20 Hampir Tertangkap

Aku mengikuti seseorang yang sepertinya aku kenal, aku memperhatikan gerak geriknya yang terlihat mencurigakan.

Oh, baru aku ingat. Itu adalah pria di club malam tadi, kalau tidak salah luos? Ehh luis, tidak tidak namanya Louis. Ya, aku mengingatnya dia memang pria malam tadi.

Dengan langkah perlahan aku mengikutinya, aku pastikan langkahku tanpa suara.

Pria itu melangkah ke sebuah rumah besar di tengah hutan? Yang benar saja, mana ada manusia yang tinggal di tengah hutan seperti ini? Namun sepertinya ini bukan hal biasa, aku akan terus membuntutinya dari jauh.

Louis masuk ke dalam rumah itu, dan pintu rumah itu di jaga ketat oleh para bodyguard. Bagaimana caranya agar aku dapat masuk, dan mengetahui apa yang ada di dalam rumah itu?

"sial! Aku tidak tau informasi apapun tentang rumah itu, bagaimana caranya agar aku bisa masuk? Berpikir Kisha! Ayo berpikir!" keluh ku pada kinerja otakku yang tiba-tiba saja melambat.

Sekali lagi aku memperhatikan sekitar rumah itu, berharap ada celah untukku masuk. Seketika seringaiku muncul saat melihat sebuah tembok di samping rumah, sepertinya bagian itu kosong.

Aku mengendap-ngendap di semak-semak, untuk mendekati tembok itu. Hingga aku pun sampai di depan tembok kasar yang tingginya melebihi tinggi badanku, mungkin sekitar 5-6 meter.

Kembali ku putar otakku agar bisa berpikir, bagaimana caranya memanjat tembok ini?

Sampai akhirnya aku menatap sebuah kayu besar yang cukup panjang, aku mengambilnya dan berusaha menyandarkannya pada tembok. Sungguh sulit, kayu ini sangat berat dan susah di gerakkan.

Walau tubuhku jadi berkeringat, setidaknya aku berhasil mendorong kayu itu hingga bersandar pada tembok. Dengan segera aku memanjat kayu itu agar sampai di atas tembok, namun ternyata pemikiranku memang sedang bermasalah.

"astaga, bagaimana aku turun sekarang? Ini terlalu tinggi untuk melompat, apa di bawah sana aman?" keluhku saat berada di atas tembok.

Aku memang berhasil memanjat tembok ini, lalu aku melupakan sisi samping nya untuk turun. Sekarang aku terjebak di atas tembok ini, mau tidak mau aku harus melompat. Semoga saja tidak menimbulkan suara yang mencurigakan, atau aku akan ketahuan.

Aku memejamkan mataku dan melompat, Brukkk... Oh akhirnya aku mendarat? Ehh tunggu.. Kok rasanya berbeda..

Aku segera membuka mataku dan tepat di depanku ada wajah seseorang yang tidak ku kenal, ternyata dia menangkapku dari lompatanku tadi.

Dia menurunkanku, dan aku sungguh bingung harus bagaimana. Apa aku sudah ketahuan?

"sedang apa kau disini nona? Ini bukan tempat untuk bermain-main, apa kau tau?" tegur pria muda itu padaku.

"hm.. Ya aku tau." balasku ragu.

"lalu, kenapa kau malah melompat kesini?" tanyanya lagi dengan wajah tajam.

"aku.. Aku.." jawabku gugup.

'sial, kenapa lidahku jadi kelu seperti ini?' batinku mengeluh.

"sudahlah nona, lebih baik kau pergi. Ini bukan tempat yang baik untukmu, pergilah." titah pria itu padaku.

Pria itu berbalik akan meninggalkanku, namun aku mencegahnya dan bertanya padanya.

"tunggu!" cegahku, dan pria itu berbalik menghadapku.

"siapa namamu? Dan kenapa kau juga ada disini?" tanyaku penasaran.

"aku James, anak termuda Londerson. Dan siapa namamu?" jawab pria yang seumuran denganku itu.

"James Londerson? Kau anak mafia Londerson?" tanyaku terkejut, pria itu mengernyit.

"ada apa? Kenapa kau seperti mengenal nama Londerson?" tanya James mulai curiga.

'sial, kenapa aku malah bertemu anaknya Londerson. Sudahlah, lebih baik aku pergi. Aku juga belum mengenalnya, bisa saja dia malah membawaku ke ayahnya dan aku akan mati saat itu juga. Kabur adalah jalan terbaik untukku saat ini.' batinku mengingat.

