1 Pertolongan

Seorang pria tengah berjalan gontai di pinggir jalan. Mata sayunya hanya fokus pada apa yang ada di depan saja, tanpa mau melihat sisi kanan kiri. Hingga saat dia ingin menyeberang, si pria tidak tahu bila dari arah kiri ada sebuah mini bus yang kehilangan kendali.

Pria tadi terkejut kala suara klakson membuat dia tersadar dari lamunan dan alangkah paniknya ketika kedua netra bulat itu menangkap sebuah mini bus yang hendak melahap tubuhnya. "Arghh…." Teriakan keras terdengar nyaring mengudara. Beberapa orang yang lalu lalang pun beralih ke asal suara.

Brakk

Bum

Demi menghindari pejalan kaki, sang sopir mini bus membanting stir hingga menabrak pembatas jalan. Dikira sudah aman, namun ternyata salah. Bukan pria yang sopir itu tabrak, melainkan gadis cantik dengan kemeja putih serta celana bahan berwarna hitam terpelanting akibat senggolan mini bus tadi yang cukup keras.

Dia Citra. Demi menyelamatkan orang terkasih, dia rela harus menggantikan dirinya tertabrak oleh sebuah mobil dengan resiko tinggi. Sedangkan Saka, terlempar tidak terlalu jauh dari Citra dimana gadis itu sedang merintih kesakitan.

Saka tidak sadarkan diri akibat benturan di kepala saat terjatuhdi aspal. Semua orang berbondong-bondong hendak menolong korban kecelakaan tersebut. Salah satu dari mereka sudah memanggil ambulance, namun sampai beberapa menit berlalu tak kunjung datang karena kebetulan jarak lokasi dengan rumah sakit lumayan jauh.

"Citra!" pekik salah satu lelaki diantara kerumunan. Citra jelas mengenal suara itu. Taksa, sahabat dari Saka berlari menghampiri Citra yang masih menangis menahan sakit. "Citra! Apa yang terjadi?" tanya Taksa khawatir.

"Tolong Kak Saka, Kak! Dia ada di sana," tunjuk Citra pada lelaki yang tergeletak tak ada pergerakan sedikit pun.

"Saka?" Taksa mengikuti jari Citra. "Astagfirullah… aku akan segera membawa kalian berdua ke rumah sakit." Taksa meminta beberapa dari mereka untuk membantunya mengangkat tubuh Citra dan Saka masuk ke dalam mobil.

"Mas, Pak, tolong bantu saya mengangkat teman saya ke dalam mobil."

"Kita sudah memanggil ambulance kok, Mas. Di tunggu saja," ujar gadis berkerudung yang sudah menghubungi pihak rumah sakit.

"Lalu mana ambulancenya? Apa kalian menunggu teman saya meninggal lebih dahulu baru kalian mau mengantarnya ke rumah sakit!" Teriak Taksa marah. Semua terdiam, tidak ada satu pun yang mampu menjawab.

Tanpa menunggu perintah dua kali, dua orang seumuran Taksa maju dan membantu mengangkat tubuh Citra. Tak ketinggalan, yang lain turut mengangkat Saka juga. Segera, Taksa masuk ke jok kemudi dan menjalankan roda empatnya dengan cepat ke rumah sakit.

Sesampainya di Rumah Sakit, Citra dan Saka langsung mendapatkan penanganan dari tim medis dengan Taksa sebagai penanggung jawab operasi yang dilakukan untuk Citra. Taksa terpaksa mengambil keputusan sepihak. Tidak ada waktu jika harus menghubungi pihak keluarga dari Citra, yang terpenting sekarang adalah keselamatan Citra.

**

Satu tahun berlalu, sejak hari dimana kecelakaan itu terjadi, tidak ada satu orang pun yang mengatakan pada Saka bagaimana dirinya bisa selamat. Pria itu mengira dialah yang mengalami kecelakaan tersebut tanpa mengetahui pertolongan dari Tuhan untuknya.

Malam ini, Saka menikmati malam kesedihan di rumah Taksa. "Kenapa kamu menghukum dirimu sendiri untuk hal yang tidak perlu, Saka? Kamu bertingkah seolah-olah tidak ada wanita lain selain dia. Ingat Man, diluaran sana, banyak sekali cewek mengantri untuk menjadi kekasihmu. Apa lagi Citra. Kamu masih ingat dengan gadis aneh itu? Dia bener-bener tiada duanya. Aku salut dengan semua pengorbanannya untuk mencari simpatimu."

