9 Chapter 8

Pada akhirnya Nico harus menginap di rumah sepupunya, Rui. Rengekan tadi saat menikmati makan siang bersama, Albert menangis meminta, dan memohon pada Rui untuk mengizinkan Monika dan Nico menginap.

Padahal Rui kurang nyaman jika Nico harus menginap ke rumahnya. Apalagi Monika, tentu Rui selalu berjaga waspada melihat sikap lugu dan polosnya Monika. Kenapa Rui paling tidak suka jika Monika ada di rumah ini. Dirinya merasa takut di saingi penampilannya.

Apalagi, Aldo turut terpesona akan kelembutan Monika meskipun larut wajah Aldo tidak menyukai adanya Nico di rumahnya. Nico juga tak mengharapkan untuk menginap, jika bukan Albert merengek dan menangis tak berhenti-henti.

Nico pun tak sudi akan inap di rumah sepupunya penuh mulut laknat dan tidak memiliki etika sopan santun. Nico tak merasa iri atau sirih pada siapa pun. Walau parasnya tidak setampan Aldo. Baginya ia puas dengan miliknya sendiri.

"Omong-omong, aku dengar pemasaran di Jakarta turun drastis, ya?" Aldo mengangkat lebih dulu percakapan dari suasana yang dari tadi hening.

"Tidak juga, bukannya pemasaran mu yang setiap turun naik terus? Apa ada masalah dengan pengolahan atau kekurangan bahan-bahan untuk di produksi?" jawabnya santai dan tenang untung Nico selalu membawa laptop ke mana pun untuk menghilangkan rasa jenuhnya.

Aldo diam sebentar setelah menyimak pembicaraan Nico tadi, ada rasa kesal juga dengan jawaban Nico yang begitu angkuh dan sombong.

"Tidak perlu malu-malu, jika kamu butuh dana untuk pengolahan yang kurang untuk usahamu. Kamu bisa datang kapan saja ke kantorku. Aku dengan senantiasa membantu mu, bukankah kamu itu juga termasuk di keluarga ku? Walau tak sedarah dan tak se-marga," tambah lagi Nico berbicara seolah-olah dirinya paling hebat dan paling kuasa.

Aldo menahan untuk tidak terpancing akan omongan Nico tadi, hanya kepalan tangan yang membuat ia untuk lebih sabar menghadapi pria sombong itu. Nico menarik seulas senyum di balik wajahnya yang terlihat menyeramkan. Walau Nico terlihat seram bukan berarti ia malu akan bekas luka terbakar di bagian matanya bibirnya yang selalu di tutupi oleh brewoknya.

Nico adalah pria yang tak sempurna, meski begitu ia mempunyai cara sendiri. Dari kekurangan yang ia miliki. Kerja keras untuk bisa melampaui saudara-saudaranya adalah dendam. Nico memiliki segala kedendaman pada Aldo tentunya.

Bagaimana bisa?

Apa permasalahan sehingga Nico sangat benci terhadap Aldo?

Bukankah Aldo tak tau seluk beluk pribadi Nico? Apakah ada kaitan dengan adik sepupunya? Rui?

Ya, mungkin saja. Apalagi Rui juga sangat benci dengan sikap angkuh dan kesombongan dimiliki oleh Nico tersebut.

Ketika Nico, Monika, dan nenek Gwen datang ke rumah Rui. Rui tak menyambut mereka berdua melainkan menyambut nenek Gwen. Pasti ada alasan kenapa Nico selalu membalas omongan dari pertanyaan Aldo ataupun Rui. Bahkan jawaban Nico terlihat sangat santai dan menganggap pertanyaan mereka itu hanya angin lalu.

Mungkin ada masa lalu di kehidupan Nico sebelum dirinya menikah dengan Monika. Sampai saat ini Nico masih terlihat santai tidak pernah memikirkan kapan memiliki keturunan.

Ya, pasti banyak hujatan yang didapat oleh Monika. Hujatan itu sudah tidak asing untuk Monika pastinya. Setiap detik-detik bersama seperti Nico itu tak ada alasan jelas.

Nico berwatak keras, suka-suka, merasa omongannya itu benar, tidak suka di atur, merasa dirinya hebat dan disegani. Terlalu angkuh, tidak pernah memandang bulu. Mau orang itu kaya, atau miskin. Baginya ia paling hebat. Karena sukses pesat atas kerja kerasnya selama ini.

"Heehhh!" Nico mendesah, lalu meninggalkan tempat kesunyian yang tak ada bahan untuk obrolan lagi. Aldo sedari tadi membisu, mungkin malas berargumentasi dengan Nico yang terlalu angkuh itu.

Nico menuju kamarnya untuk istirahat, akan tetapi Nico berhenti di salah satu kamar, di mana Monika tengah menyanyikan sebuah lagu untuk Albert dalam keadaan tidur di pangkuannya. Dapat Nico lihat dari larut wajah istrinya ketika mengelus rambut kepala Albert yang telah terlelap itu.

****

avataravatar
Next chapter