1 Chapter 1

Aurora berada di dalam kelas seperti biasa tangannya menelungkup di atas meja. Sejak pelajaran terakhir sebelum istirahat. Gadis itu tidur, tanpa memperdulikan penjelasan dari Guru Fisika. Dengan ditutupi oleh buku yang sengaja ia dirikan di depannya. Tidak ada yang menyadari kalau dia tengah terlelap. Kampret sekali manusia berandal ini.

"Bangun Ara, Angkasa nunggu lo tuh di depan kelas." Belva menggoyangkan tubuh Aurora agar terbangun dari mimpinya.

"Ugh, apa?" jengah Aurora mengangkat kepalanya dengan raut malas.

"Angkasa nungguin lo,"menunjuk ke arah pintu terdapat cowok tinggi berambut hitam.

"Huft," gadis itu mendengus resah sembari mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangan.

Bergegas menghampiri Angkasa. Badannya super molek, bagus, berisi, bisa dikatakan sexy. Banyak cowok mendekati gadis itu, tetapi Aurora naksir Ketua Osis tampan dan Reyhan salah satu cowok terkeren di sekolah ini.

"Ada apa?" berlagak tanya mengangkat dagunya.

"Ke kantin yuk." ajak Angkasa, sosok lelaki yang selalu menjaganya dan selalu ada untuknya. Sahabat dari kecil, semenjak Aurora kembali ke indonesia ia bertemu dengan Angkasa juki Mahendra. Akhirnya menjadi sahabat sampai sekarang.

"Hiss! Nggak usah ngacak-ngacak poni gue napasih!" tepisnya kasar. Aurora menatap ketus ke arah Angkasa.

"Yaelah temenin gue," ajak Angkasa sembari menggandeng tangan Aurora menuju kantin.

"Cari pacar kek, jangan bareng gue muluk." celetuknya. Membuat Angkasa melirik ke arah Aurora sembari mengerutkan alisnya.

"Gue dulu punya pacar, selalu diribetin sama lo, diganggu lah inilah itulah." balasnya.

"Ya, lo sih, nggak mau bagi waktu sama gue." cetus Aurora

Setelah berada di kantin, mereka duduk masih meneruskan pembahasan tadi. "Sekarang, gue mau fokus sekolah. Kelas 2 tugas makin banyak, lo juga fokus sama sekolah kagak usah gangguin pacar orang terus!" cibir Angkasa. Menuturkan kata yang sama sekali tak Aurora gubris.

Dih. Bodo amat," cetusnya.

Pesanan pun datang. Sebelum menikmati makanannya Angkasa dengan iklhas menuangkan saus serta kecap ke makanan Aurora, "Lo makin ganteng kalau begini," puji gadis itu.

"Gue udah ganteng dari lahir." kata Angkasa.

"Kalau lagi berduaan, pasti lupa sama gue!" Belva tiba-tiba muncul di kantin. Biasanya ada Lisya namun sedang izin cuti sekolah.

"Tinggal duduk aja, bawel banget." cetus Aurora.

GUBRAKK!!!!

"Heh cewek gatel!" tunjuk gadis itu mengarah Aurora. Gadis itu sama sekali tidak terkejut bahkan tidak peduli sedikit pun, menatap mereka dengan muka datarnya.

"Dasar gatelan sama pacar orang!" sentak gadis itu menyiram dengan air es ke arah baju seragam Aurora.

"Bangsat!" umpatnya kesal. "Lo kalau berani hadapi gue dulu kagak usah nyiram baju gue anjing!" sentak nya kasar. Angkasa menahan pergelangan tangan Aurora agar tidak terjadi baku hantam lagi.

"Sudah ra jangan ditanggapi, kita ke kelas aja." sergah Angkasa. Itupun percuma, Aurora tidak mendengarkan perkataan siapapun kalau sedang emosi.

"Berani-berani nya lo ganggu gue lagi makan!" sentak nya lagi.

"Kenapa lo ikuti dancer juga? Gatal sama Reyhan dan cowok-cowok di sana, kan lo?!" Clara menatap emosi, baju dan wajahnya basah terkena siraman Aurora.

"Terus? Apa urusannya sama lo?" ketus Vergara memandang sinis ke arah Clara.

"Detik ini juga lo batalin pendaftarannya!" sengak Clara tak setuju jika Clara masuk ke dancer juga.

