webnovel

Kartu AS ?

Seorang wanita paruh baya dengan raut wajah yang masih terlihat kesal kini menatap tajam ke arah Jessi.

"Lama sekali kau ini" decih wanita paruh baya itu sambil menyilang kan tangannya di depan dadanya.

"Maafkan aku bi" lirih Jessi pelan.

"Dari mana saja kau ? ....aku sudah menunggu mu dari tadi" ucap wanita paruh baya itu.

Jessi meneguk salivanya kasar.

"Aku habis menjenguk Jacob" ucap Jessi takut.

"Jacob ? putraku maksudmu ?" tanya wanita paruh baya, yang tak lain Catherine membulatkan manik nya.

Jessi menganggukan kepalanya pelan.

Tampak terlihat sekilas raut khawatir dari wajah Catherine, namun tak terlalu lama, pasalnya Catherine segera mengubah raut wajahnya dan mengatur emosi nya secepat mungkin.

Bisa dibilang ia orang yang profesional dalam menyamarkan emosinya yang sedang berkecamuk itu.

"Apa yang terjadi ?" tanya Catherine dingin,tanpa menampilkan emosi nya.

Jessi mengendikkan bahunya pelan.

Jujur ia tak tahu penyebabnya, yang ia tahu bahwa tanpa sengaja ia melihat Jacob yang di bawa ke rumah sakit, dan setelah nya Jessi mencari tahu lebih lanjut pada sekretaris Jacob, yang berakhir bertemu dengan Clara di rumah sakit itu.

'Mungkinkah ia pingsan setelah melihat ku ?' ucap Catherine dalam benak. 'Hei tapi sepertinya itu tak mungkin, terlebih bukannya aku meninggalkannya dalam keadaan baik?' lanjut ucap Catherine dalam benak.

Catherine berusaha menyangkal dari apa yang merasuki pikirannya saat ini.

"Excuse me ....  maaf memotong pembicaraan... apakah kalian tak menyadari  keberadaanku disini ?"

Catherine memutarkan maniknya malas.

Jujur ia tidak terlalu suka dengan Jackson, terlebih jalan pikirannya yang menurut nya tidak berpikir panjang jika ia mengambil tindakan.

"Untung kau masih saudara dari Jessi, jadi aku tak akan menyudutkanmu" lirih Catherine pelan namun dingin, seolah aura Catherine mendominasi disana.

"Jadi ada apa bibi ingin berbicara dengan kami ?" ucap Jessi to the point pada Catherine.

Catherine mengetuk ngetukkan jarinya perlahan pada meja yang ada di hadapannya.

"Apa selama ini kau mengikuti instruksi ku ? Berikan aku keseluruhan data sampai saat ini yang sedang kau pegang Jessi .... dan untuk kau Jacob..... beritahu padaku mengenai Clara sedetail mungkin sekaligus dokumen yang dulu pernah kukatakan padamu" ucap Catherine tegas.

Jessi dan Jackson saling bertatapan satu sama lain.

Kenapa terkesan mendadak ? Apa pemicunya ? Mungkinkah ini waktu yang dulu pernah bibi janjikan saat nya tiba ?

Itulah hal yang pertama kali ada di pikiran Jessi.

"Ada pertanyaan ?" ucap Catherine saat tak mendapati tanggapan langsung dari keduanya.

Keduanya saling menggelengkan kepalanya, sebelum akhirnya Jessi berani mengeluarkan suaranya.

"Bi... kurasa kita punya peluang untuk menghancurkan Clara" ucap Jessi tiba tiba.

Catherine, maupun Jackson mengerutkan dahinya bingung menatap Jessi.

"Clara sudah memiliki kekasih yang tak lain pemuda yang tak sengaja kita lukai menggantikan posisi Clara, namun... kurasa Clara sedang mendekati pemuda lain" ucap Jessi dengan wajah nya yang langsung berubah sumringah, sambil menyodorkan handphone nya ke hadapan Jackson, dan Catherine.

"Kau yakin dengan pemuda ini yang sekarang dekat dengan Clara, selain sang asisten itu ? " tanya Jackson, sedangkan Catherine tidak langsung merespon, melainkan menajamkan manik nya menatap layar handphone itu.

'Mengapa wajah pemuda ini tampak tak asing ?... Apakah aku pernah mengenalnya ?' benak Catherine.

