webnovel

Siapa dia Sebenarnya ?

Berhubung rencana nya sedikit tersendat, Jackson menghubungi sang kakak untuk segera bertemu, Jessi pun menyanggupi pertemuan tersebut.

Disinilah mereka sekarang, kedua nya sudah berada di resto yang di janjikan Jackson bertemu.

"Ka bagaimana mengenai Clara, apakah kau sudah mendapatkan waktu agar bisa bertemu dengannya ?" tanya Jackson secara to the point.

"Belom, Jacob bilang Clara sibuk dan belom mempunyai waktu luang menemuiku" ucap Jessi pada Jackson.

"Apakah kau yakin kekasihmu itu jujur ?" tanya Jackson sedikit ragu.

"Hei apa maksudmu ? kau tak percaya pada Jacob yang jauh lebih jujur darimu" cibir Jessi yang membela kekasih nya itu.

"Woah ... apa sekarang kau serius memiliki perasaan padanya ?" tanya Jackson sambil menautkan alisnya tak percaya.

"Mmm ... sedikit ... seperti nya aku terbawa perasaan ... namun lebih dari itu ... kau tau sendiri Jacob bukanlah pembohong ... lagi pula apa yang membuat mu ragu padanya ?"

"Aku hanya bingung saja ... disaat aku tak dapat menghubungi nya ... Jacob mampu menghubungi Clara ... bukankah itu aneh ?"

"Bisa saja Clara hanya mau mengangkat nomer kakak nya saja" ucap Jessi berusaha tenang.

"Semoga ucapan mu benar ... aku saja belom dapat melacak nya terakhir kontak nya sangat sulit di lacak" ucap Jackson.

"Aku percaya padanya" ucap Jessi.

"Ka kuharap kau tidak terlalu jatuh cinta padanya ... kau ingat pesan bibi kan ka ?"

"Kau !!! kenapa kau malah mengingatkan ku padanya" geram Jessi seketika.

"I just wanna give a caution to you!"

"Whatever" ucap Jessi sambil mengendikkan bahunya tak peduli mengenai perkataan Jackson.

Keduanya tampak sedikit tersulut emosi sesaat, terlebih Jessi hampir saja dia tidak mengontrol emosinya.

Sebenarnya Jessi tahu adiknya memberikan peringatan secara halus padanya demi kebaikannya hanya saja ia berusaha menyangkalnya.

Jessi tak suka akan hal itu.

...

...

Chris yang baru saja keluar dari ruangannya setelah selesai rapat, langsung mendapati kenalannya yang sudah menunggu di ruangan kantor pribadi nya.

"Pak David ?" tanya Chris saat melihat keberadaan pria paruh baya itu yang tengah duduk di sofa yang berada di dalam ruangannya.

Sontak David menoleh kan kepalanya kearah Chris.

"Oh hai ..."

"Sudah lama menunggu ?" tanya Chris sopan.

David melihat jam yang bertengger ditangannya sejenak.

"Sekitar 5 menit lalu" ucap David.

"Mmm ... kalau gitu belom terlalu lama... Ada yang bisa saya bantu ?" ucap Chris sambil mendudukkan dirinya di sofa yang berada berhadapan dengan David.

"Sebenarnya saya hanya ingin bersilaturahmi dengan anda pak Chris ... saya tak enak menemui anda disaat pakaian saya seperti kemarin" ucap David terus terang.

"Ah ... itu, kalau hanya karena itu sebenarnya pak David tak perlu kemari, toh saya juga kemarin berpakaian santai ... jadi sama saja kan pak" ucap Chris sesantai mungkin.

David tampak mengusap tengkuk nya yang tak gatal.

"Hanya saja saya takut image saya dimata anda berubah apalagi saya seperti seolah sedang menghindari orang seperti kemarin" ucap David.

"Tenang saja saya tidak menjudge seseorang hanya karena penampilannya kok pak" ucap Chris sopan.

'Apa perkataan kakak kemarin benar mengenai ia mencari Clara ... tapi kenapa ia mencarinya ? bukankah Pak David yang kukenal adalah orang baik ? dan low profile?' gumam Chris dalam benak.

David tampak menampilkan senyumannya.

"Hah ~ akhirnya saya bisa sedikit lega ...saya tak menyangka ternyata anak muda seperti mu dapat berpikiran luas" ucap David pada Chris.

Chris memerhatikan baik baik wajah David.

Tak ada kebohongan yang Chris dapat simpulkan dari sorot manik nya maupun gerakan tubuhnya.

Yang dapat Chris tangkap hanya lah kejujuran dan kegelisahan atas ketakutannya di judgje berbeda dari sebelum nya oleh Chris.

"Kalau gitu harus kah kita makan siang bersama ?" tanya David sebagai tawaran pada Chris.

Tentu saja Chris mengatakan 'Ya' pada David, karena bagaimanapun ia tak mungkin mengecewakan koleganya, terlebih selama ini ia melakukan hubungan baik dengan David.

'Kuharap pak David mencari Clara bukan dengan maksud yang jahat' gumam Chris dalam benak.

Setelah pembicaraan itu keduanya langsung berpindah tempat menuju resto yang tentunya di rekomendasikan oleh David, karena memang David lah yang mengajak padanya untuk makan siang bersama.

'Seperti nya anak muda ini berfikir realistis .... tak mungkin ia akan berfikir aneh tentangku' ucap David dalam hati setelah memerhatikan Chris sejenak.

Tak berapa lama David dan Chris keluar dari lobby kantor Chris, David mendapatkan panggilan telefon.

'Ibu ...ada apa? .... mengapa ibu menelfonku ?' gumam David saat melihat layar handphone nya.

Dengan penuh penasaran dan pertanyaan David mengangkat telefonnya disamping Chris.

"Hallo"

"Hallo"

"Ada apa ibu menelfonku ?"

Mendengar perkataan 'ibu' Chris tanpa sadar menoleh ke arah David.

'Ibu ?? bukankah Ibu pak David sudah tiada ? apa aku tak salah mendengar ? kalau memang tidak salah ... siapa yang dimaksud ibu oleh pak David' monolog Chris pada dirinya sendiri setelah mendengar kata yang janggal di telinga Chris.

Karena rasa penasaran yang semakin memuncak, tanpa ia sadari Chris mulai menajamkan pendengarannya mengenai percakapan David dengan seseorang yang di sapa 'Ibu' oleh David.

'Aish... ini pak David yang kukenal selama ini kan ?'

————-

Leave comment and vote 😊

Next chapter