3 Chapter 2

Langit telah mulai gelap pukul 18.30 waktu Indonesia barat. Chandra baru saja pulang kerja, ketika dia masuk ke dalam rumah sepatu hak tinggi milik istrinya berserak di mana-mana. Bukan itu saja, tas yang dia beli diletakkan sembarang tempat.

Lelaki itu memungut sepatu meletakkan di tempatnya, tas bermerek di masukan ke lemari. Setelah itu dia membuka pintu kamar terdapat sosok wanita tertidur masih posisi sama selalu mengundang selera lawan jenis.

Meskipun pakaian masih lengkap di mana dia berkumpul dengan teman-temannya. Menyelimuti kembali tubuh istrinya. Di singkirkan anak rambut menutupi wajahnya yang pulas selipkan ke belakang daun telinganya.

Mata sembab, hidung merah masih terdengar sesenggukan. Fera tiba membuka kedua matanya kembali menemukan sosok menyeramkan baginya.

"Setan!" teriaknya bangun dan mendorong kasar suaminya itu.

"Kau lagi! Suka sekali masuk ke kamar enggak pernah ketuk dulu!" memaki nya kembali.

"Kau habis menangis?" Chandra bertanya

Fera mengusap matanya dan pipinya, kemudian melirik suaminya tajam. "Kalau iya, kenapa? Semua gara-gara kau semua teman menjauhi aku karena menikah perjodohan gila!" Fera menjawab dan masih dengan nada menyalahkan suaminya.

"Aku tidak memaksa mu menyetujui pernikahan kita, aku lakukan hanya kebaikan orang tuaku dan orang tuamu. Apabila kau tidak suka aku ada di sini. Tidak apa-apa, aku bisa tidur di kantor kalau itu maumu," ucap Chandra beranjak keluar dari kamar ini.

Setiap suaminya mengucapkan sesuatu pasti Fera sulit membalas kata-katanya.

Kalau dia pergi dari sini, terus aku ditinggal? Eh ... (Fera membatin)

"Eh... Jangan pergi! Bukan itu maksudku. Kalau kau pergi, terus Papa Mama tiba datang bisa - bisa aku di marahi sama mereka. Aku cuma kesal saja sih, habisnya sebal mendadak menikah denganmu semua pada menghindar."

Chandra tahu istrinya tidak akan bisa tinggal seorang diri. Benar kata Mama mertua sifat Fera memang sangat keras dan manja. Mereka memang terlalu memanjakan putrinya tapi apa dia bisa mendidik istrinya dengan baik. Padahal dia belum mengenal sifat asli istrinya ini. Dari cara wanita ini bicara, dia mulai menyukai sikap sombong nya.

"Hei! Dengar aku tidak sih? Kau benar akan pergi? Please ... jangan ya," mohon Fera harga dirinya turun.

Kenapa diam sih suami jelek! (Fera membatin)

"Aku tidak pergi kok, aku tahu kau tidak suka tidur sendirian," senyumnya menutupi berewok bulu tebal di wajahnya.

"Sok tahu!"

Fera kembali ke kamar kemudian dia teringat tas yang beli tadi letakkan di mana. Dia mulai mencari-cari sedangkan Chandra masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang bau keringat.

Dua puluh menit kemudian, Fera duduk di sofa ruang tamu dengan barang yang dia incar itu. Di fotonya senyuman merekah di wajahnya. Terlalu bangga kalau dia akhirnya bisa beli tas bermerek, bisa pamerkan ke mantan-mantan nya bukan cuma muka tampang doang tapi enggak bisa beli barang mahal-mahal ini.

Klek.

"Lama banget sih man – di – nya..." kedua mata Fera berkedip-kedip beberapa kali sesuatu yang tidak bisa dia hindar yaitu kotak-kotak yang pernah dia lihat di Instagram. Tubuh seksi dan...

BUG!

BUG!

BUG!

"Ada apa?" Suara suaminya semakin dekat dan dekat. Barang yang ada di dekat Fera telah dia lemparkan mencari - cari sesuatu Vas bunga ...