"Kirimkan gambarnya padaku ..." ucap Catherine tanpa memberitahu apa keperluannya pada Jessi.

Tanpa banyak pertanyaan, maupun sanggahan Jessi mengirimkannya pada Catherine.

Jackson memiringkan kepala nya menatap raut wajah Catherine yang menurut nya tampak sedang berfikir keras mengingat seseorang yang mengarah pada pemuda yang ada pada layar handphone yang diperlihatkan Jessi sebelumnya.

"Jangan menatap ku seperti itu" telak Catherine pada Jackson yang menurut nya sangat mengganggu.

Seketika Jackson terdiam tak lagi melakukan hal konyol seperti sebelumnya, sedangkan Jessi hanya memutar manik nya malas.

'Aku harus mencari tahu siapa pemuda ini ... sepertinya memang pemuda ini tak asing' lirih Catherine dalam benak.

***

Dengan langkah perlahan David melangkahkan kaki nya menuju ruangan yang berada satu kompartemen yang tersambung dengan ruangan dimana Anthony di sembunyikan.

David mendudukkan dirinya pada bangku yang telah disiapkan oleh anak buahnya sebelumnya.

David mengetuk ngetukkan jarinya pada mic yang telah disiapkan dengan tujuan untuk memastikan terlebih dahulu apakah mic tersebut telah tersambung pada pengeras suara yang berada di ruangan Anthony yang dapat David pantau dari CCTV di hadapannya.

Anthony yang berada di kompartemen lain dari tempat David berada langsung terlonjak kaget mendengar ketukan keras dari pengeras suara tersebut.

'Sial ... suara itu memekakan telingaku' benak Anthony.

Melihat reaksi Anthony yang terlonjak kaget seperti itu, David menyeringai tipis, dan mulai mengatakan hal yang ingin ia sampaikan, sebagaimana Anthony telah menyepakati bahwa akan bekerja sama dengannya.

"Anthony ....selamat bekerja sama denganku ..." ucap David seraya membuka kalimat nya selayaknya penyambutan kecil pada Anthony.

"Ck ... ternyata kau hanya berani mengatakan nya denganku melalui pengeras suara ... kukira kau akan menampakkan wajahmu di hadapanku .... apakah kau takut akan mati ditanganku ?" decak Anthony.

Terdengar kekehan David yang menggelegar pada pengeras suara.

"Aku tak takut denganmu, hanya saja wajah ku lebih berharga untuk di perlihatkan padamu ... lagipula kau tak mungkin menyentuhku" kekeh David pada pengeras suara.

Seketika Anthony terdiam sejenak memikirkan apa yang ingin David katakan selanjutnya.

"Apa kartu As yang kau miliki untuk mengancam ku ?" tanya Anthony.

"Menurut mu ...siapa orang yang berharga bagimu ?" tanya balik David pada Anthony.

Glek

'Sial .. apakah mereka mengetahui keberadaan adikku ?' lirih Anthony dalam benak.

"Jangan sentuh!" bentak Anthony seakan emosi nya mulai mencuat.

David kembali terkekeh dibuat nya.

Ya David memiliki kartu As ini, tentu saja dengan bantuan Mr. K sebelumnya yang menyerahkan data adik Anthony yang dulu sempat ia ikuti.

"Katakan apa yang harus kulakukan ?" tanya Anthony yang terdengar putus asa.

"Ck ... seperti nya kau tak sabaran Anthony" decak David.

Anthony mengepalkan tangannya berusaha menahan emosi nya.

'Sialan dia mempermainkanku' benak Anthony.

"Kau ikuti atasanmu itu ! , dan dalam 24 jam setelah kau kubebaskan .... kau harus memberitahukan padaku dalang utama dari atasanmu itu ... aku tak suka membuang waktu ku dengan percuma ..... apalagi membebaskan mu begitu saja"

"Baik" geram Anthony.

"Anak buah ku nanti yang akan menjelaskan sisanya padamu"

Setelah kata terakhir David pengeras suara langsung dimatikan begitu saja oleh David.

"Instruksikan padanya seperti instruksi yang saya katakan padamu" ucap David pada sang anak buah.

"Baik pak" ucap pemuda yang berada di hadapan David, sambil menundukkan kepala nya hormat.

David menganggukan kepalanya sejenak, dan melangkahkan kaki nya keluar dari kompartemen ruangan tersebut.

———-

Leave Comment And Vote 😊

Next chapter