terus beranjak ke dapur namun tidak juga ada orang, lalu kembali ke ruang tengah, hasilnya tetap nihil. Akhirna, ia pun merebahkan dirinya ke sofa di ruang tengah lalu menyalakan tivi. Badannya terasa amat lelah.

'kebiasaan kalo pergi pintu gak dikunci.' Ucap Kalisha dalam hati. 'Nggak takut ada maling apa!?' Omel Kalisha sendiri. Acara di televisi pun sedang tidak ada yang menarik perhatiannya. Tanpa sadar, Kalisha sudah terlelap.

"KRIIIIINNNGGG..." Kalisha terbangun karena suara telepon rumahnya berdering tiba-tiba.

"Siapa sih!?" Kalisha mengomel kesal karena merasa dibangunkan dengan cara yang kurang nyaman. Namun, telepon itu masih saja terus berdering. Akhirnya dengan malas-malasan Kalisha mengambil telepon wearlessnya. "Halo!?" Nada bicaranya masih terdengar kesal.

"Bisa bicara dengan Kalisha?" Tanya suara di seberang.

"Elo, Va! Kenapa?" Tanya Kalisha begitu sadar itu adalah suara sehabatnya Reva. Suaranya sudah melunak.

"Sialan lo! Gue kira, gue salah sambung telepon ke penjara!!" Reva kesal. "Suara lo gak enak banget!" Lanjut Reva lagi meledek.

'Itu gara-gara lo dodol!!', Ucap Kalisha dalam hati.

"Sori deh sori...habisnya telepon lo ngagetin gue sih!" balas Kalisha. "kenapa?" Tanya Kalisha.

"Eh, keluar yuk! Gue BT ni di rumah!" Ajak Reva. "Sekalian cari makan malem! Belom makan kan lo! Gimana?" Tanya Reva lagi setengah membujuk.

"Hah, memangnya sekarang jam berapa?" Kalisha kaget mendengar kata "makan malam" dari Reva.

"Nenek, sekarang udah jam 7 malem." Ucap Reva setengah mengejek mengingat kemampuan tidur Kalisha.

"Gila! Gue belom mandi!!"

"Yang gila lo apa kamar mandi lo!?"

"Gue serius! Gue mandi dulu, ya!"

"Ya udah, gue sampe lo udah kelar, ya!"

"Iya-iya."

"Gak pake lama!" Dan 'klik' hubungan di telepon pun terputus.

"Ting-tong." Bel di rumah Kalisha berbunyi. Kalisha masih berada di dalam kamarnya, ia sedang bersiap-siap.

"Bentar, Va!" Teriak Kalisha dari dalam kamarnya yang tentunya suaranya hanya terdengar samar-samar di luar.

"Ting-tong." Bel itu berbunyi lagi. Kalisha sadar bahwa di rumahnya saat ini hanya tinggal dia saja.

"Bentaaaaaarrr..." Teriak Kalisha lagi dari dalam kamar.

Tak lama kemudian,

"Ting-tong." Bel itu berbunyi untuk yang ke tiga kalinya.

"Si tante nggak sabaran banget sih!?" Omel Kalisha dengan julukan Reva olehnya. Kalisha pun beranjak turun ke bawah.

"Tungguuu..." Teriak Kalisha sambil berjalan menuruni tangga. "Nggak sabaran banget sih, tanteee..." Ucap Kalisha membuka kunci pintu rumahnya. Pintu pun dibuka.

"Tante...tante..." Ucap suara yang sudah tidak asing lagi di telinga Kalisha. "Lama banget sih buka pintunya!?" Lanjut suara itu lagi sedikit kesal.

"Alvin!!?" Kalisha kaget begitu tau bahwa yang datang adalah Alvin, teman masa kecilnya, bukanlah Reva.

"Malem, Sha" Ujar suara lain di belakangnya, kali ini terdengar lebih ramah.

"Kai!" Kalisha antusias.

"Hoi, nona! Kita nggak disuruh masuk nih!?" Ujar suara lain lagi.

"Eh, ada Visto sama Ari juga! lengkap nih kayaknya!" Kalisha tersenyum, "yuk, masuk-masuk!" tawar Kalisha tersenyum. Ke empat pria itu pun masuk ke dalam.

Kalisha mempersilahkan mereka untuk duduk di ruang tengah. Bukan lagi di ruang tamu tempat tamu biasanya berada. Karena mereka tidak lagi seperti tamu bagi Kalisha. Terutama Alvin yang merupakan temannya sejak kecil. Kedua orang tua Kalisha dan Alvin bersahabat dari SMA. Sehingga mempunyai hubungan kekerabatan yang erat sekali. Bahkan dulu, Alvin yang hanya terpaut dua tahun dengan Kalisha sempat akan dijodohkan dengannya.

Sedangkan Kai, Visto dan Ari merupakan sahabat-sahabat Alvin dari SD yang kemudian dikenalkan kepada Kalisha sesaat sebelum Alvin pergi untuk melanjutkan sekolah (SMP) di luar negeri.

"Titip Kalisha ya..." Ucap Alvin saat itu kepada ketiga temannya sesaat di Bandara sebelum pergi. Tentunya, hal itu berada di luar pengetahuan Kalisha.

"Tenang aja! Baik-baik di sana y, Vin!" Ucap Kai saat itu.

"Kabar-kabarin kita kalau ada apa-apa!" Sambung Visto.

"Cepet pulang, Bro!" tutup Ari.