Tap!

Fera membuka kedua matanya benda kaca bening masih di tangannya tapi ada lagi mencengkeram menahan serangan yang mencoba melempar ke tubuh lelaki di depannya.

Jarak mereka sangat dekat, dekat bukan karena lelaki itu marah cuma menghindar dari aksi wanita manja ini. Tatapan mata mereka.

Krrruuuuukkk....

Bunyian perut dari Fera mengganggu suasana dalam rumah hening menjadi riuh. Chandra melirik perut istrinya sedangkan dia ( Fera ) menatap sisi kiri dadanya detakan jantungnya berdebar - debar.

Perasaan tadi itu apa? Dari dekat dia ...

"Kau mau makan apa? Biar aku masak." tanya Chandra telah lengkap dengan pakaian yang tadi setengah telanjang dada.

Pandangan Fera belum lepas penglihatan bagian depan bidangnya. " Fera sayang, kau mau makan apa?" di tanya sekali lagi oleh Chandra, kali ini panggilannya lebih romantis.

"Ah, aku mau Pizza Hut! Ya, Pizza Hut!" jawabnya cepat tidak fokus apa yang di tanya oleh suaminya.

Chandra yang pegang panci dan pengaduk penggorengan mengangkat satu alis. Tidak butuh lama dia pun mengeluarkan ponsel nya dan mengetik sesuatu dengan pesanan Online.

Fera jadi salah tingkah dia memilih masuk ke kamar. Di lihat depan cermin kedua pipinya memerah. Detak jantungnya masih terdengar jelas olehnya sendiri.

Perasaan apa ini! Ahh ... sialan! Pergi ... pergi ...

***

Ting ... Tong ...

Pesanan Pizza Delivery telah datang Chandra mengambilnya dan berikan bayaran kepada pengantar Pizza tersebut. Fera baru saja selesai mandi dan mengganti baju menjadi piyama Doraemon.

Wajah berbinar - binar pun tercermin, kan, oleh wanita itu. Dia langsung meraih bungkusan Pizza Hut ukuran medium dari tangan suaminya.

"Taruh di piring dulu," ucap Chandra kepada Fera.

"Untuk apa di piring, makan begini lebih enak daripada piring tak seberapa itu!" celetuk nya di buka kotak Pizza-nya aroma benar menggoda perutnya dan air liur pun menetes.

Dia pun mengambil sepotong Pizza-nya yang sudah tersedia potongan beberapa bagian. Chandra meletakkan piring di atas meja dengan sofa tersebut. Dia juga mengambil potongan Pizza itu dari kotak ukuran Medium.

Di lirik sebentar Fera begitu lahap dengan makanan Pizza-nya. Fera memang sangat suka dengan makanan barat seperti Spageti, Burger, Pizza, steak, Hot dog, sejenis makanan barat ala orang luar negeri paling di sukai. Tidak heran dia suka menghamburkan uang demi kesenangan sendiri tanpa memikirkan makanan lokal.

"Rasanya enak?" Chandra bertanya kepada istrinya.

Mulut Fera di penuhi oleh Pizza-nya sehingga saus sambal tomat menempel di pipi sudut bibirnya. "Phasti Uenak dong, Cobha shaja ..." jawabnya dengan mulut masih penuh sangat sulit jika berbicara.

Chandra memotong Pizza dengan pisau dan garpu. Fera mengambil lagi potongan berikutnya, posisi duduknya tidak beretika, satu kaki naik ke atas sofa sedangkan satunya lagi di lipat ke dalam.

Chandra tidak tenang menatap sikap istrinya yang tidak memiliki sopan santun. Akan tetapi dia merasa nyaman lihat sikap seperti itu tidak di buat-buat sama sekali oleh wanita ini.

"Hhhha ... Aku sudah kenyang, tinggal sepotong lagi, kau makan ya." Fera bangkit dari duduknya untuk cuci tangan dan mengambil minuman di dapur.

"Tunggu sebentar."

