8 Mata-Mata

Aku duduk di bangku taman, mengatur nafasku yang seperti akan habis karna berlari. Aku terkekeh lucu mengingat aksi nekatku masuk ke markas mafia, jika tadi aku terlambat sedikit saja mungkin aku akan berakhir jadi mayat disana.

Sungguh ini hal yang cukup menyenangkan untukku, karna mampu membangkitkan adrenalin dalam diriku yang selama itu belum pernah kurasakan. Mungkin memang benar, akan ada sesuatu yang berbeda saat kau melangkah lebih jauh dari zona nyamanmu. Aku menghela nafas pelan, menengadah dan menatap langit malam yang nampak cerah.

Seketika aku baru sadar, ini sudah malam. Pasti kak Kiano merasa khawatir karna saat ia pulang ia tidak melihatku ada dirumah, apalagi aku tidak pamit pergi sebelumnya. Tanpa pikir panjang aku melangkah segera melangkah meninggalkan taman menuju halte terdekat, aku akan menaiki bus untuk kembali ke rumah.

Saat tiba di rumah, aku memperhatikan suasana yang terasa. Entah kenapa aku merasa rumah ini terlihat sepi, atau hanya perasaanku saja? Aku memanggil salah satu pelayan dan bertanya untuk memastikan, apakah kak Kiano sudah pulang atau belum. Dan ternyata kak Kiano sudah pulang sore tadi lalu pergi lagi menuju keluar kota.

Aku cukup terkejut mendengar kak Kiano pergi keluar kota, karna kak Kiano sama sekali tidak memberi kabar apapun padaku. Aku memutuskan masuk ke kamarku dan membersihkan diri, setelah selesai mengganti pakaian dengan yang lebih nyaman aku memutuskan bersantai sesaat.

Jujur saja aku kecewa, karna biasanya ketika sampai dirumah kak Kiano akan selalu menyambutku. Dengan senyum dan candaan yang selalu dia berikan untukku. Tapi sekarang jangan kan menyambut kepulanganku, tentang kepergiannya saja kak Kiano tidak bicara langsung padaku. Memang benar, sejak hari itu semua telah berubah. Entah itu aku, atau kak Kiano kita telah berubah.

Ada sebuah dinding yang membatasi, membuat kenyamanan dan kebahagiaan terkikis perlahan. Semua tidak sama lagi, kenapa?

~~~~~

Mentari telah bersinar terang, menembus celah gorden dan memaksa masuk ke dalam kamar. Memanggil-manggil namaku untuk membuka mata dan menyapanya, aku terlena karna itu. Aku membuka mataku dan menyapa sang mentari pagi, kini ia tersenyum ramah padaku. Membantuku untuk semangat mengawali hari.

Aku melangkah ke kamar mandi dan membersihkan diriku, lalu mengganti pakaianku menjadi lebih nyaman. Hari ini aku akan kembali ke markas, untuk melaporkan apa yang aku dapatkan dari penyelidikkan semalam.

Sebenarnya aku sedikit malas keluar rumah, tapi ini tugasku sekarang mau tidak mau aku harus melakukannya.

Suara dering ponsel mengalihkan perhatianku, aku segera mengambilnya dan menjawab panggilan telpon itu.

"halo, Kisha?" suara sapa seseorang dari dalam ponsel.

"hm?" balasku heran.

"kapan kau ke markas?" tanya seseorang itu.

"sebentar lagi, ada apa?" balasku semakin bertanya-tanya.

"ada masalah, cepatlah ke markas." titah orang itu.

"baiklah, salam jendral." balasku tenang, lalu menutup sambungan telpon itu.

Aku mengernyit bingung, mempertanyakan ada apa sebenarnya? Aku mengambil jaket jeans milikku lalu melangkah keluar rumah menuju halte bus.

Saat dijalan ada sebuah mobil hitam mendekati dan berhenti tepat di depanku. Aku merasa bingung, siapa yang berada dalam mobil itu?

Kaca mobil itu bergerak turun memperlihatkan seseorang yang mengemudikan mobil itu. Aku mengenalnya, wajahnya familiar dalam penglihatanku.

"Yuri?" gumamku mempertanyakan.

"ayo Kisha, cepat masuk!" balas Yuri dengan nada paniknya.

Tanpa pikir panjang aku masuk ke dalam mobil Yuri, Yuri langsung melajukan mobilnya membelah jalanan dengan cepat menuju markas.