Dan hal itulah yang membuat Kai sudah memperhatikan Kalisha sejak dulu. Berawal dari janji, Kai tidak dapat bohong bahwa pria yang memiliki darah keturunan Jepang ini jadi merasa tertarik dengan gadis ini sekarang. Semakin mengenalnya, ia merasa semakin banyak hal yang menarik perhatiannya kepada Kalisha.

"Bentar, ya." Ucap Kalisha lalu pergi ke arah dapur untuk membuatkan minuman. Tak lama ia sudah kembali dengan nampan berisi gelas-gelas minuman.

"Sini biar aku bantu." Ucap Kai berusaha membantu Kalisha yang terlihat kerepotan membawa nampan berisi gelas-gelas itu. Kai pun mengambil alih tugas membawakan minuman-minuman itu.

"Makasih ya, Kai." Kalisha merasa tak enak. Kai hanya tersenyum. Senyuman yang selalu dapat membuat Kalisha tenang bahkan saat Alvin pergi meninggalkannya.

"Dasar, udah segede gini masih aja gak bisa bawa minuman." Sindir Alvin saat tugas membawa minuannya beralih kepada Kai. Sebenernya itu dilakukannya semata-mata agar perhatian Kalisha tidak beralih sepenuhnya terhadap sikap yang baru Kai tunjukkan tadi.

"Enak aja!! Kata siapa Sha gak bisa bawa minuman!?" Kalisha protes.

"Buktinya tadi!" Ledek Alvin lagi.

"Kai kan baik! Jadinya dia bantiun Sha bawain minuman!"

"Manja!"

"Nggak!!"

'Ting-tong', Bel rumah Kalisha berbunyi kembali.

"Kita lanjutin lagi nanti!" Ucap Kalisha yang masih kesal lalu pergi menuju pintu depan untuk membukakan pintu.

Ke-3 orang lainnya hanya tertawa melihat tingkah laku mereka berdua. Pengalamam Alvin yang tinggal selama 3 tahun di luar negeri membuat Alvin dinilai lebih dewasa oleh teman-temannya, karena Alvin sudah lebih dulu terlatih berdiskusi dan mengutarakan pendapat. Hal inilah yang membuatnya terpilih menjadi ketua OSIS SMA Global Nusa sewaktu kelas 2. Namun, Alvin bisa berubah amat drastis saat bersama dengan Kalisha. Begitu pula dengan Kalisha. Ia yang dulu sempat mendapatkan Akselerasi saat SD dulu, membuatnya menjadi paling muda diantara teman-teman seangkatannya. Hal ini membuat Kalisha memiliki kemampuan pola pikir yang lebih dari anak-anak seumurnya. Namun sosok itu dapat segera hilang begitu ia bersama Alvin.

"Masuk, Va!" Terdengar suara Kalisha dari depan menawari seseorang untuk masuk.

"Lagi ada tamu ya, Sha!?" Tanya suara itu ketika melihat Audy kepunyaan Alvin terparkir di luar rumah Kalisha.

"Iya, lagi ada Alvin sama teman-temannya dateng! Masuk aja, ntar gue kenalin." Lanjut Kalisha.

Tak lama pun mereka sampai di ruang tengah.

"Alvin, Kai, Visto, Ari kenalin ini temenku dari SMP, Reva. Sekarang kita satu SMA lagi tapi beda kelas." Ucap Kalisha memperkenalkan wanita di sebelahnya.

"Kai." Ucap kai bersalaman menyambut ramah dengan senyumannya yang maut.

"Ari." Ucap Ari tersenyum tidak kalah dahsyat.

"Vis-to." Ucap Visto mengeja namanya sendiri bersalaman.

"Alvin." Ucap Alvin sok stay cool yang kemudian disambut dengan sindiran oleh Kalisha.

"Biasanya rame…giliran ada cewek aja langsung deh, stay cool..." Ledek Kalisha kepada Alvin. Yang diledek tidak berkomentar.

"Duh, maaf banget nih, gue gak tau kalo ternyata Kalisha udah punya janji!" Reva jadi merasa tidak enak.

"Nggak kok, kita kesini tadi juga mendadak. Jadinya Kalisha juga belum dikasih tau sebelumnya." Kai memberi penjelasan.

"Ooh…" Reva manggut-manggut. "Eh, ini ya Alvin dan teman-temannya yang suka lo ceritain itu!" lanjut Reva lagi tanpa basa-basi. Kalisha panik. Seketika Alvin mengalihkan pandangannya karena penasaran dengan hal apa saja yang diceritakan Kalisha tentang dirinya kepada Reva. Begitupula dengan Kai, rasa penasarannya seketika menjadi-jadi. Ia sangat ingin tau apa pendapat Kalisha mengenai dirinya.

"Duh, laper nih!!" Kalisha berusaha mengalihkan perhatian orang-orang yang berada di sana dari omongan Reva tadi. "Makan yuk!" Suara Kalisha sudah mulai meninggi. Ia semakin panik karena melihat senyuman 'licik' sudah tersungging di bibir Alvin. "Ayo dong! Laper nih…" Kali ini Kalisha mulai membujuk.

Kai yang merasa paling tidak tega dengan Kalisha akhirnya lebih memilih untuk meninggalkan rasa penasarannya itu dari pada melihat gadis yang dikaguminya kelaparan.

"Yuk, kita makan!" Ucap Kai mengkomandoi teman-temanya untuk segera beranjak cari makan di luar. Lalu mereka semua pun pergi dari sana untuk mencari makan di luar.

avataravatar
Next chapter