Fera melebar dua bola matanya bulat-bulat. Debaran jantungnya kembali berdetak lebih cepat. Chandra membersihkan sudut bibirnya mengenai saus sambal dari Pizza tadi.

"Sudah, lain kali setelah makan perhatikan mulutmu masih ada sisa saus atau sayuran. Jadi wanita itu harus jaga kebersihan agar terlihat lebih sehat." ucap Chandra menasihati istrinya.

Fera masih belum sadar dari dunia imajinasi nya, Chandra malah perhatikan istrinya yang terdiam.

"Fera, Fera sayang..." Chandra memanggil namanya dan menyebutkan kata sayang.

"Ah, iya, tidak perlu ingati aku juga tahu kok. Orang aku mau cuci tangan juga!" Fera membuang muka soalnya dia sudah salah tingkah untuk kedua kalinya. Sekarang pasti wajahnya merah merona lagi.

Chandra memperhatikan sikap wanita itu dari jauh, senyuman tipis mencerminkan bahwa dia benar sangat perhatian kepada istrinya. Perasaan ini benar jauh beda dari pertemuan pertama kali dia mencoba untuk menolak pernikahan.

Di kamar mandi Fera mencuci tangan sambil mengomel diri sendiri. "Sok bijak pakai nasihat segala, enggak perlu di ingati juga aku sudah tahu kok, tapi..."

Fera memandang wajahnya di cermin cukup lama, masih merasakan sentuhan dari jari suaminya saat dia membersihkan saus sambal tomat. Jaraknya sangat dekat sekali ketika lelaki itu menyentuhnya.

Apaan sih! Enggak bakal jatuh cinta padanya! Dia itu jelek... Suami jelek, enggak mau aku punya anak nanti seperti dia jelek!

Menggeleng kepalanya kuat-kuat dan memukul kedua pipinya keras-keras. Di depan pintu kamar mandi Chandra perhatikan istrinya dari tadi.

"Kenapa kau memukul kedua pipimu?" Chandra bertanya kepada istrinya. Fera terperanjat kaget dan menoleh cepat dengan tatapan mata yang tajam.

Dari jauh dia memang terlihat jelek sekali, buat mataku ngeri karena bulu tebal menempel di seluruh rahang dan bawah hidungnya. Tapi kalau dari dekat rasanya ada yang beda...

"Suka - suka aku dong, pipi ku juga. Di sini banyak nyamuk, besok-besok beli baygon pembasmi nyamuk, pipi ku sering di gigit terus sama nyamuk jantan sialan!" Fera mengomel dan keluar dari kamar mandi melewati begitu saja di mana suaminya masih berdiri menatap sikap istrinya.

"Aku ingin bercinta!"

"APA?!!"

Langkah kaki Fera terhenti tiga kata dari mulut suaminya membuat dia shock.

Chandra berdiri dari ambang pintu mulai mendekati istrinya. Gejolak rasa itu seharusnya di lakukan pertama di hari pernikahan.

"Apa kau mengatakan sesuatu?" Fera bertanya kepada Chandra yang dari tadi melamun.

Ternyata itu hanya khayalan imajinasi nya saja. Tidak mungkin istrinya mau bercinta dengannya dalam keadaan penampilan jelek seperti ini. Apalagi dari sikap wanita ini saja sudah jijik dengan wajah dirinya.

"Tidak ada, kalau begitu selamat tidur, jangan lupa sebelum tidur berdoa dulu," Chandra mengingatkan kembali kepada istrinya. Dia pun keluar dari kamarnya.

Fera memiringkan kepalanya, "Perasaan dia mengatakan sesuatu deh? Apa aku salah dengar ya? Dasar suami jelek!" Ditutup rapat pintunya dia pun melemparkan badannya di atas ranjang empuk itu.

Pisah ranjang bukan keinginan Chandra, demi harga diri istrinya belum siap untuk berhubungan. Dia hanya cukup bersabar sampai istrinya menyetujui untuk berhubungan. Semoga pernikahan ini tidak terjadi hal-hal aneh.

avataravatar
Next chapter