~~~~~

Kami pun tiba di Markas Utama Detektif, namun keadaan di sana kacau dan berantakan. Pecahan kaca dimana-mana, sampah berserakan, batu yang entah darimana datangnya, semua terlihat porak-poranda. Entah apa yang terjadi sebenarnya? Aku langsung masuk ke dalam gedung.

Saat masuk ke dalam tidak seperti biasa nya yang ramai, sekarang keadaan dimarkas sedikit sepi. Hampir setengah dari anggota detektif tidak bekerja, namun aku berpikir positif tentang itu mungkin saja mereka sedang tugas di luar. Aku tidak bertanya apapun, dan tetap bersikap santai seperti biasa.

Yuri menunggu di lantai bawah tempat nya bekerja, sedangkan aku pergi ke lantai 25 dan menuju ruangan jendral Michael. Sesampainya disana dapat kulihat penampilan jendral Michael yang kacau, wajah nya yang lelah, pakaian yang berantakan, rambut acak-acakan, dan dia menatapku sayu seakan meminta tolong.

Aku melangkah mendekati jendral Michael dan berdiri di depannya, aku memberi salam padanya dan ia tersenyum tipis padaku. Aku merasa aneh dengan dirinya saat ini, ada apa sebenarnya sampai dia seperti itu?

"ada apa?" tanyaku langsung pada intinya.

"para detektif pemula itu, mereka ternyata mata-mata dari mafia Segitiga Bintang. Mereka tau kamu yang menguntit semalam, lalu mereka menghancurkan markas dan mengambil data penting menyelidikkan tentang kasus mereka. Sekarang kasus mereka seakan lenyap, dan misi ini tidak bisa lagi dilanjutkan." jelas Michael dengan wajah lelahnya.

"lalu, kau memperbaiki data markas dan menyalinnya kembali sendirian?" balasku datar, namun sebenarnya aku sedikit cemas karna ini.

"ya, bagaimana juga aku jendral utama disini. Aku pemimpin para detektif, aku harus bertanggung jawab untuk ini." jelas Michael dengan rasa bersalahnya.

"bodoh, kau memang pemimpin disini. Tapi kau juga harus ingat, kau hanya manusia biasa. Kau juga pasti membutuhkan orang lain untuk membantu tugasmu, jangan belagak kau paling kuat. Setidaknya anggap mereka temanmu, dan minta bantuanlah pada mereka." balasku dengan wajah tenang sambil menatap langit pagi di balik jendela ruangan ini.

Kulihat Michael terdiam sambil menatapku, entah apa yang di pikirkannya. Aku kembali pada pemikiranku, jadi ini semua terjadi karna keteledoranku semalam?

Sepertinya aku harus menyelesaikan misi ini sendiri, walau data penyelidikkannya sudah hilang tapi aku masih mengingat setiap kata dalam data itu. Seharusnya aku bisa membuat laporan lengkapnya, beserta laporan penyelidikkan langsung yang aku lakukan semalam.

Tapi ini akan jadi misi rahasiaku, karna jika jendral Michael tau mungkin dia tidak akan mengizinkannya, karna data nya sudah hilang dan kepercayaan masyarakat pada detektif mulai berkurang karna ini. Aku harus menyelesaikan misi ini dan mengembalikan reputasi detektif yang terkikis.

"terima kasih, Kisha. Kau sudah membuatku menyadarinya, memang sepertinya aku butuh bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah ini." ucap Michael yang membuatku mengalihkan perhatianku padanya.

Aku menatap Michael yang tersenyum tenang padaku, lalu aku balas dengan seringai mengejekku.

"jadi, ada yang bisa saya bantu jendral?" tanyaku sopan kembali dalam posisi formal.

"bantu aku menyalin dan membuat laporan yang baru, kita akan buat mereka terkejut karna itu." titah Michael dengan seringainya.

"baik, jendral." balasku dengan senyum puas.

~~~~~

Aku kembali ke ruanganku setelah jendral Michael memintaku untuk membuat laporan yang baru, sesuai dengan rencana yang ku pikirkan sebelumnya. Aku akan membuat salinan data yang sama untuk misi pribadi, dan salinan nya akan aku serahkan pada Michael untuk data markas.

Aku mulai berkutat pada komputer dan membuat laporannya. Sesuai dengan ingatanku tentang data dan laporan penyelidikkan pertama yang aku lakukan. Semua akan aku satukan dalam laporan ini, dan semoga ini bisa mengembalikan data markas yang di curi.

.

.

.

avataravatar
Next chapter