"Aku tidak tertarik membicarakan gadis aneh yang baru saja kamu maksud. Sedikit pun jangan pernah kamu sebut namanya di depanku."

"Kenapa? Menurutku dia gadis yang cantik, manis dan lucu abis."

"Tapi tetap saja, hal itu tidak membuatku bisa menyukainya, bukan? Jadi berhenti mengikut sertakan namanya dalam obrolan kita," sanggah Saka tidak suka.

"Kamu akan menyesal jika tahu apa yang sudah dilakukan oleh Citra demi menyelamatkanmu. Bahkan dia mengorbankan dirinya sendiri asal kamu selamat waktu itu," ucap Taksa lirih nyaris tak terdengar di telinga Saka.

"Kamu ada bicara sesuatu?" Tanya Saka.

"Tidak." Taksa melirik kesal ke arah sahabatnya. Andai saja, dirinya tidak berjanji pada Citra untuk merahasiakan kejadian waktu itu, mungkin Taksa akan langsung memberitahu Saka jika Citralah yang menjadi tameng pelindung dirinya.

"Aku heran sama kamu. Terkadang aku berpikir, apa yang salah denganmu? Kenapa kisah percintaanmu begitu mengenaskan seakan kamu memang tidak layak untuk dicintai? Atau mungkin memang nasib kamu yang lebih suka pada wanita yang sudah menjadi milik orang lain?" lanjut Taksa.

"Bukan karena aku yang lebih menyukai milik orang lain, tapi lebih kepada kami yang terlambat dipertemukan," elak Saka. Memang pada kenyataannya, Saka memang menyukai gadis atau wanita yang sudah menjadi istri atau tunangan orang lain. Dua kali jatuh cinta, namun dua kali pula bertepuk sebelah tangan.

Masih ingat jelas di benak Saka kala dia jatuh cinta pada Suci, yang menjadi istri dari Dino sahabatnya sendiri. Cinta yang salah membuatnya menelan kekecewaan kala keduanya kembali bersatu dan berhasil melewati ujian pernikahannya. Dan sejak satu tahun yang lalu, Saka kembali di buat kecewa ketika dirinya ingin mengutarakan cinta pada seorang gadis yang sudah lama namanya memenuhi rongga hati, namun lagi-lagi dia terluka karena gadis itu malah bertunangan dengan pria lain.

Saka sudah sangat lama mengenal gadis tersebut yang notabennya teman sewaktu kecil, akan tetapi dirinya mulai menyadari perasaan berbeda setelah mereka sama-sama dewasa dan matang. Angan untuk memiliki tumbuh begitu saja, tapi sayang. Semuanya terlambat. Dan rasa kehilangan begitu besar menguasai hatinya hingga sekarang.

"Sebaiknya kamu pulang, aku malas mengurusi orang mabuk," usir Taksa yang tidak ditanggapi oleh Saka. Bukannya pulang, Saka malah berjalan menuju kamar lelaki sebagai pemilik Apartemen dan merebahkan tubuhnya senyaman mungkin.

Taksa mendengus sebal, suda dipastikan jika semalaman dia akan begadang. Saat mabuk, Saka berubah menjadi orang yang begitu menyebalkan bagi Taksa. Kamarnya akan dikuasai, membuat Taksa mau tidak mau tidur di sofa. "Emang dasar, teman gak ada akhlak. Saka pulanggg!!" pekik Taksa memaksa Saka agar keluar dari apartemennya.

Saka tersenyum jahil, matanya segera tertutup dengan bantal Ia letakkan di atas telinga. Jangan lupa senyum menyebalkan Saka menurut Taksa.

**

Saka memasuki rumah, sepi karena mala mini kedua orang tuanya tengah melakukan perjalanan bisnis ke luar Negeri. "Sialan si Taksa, menginap semalam saja gak di ijinkan. Awas saja kalau sampai dia butuh bantuanku, akan ku pasang kapas ditelingaku biar gak dengar keluhannya," sungut Saka.

avataravatar
Next chapter