"Siapa lo ngelarang-nglarang gue buat masuk ke dancer? Emak gue? Cuiiih," cetus Aurora tak kalah menyebalkan, orang seperti Clara memang harus di kasih pelajaran.

"Lo adik kelas nggak tau malu ya, udah kegatelan sama pacar gue, pake masuk Dancer juga. Kurang ajar!" Clara tak habis fikir, ternyata Aurora lebih ganas darinya.

"Banyak bacot lo!" celetuk Vergara beranjak pergi seraya sengaja menyenggol kasar ke pundak Clara.

"Kurang ajar!" Clara mengepalkan tangannya kuat karena takut kalau Aurora ikut Dancer pasti dirinya akan kalah.

Dan, Clara adalah musuh Aurora sejak kelas 1 SMA. Clara kakak kelas cantik, sombong, sok berkuasa dan dia pacarnya Reyhan.

****

Aurora menuju ke salah satu tempat dimana ia akan melampiaskan amarahnya. Mengganggu hubungan orang adalah lampiasan yang sudah kebiasaan bagi Aurora. Sama sekali tidak peduli dengan perasaan atau perkataan Clara yang mengatai nya sebagai cewek gatal, kalau cowoknya juga suka kenapa harus Aurora saja salah?

Ketika berada di lapangan basket menemui seseorang, dan menariknya ke ruang kosong. Tak ada siapapun di sana, hanya mereka berdua di ruangan itu. Menyungging senyum membuat bibir gadis itu berkedut manja, terlihat cantik dan ganas.

"Ikut gue," pinta Aurora sembari menarik lengan kekar cowok itu.

"Tumben," ucapnya.

"Ponsel lo mana?" ucapnya meraba-raba saku celana cowok itu. Tanpa malu jika tak sengaja mengenai milik Reyhan

"Ini nih, berani nya tangan lo meraba-raba gue," ujar Reyhan menyodorkan ponsel ke arah Aurora. Cewek itu tersenyum smirk.

Aurora mengambil ponsel cowok itu dan mengetik pesan lalu ia kirim ke seseorang dan sambil menunjukkan menyungging senyum. Rencana yang selalu ingin mengusik hubungan orang.

"Lihat aja lo Clara, salah siapa lo bermacam-macam sama gue. Reyhan udah di tangan gue sekarang," batinnya bergumam seperti itulah sifatnya tidak akan tinggal diam jika dirinya diusik. Aurora bukan gadis sembarangan, ia bisa saja melakukan apa yang ia inginkan.

"Kenapa lo senyum-senyum gitu?" tanya Reyhan

"Kenapa sih lo itu ganteng, gue jadi suka." bukannya menjawab dia malah merayu cowok itu. Menatap bibir lembut itu seakan ingin menciumnya. Tangan satunya yang bebas, bermain dileher Reyhan.

"Lo baru sadarkah?" Reyhan mengikis jarak mereka semakin dekat.

Cup..

Reyhan mencium bibir gadis itu dengan lembut, tangannya menahan tengkuk leher Aurora. Mereka berpagutan lembut, tangan Aurora melingkar di leher cowok itu. Mereka sering melakukan ini tetapi hubungan mereka juga dengan status tidak  jelas. Reyhan mengajaknya pacaran namun Aurora menarik ulur perasaannya.

Tiba-tiba saja seseorang membuka pintu, terkejut apa yang dirinya lihat. Tidak ada yang menyadari ada seseorang datang, mereka masih bercumbu mesra di ruangan sepi ini. Seseorang itu menghampiri mereka berdua.

"REYHAN!" bentak Clara marah, seketika Reyhan dan Vergara menghentikan ciuman mereka.

"Clara, ngapain kamu ke sini?" tanya Reyhan ranpa rasa bersalah sedikit pun.

"Kenapa? Kamu yang menyuruhku ke sini." jawab Clara dalam emosi yang menggebu-gebu, sedangkan Aurora dengan wajah santainya dan membuat Clara semakin marah.

"Dan lo?" Clara menujuk ke arah Aurora,"Cewek nggak tau diri!" Clara penuh emosi.

"Gue? Gatel? Haha apa lo baru tau?" tengilnya.

"Beb, kita lanjut nanti ya." ucapnya lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kamu keterlaluan mau aja deket-deket sama cewek aneh kayak dia," Clara cemburu, kenapa pacarnya bisa tertarik dengan Aurora. Gadis bar-bar yang selalu membuat ulah.