Tanpa berkata apapun lagi aku berlari menjauhi pria itu, walaupun pria itu terus memanggilku tapi aku mengacuhkannya. Aku hanya harus kabur saja saat ini dan tanpa aku sadari aku malah menuju ke arah dalam rumah itu.

"tunggu saja, sebentar lagi pesta besar akan kembali diadakan." celetuk pria setengah baya pada pria yang ku kenal bernama Louis.

"benarkah? Ah aku tidak sabar, tuan." balas Louis dan lalu tawa mereka semua terdengar.

Aku berjongkok, merangkak mencari tempat untuk bersembunyai. Sepertinya mereka sedang berbicara sesuatu yang penting. Aku harus mendapatkan informasinya, dan tidak boleh gagal lagi.

"tentu, kita akan pesta besar setelah kita membunuh walikota malam ini." ucap pria setengah baya itu dengan tajam.

Aku terkejut, mereka akan membunuh walikota? Bukankah itu rencana kriminal, kenapa juga mereka harus membunuh walikota? Ah aku semakin bingung dengan tindakan mereka, tidak jelas.

"ah tuan, kenapa kau sangat ingin membunuh walikota sombong itu? Bukankah sebentar lagi dia akan mati, mengingat malam ini kita akan menyerangnya." heran Louis pada pria di depannya itu.

"karna aku menginginkan harta karun dandera yang ada padanya, kau tau harta karun itu akan membuatmu menjadi orang nomor satu di dunia. Jumlahnya memang hanya beberapa buah saja, tapi harga jualnya bisa mencapai ratusan triliyun untuk satu buah saja. Aku ingin segera mendapatkannya dan menguasai dunia. Hahaha" jelas pria setengah baya itu senang.

"tuan Londerson, apakah yang seperti itu memang ada? Jika benar, aku pun menginginkan bagianku." ucap Louis semangat.

"tentu saja, jika kau membantuku melenyapkan walikota bodoh itu." balas Londerson tegas.

Mereka tertawa dengan rencana yang mereka buat itu, namun berbanding terbalik denganku yang merasa terkejut bukan main. Aku keluar dari tempat persembunyianku diam-diam, lalu mundur perlahan.

'harta karun? Apakah itu memang ada?' batinku mempertanyakan.

Aku termenung memikirkan pembicaraan mereka, tanpa sadar aku menabrak sebuah meja kecil hingga mengeluarkan suara tubrukkan. Dengan segera aku mencari tempat untuk bersembunyi, hingga akhirnya aku bersembunyi di balik sofa.

"siapa disana?" teriak Londerson curiga.

Karna tidak ada jawaban apapun, Londerson dan Louis melangkah mendekati meja yang berbunyi tadi. Tidak ada orang disana, kecurigaan mereka semakin besar. Aku yang bersembunyi di balik sofa di samping mereka hanya bisa menahan nafas, jika sedikit saja aku mengeluarkan suara. Maka hidupku tamat saat ini juga.

"apa mungkin ada seorang mata-mata?" celetuk Louis yang membuatku semakin berkeringat.

Hingga tiba-tiba ada sebuah ketukan tongkat dengan lantai yang mengalihkan perhatian Londerson dan Louis. Bahkan aku pun penasaran suara apa itu, namun aku tidak ingin ambil resiko ketahuan.

"suara itu karna aku ayah, aku sedang bermain tongkat dan menabrak meja. Maafkan aku sudah mengganggu obrolan ayah, dengan tamu ayah." ucap James dengan wajah datarnya, dan mengarang cerita.

Aku mengernyit mendengar ucapan pria itu, apakah dia membelaku? Sial, aku jadi berhutang budi 2 kali padanya. Sepertinya dia mengikutiku sejak tadi, tunggu! Apa dia tau kalau aku mata-mata?

"oh ternyata kau James, ku pikir seorang mata-mata yang menyusup ke rumah kita. Baru saja ayah akan memerintahkan untuk menembak penyusup, ternyata itu adalah dirimu. Kalau begitu ayah pergi dulu, ada hal yang harus ayah bicarakan dengan Louis." jelas Londerson lalu meninggalkan James di ruangan itu.

"mau sampai kapan kau bersembunyi di sana?"

.

.

.

.

avataravatar
Next chapter