webnovel

Takzir

"Yang bener ngecatnya, itu juga untuk kalian." Kata kak Fatma salah seorang senior dari divisi keamanan pondok pesantren yang bertugas mengawasi proses takziran yang kami jalani.

"Ya Allah, gini amat sih hukumannya, suruh lari kek ngelilingi lapangan, atau push up gitu. Hahhh.."

"Udahlah Aiz, ga usah mengeluh kalau capek istirahat aja biar aku yang lanjutin sama Hana." Kata Nurul.

"Ga bisa gitu juga, aku kan juga salah, jadi memang harus dihukum." Jawab Aiz sambil mencibirkan bibirnya.

-------------------------

"Jadi Aiz dihukum lagi? MasyaAllah apa lagi yang diperbuat sama tuh anak." Kata Arif salah seorang santri putra.

"Munir, emang Aiz kenapa?" Tanya Hamdan.

"Biasa dan, dia telat balik ke pesantren, tadi siang dia dan teman-temannya minta ijin katanya mau kepasar mau beli perlengkapan sekolah, tapi mereka terlambat sampai di pesantren, jadi kena takzir deh..hahahah" Jawab Munir santai.

"Dasar Aiz selalu ada aja tingkahnya."

"Gitu-gitu dia sahabat kita dari kecil." Kata Arif.

"Iya juga sih.."

"Hamdan, diantara kita bertiga kan kamu paling deket tuh sama si Aiz, emangnya ga pernah gitu kamu ngrasain suka atau gimana gitu sama dia?"

"Ya kalau ga suka ngapain selama ini aku bersahabat sama dia rif, kamu gimana sih."

"Bukan suka yang begitu maksudku, tapi perasaan suka layaknya laki-laki dan perempuan."

"Maksud kamu apaan sih rif, ngomong itu yang jelas tau ga biar orang yang denger itu enak ga bingung." Kata munir

"Ya elah, maksudnya itu loh kamu ga ingin jadiin dia pacar kamu gitu?"

"Astagfirullahhaladzim... inget rif, pacaran itu dosa, apa udah lupa ajaran Mbah Kyai kalau pacaran itu menjurus ke syahwat, makanya haram."

"Ya tau, tapi maksud aku tuh.."

"Udah ah.. lama-lama kamu semakin ngaco, lebih baik kamu urusi hafalan kamu tuh, nanti malah giliran kamu yang di takzir kalau ga hafal bab terakhir, inget besok malam kita setoran hafalan." Kata Hamdan sambil melangkah pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

Mereka berempat sahabat dari kecil hingga memutuskan untuk masuk ke pesantren yang sama, agar siklus libur mereka juga sama, dengan begitu mereka bisa pulang ke rumah bersama-sama dan bermain bersama-sama pula.

Dari mereka berempat, Hamdan dan Aiz lah yang paling dekat karena sebelum mengenal munir adan arif, mereka berdua sudah menjalin persahabatan, jadi tak perlu bingung jika sikap dan sifat Aiz seperti anak laki-laki karena memang dia bersahabat dengan laki-laki sedari kecil.

"Aiz, kamu lanjut kuliah dimana?"

"Pinginnya sih kuliah di Mesir, biar bisa bareng-bareng lagi sama temen-temen aku yang lain."

"Munir, Arif sama Hamdan maksudmu?"

"Iya lah.. siapa lagi kalau bukan mereka.."

"Aku ikutlah kuliah di Mesir, biar bisa terus sama kamu."

"Biar terus sama aku apa sama munir? bilang aja sih..."

"Hahahahhah...ya dua-duanya, lagian kog bisa munir itu ganteng banget, mana baik, lucu lagi orangnya, pasti bahagia kalau punya suami kayak dia."

"Duh, kamu mikirnya jauh bener... tapi semoga aja kalian berjodoh deh, aku doakan."

"Amiin.."

"Ye..DI amiinin, berarti kamu beneran naksir sama dia?"

"Hush... jangan keras-keras nanti ada yang denger, bisa parah... kena takzir lagi deh aku."

"Ngomongin apa to, serius amat." Kata Nurul yang tiba-tiba datang dari arah belakang mereka.

"Dih, deh kayak jaelangkung aja kamu tuh, datang tak dijemput pulang nylonong wae.." kata Aiz

"He... maaf... maaf... tadi dipanggil sama bu Arini."