"Udah deh, nggak usah marah-marah." lerai Reyhan merayu Clara dengan cara memeluk pacarnya.

"Aku tuh pacar kamu, wajar aku marah."

Reyhan memeluk pacarnya semakin erat. Cowok itu menyukai keduanya. Jika memilih Reyhan akan tetap memilih Aurora. Jelas sekali Aurora sangat cantik, pintar dan selalu meresponnya juga. Menjadi cowok basket apalagi Kapten banyak penggemar dong. Salah satunya ya Aurora.

****

Sepulang sekolah Angkasa menunggu Aurora di parkiran, akhirnya muncul dengan senyuman tipis di bibirnya, Angkasa selalu menyangkal perasaanya ke gadis itu. "Senyum dikit napa, sepet bener tu muka," hibur Angkasa sembari merangkul sahabatnya.

"Iya," balas Aurora dengan senyuman manis.

"Gitu dong kan cantiknya keliatan," ucapnya seraya mengelus rambut panjang Aurora.

"Hillih." cetusnya dengan memutar kedua bola matanya.

Di dalam mobil Aurora memainkan ponselnya. Seperti biasa memutarkan lagu favorite. Mengangguk-nganggukkan kepala menikmati lagu-lagu kpop kesukaannya.

"Lo tadi kemana abis lari dari kantin?" tanya Angkasa

"Gue pergi sama Reyhan," jawabnya masih menatap ke layar Ponselnya.

"Ngapain lu, pasti nyari masalah?" Angkasa

"Nggak juga," balas Angkasa

"Udah ra jangan deketin Reyhan,"

"Aku cuma cip-cip doang kok,"

Angkasa tidak terkejut dengan kelakuan bar-bar sahabatnya ini. Bahkan Aurora juga sering menyerbu bibirnya itu, Angkasa juga tidak pernah menolaknya. Aurora pernah kepergok guru karena ciuman di kelas dengan Reyhan, dan Kevin mantannya. Bahkan hukuman sering ia dapatkan, karena otaknya cerdas dirinya masih terselamatkan. Jika tidak, mungkin tidak akan naik kelas.

"Hufft!!" Angkasa sambil menghela nafas.

___

Setelah berganti baju Angkasa menuju dapur membuatkan susu untuk Aurora, hangat dan manis. Itu yang Aurora suka. Jika Aurora membuat susu sendiri, tidak pernah cocok rasanya akan terlalu manis dan panas. Upss manja kan? Maka dari itu Angkasa yang membuatnya.

"Nih susunya, tapi makan dulu." Aurora datang dengan menaruh susu di dekat Angkasa

"Makasih Oppa," ucap Auroraa dengan senyuman manis di bibirnya. Membuat jantung Angkasa berdegub kencang, hem menyangkal lagi.

"Iya sama-sama Sajangnim," membalas senyuman manis dengan lesung pipit di pipinya.

"Ayok makan."

Mereka menyantap makanan, Angkasa sangat suka masakan Aurora. Selalu pas dilidahnya, jika di izinkan Angkasa akan menikahinya setelah lulus kuliah nanti. Itu pikirnya.

"Ra, gue mau keluar. Lu mau ikut nggak?" Tanya Angkasa

"Nggak, gue mau tidur aja," jawab Aurora tangannya kembali memainkan ponsel miliknya.

"Serius? "tanyanya lalu pergi ke ruang tv Aurora pun mengekorinya.

"Iya bawel, emang lu mau kemana sih?"

"Nyari cewek."

"Cewek mulu pikiran lu, giliran gue harus belajar, belajar dan belajar," gumamnya kesal gadis itu berada dibelakang Angkasa.

"Lo itu harus dapetin nilai 8 ulangan besok. Belajar yang rajin!" peringat Angkasa sembari mencubit hidung mungil sahabatnya.

"Hah? Demi apa gue udah mual duluan, boro-boro dapet nilai paling mentok juga 10, nakal-nakal gini pinter njir."

Aurora tidak pernah merasakan cinta sedikitpun pada Angkasa. Hanya kasih sayang, perhatian sebatas sahabat pikirnya. Tapi karna Aurora terlalu Bar-bar tak pernah terfikir kalau dirinya membuat jantung Angkasa seperti balapan. Namun, Angkasa mencoba menangkal semua rasa itu.

To be continued.

avataravatar
Next chapter