"Ada apaan emang?"

"Suruh bagikan selebaran beasiswa kuliah di Al-Azhar."

"Serius!!" Ucap Hana dan Aiz bersamaan.

"He..Eh, segitunya sih, kenapa? kalian berminat?"

"He'eh." Jawab mereka berdua sambil mengangguk tegas.

"Mana selebarannya." Tanya Aiz pada Nurul.

"Nih.."

"Wah... Terimakasih."

"Semangat banget sih, kalian serius mau kuliah disana?"

"Iya, kamu juga dong, jadi kita bisa sama-sama terus deh."

"Pingin sih, tapi kalau dapat beasiswa, kalau ga, gimana bisa?"

"Bisa aja, yang penting ada kemauan dan usaha, satu lagi B E R D O A." Kata Hana.

"Akhir minggu ini kamu jadi pulang Iz?"

"Inshaallah jadi, kalau para biang keladi pulang maka eikehh pun ikut pulang."

"Kompak banget sih kalian, seneng ya kamu punya sahabat karib dari kecil, apapun bisa berbagi, ada teman dalam suka dan duka."

"Kalian juga sahabat aku, sama halnya dengan para biangkeladi itu, selama ini kita juga selalu sama-sama, ya kan?"

"Betul itu.." Timpal hana memebenarkan perkataan dari Aiz.

-------------------

Hari berlalu begitu cepat, saat yang ditunggu oleh Aiz dan kawan-kawan biang keroknyapun tiba, kini saatnya mereka merasakan udara segar dari luar pondok memang setiap tiga bulan sekali mereka diperbolehkan untuk pulang kerumah tentuya hanya diakhir pekan yaitu pada saat libur sekolah dan madrasah,

"Busnya datang tuh, come on guys, kita pulang." teriak Munir kegirangan.

"Aiz, kamu duluan naik." Kata Hamdan.

"Ciyeee yang perhatian,"

"Yoi dong.. ya ga iz.."

"iyoi.. ayok naik, ntar ketinggalan bus, tau rasa kalian." Kata Aiz.

Mereka berempat naik ke dalam bus yang akan mengantarkan mereka pulang ke kota mereka, jarak dari pesantren ke kota tujuan mereka hanya sekitar 110 km, dan bisa ditempuh hanya dalam waktu tiga jam saja menggunakan bus umum.

"Aiz, kamu dah dapat selebaran beasiswa kuliah di Kairo?"

"Udah, kemarin aku minta sama Nurul."

"Ow, jadi dong kita kuliah di Kairo?"

"Inshaallah, semoga aja Allah mengijabah doa kita." Jawab Arif.

"Hamdan, kamu jadi juga kan?"

"Iyalah, kemana kalian pergi aku ikut, asal bukan ke neraka."

"Nauzubilah... Amit-Amit, aku mah anak sholeh kesayangan emak, tempatnya di sorrga." Kata Munir.

"Anak Sholeh, suruh masuk pesantren aja pakai acara berdebat dulu, ngaku anak sholeh.." Kata Hamdan.

"Ya Allah yang penting hasil akhirnya kan aku tetep jadi masuk pesantren, ya kan...? demi emak tercinta, dan demi bersama kalian, sohib ambyar sampai ke sorga."

"Amiin..." Jawab ketiga temannya serempak, dan sontak mereka jadi perhatian orang satu bus karena suara mereka yang melejit memenuhi bus yang mereka naiki.

"Kalian sih, ga bisa anteng Brisik mulu, untung aja kita ga kena semprot penumpang lain." Kata Aiz.

"Sorry... dah... sorry, kamu aja ikutan teriak barusan."

"Iya sih...he.."

"Uh... dasar."

Itulah kenapa mereka sebutan biang kerok karena dimanapun mereka berada selalu membuat kegaduhan, tapi menyenangkan. Komitmen mereka untuk selalu menjaga satu dengan yang lain, dan tak kan terpecah belah karena urusan asmara selalu mereka jaga hingga sekarang, dan ini lah yang menyebabkan Hamdan sulit untuk mengatakan pada Aiz apa yang sebenarnya dia rasakan, sebuah rasa yang tidak hanya ingin melindungi, tapi juga ingin memiliki. Hanya doa yang selalu Hamdan panjatkan agar Aiz ditakdirkan menjadi jodohnya.

Next chapter