12 Chapter 11

Akhirnya Monika dan satu keluarga Rui pergi ke mal. Sedangkan nenek Gwen ditemani oleh Bibi Nisa. Soalnya Monika sedang diajak oleh Albert ke tempat berbagai permainan anak-anak.

Saat pagi tadi Nico keberatan untuk ikut ke mal. Dia merasa tidak ada penting di mal tersebut. Jika bukan karena desakan Monika demi keponakannya, Nico mau tak mau mengiakan. Lagipula melihat wajah istrinya, Monika sangat akrab sekali dengan putra Rui.

"Ayo, tante ... kita ke sana?!" rengek Albert terus-terus menarik tangan Monika ke tempat permainan anak-anak di amazone. Saat ini Monika dan lainnya berada di tempat makan berada mal tersebut.

"Iya, nanti kita ke sana. Albert makan dulu. Biar kuat, kalau Albert tidak makan, tidak ada tenaga untuk memukul binatang kecil itu? Albert bisa kalah terus tidak dapat mainan yang kamu incar?" bujuk Monika jongkok berharap kalau Albert kecil mengerti.

Albert tak meronta atau merengek meminta ke tempat itu. Dia menyimak setiap kalimat dari Monika. Sebenarnya Monika kasihan sama Albert kecil. Pasti kurang perhatian oleh Rui. Sehingga apa pun yang diinginkan oleh Albert kecil selalu dilarang.

Jikalau Monika mempunyai putra seperti Albert kecil. Mungkin Monika akan berikan apa pun, dan menyayanginya.

"Benar, kata tante Monik. Abett makan dulu?!" Albert pun masuk di mana Rui dan lainnya berada. Monika pun menyusul tidak menemukan suaminya di tempat makan.

Monika pun kembali untuk mencarinya namun suara Aldo menyampaikan sesuatu kepadanya, "Nico sedang ke toilet," ucapnya.

Monika berhenti dan menoleh setelah mendengar penyampaian dari Aldo. "Oh, begitu." Tetapi Monika tetap akan keluar dari tempat makan tidak untuk bergabung.

"Kamu tidak makan dulu?" Rui bersuara melihat Monika akan beranjak dari tempat ini.

"Nanti, aku ke tempat lain dulu. Duluan saja, tidak apa-apa," jawabnya senyum sebentar, Aldo tentu meliriknya.

Setelah Monika pergi dari tempat ini, Rui tau bahwa Aldo simpati pada Monika. Rasa cemburu pun menghantuinya. Inilah kenapa Rui tidak menyukai Monika datang dikehidupannya.

"Tidak perlu kamu melirik dia terus-terusan, aku tau kamu ada rasa dengannya?!" ucap Rui secara berbisik menyudut Aldo.

Aldo tentu mendengar jelas, bahwa Rui selalu cemburu kepada Monika. Aldo tetap bersikap biasa saja, walau suasana telah berubah.

Dua menit telah berlalu, Monika dan Nico belum juga kembali. Padahal Rui dan keluarganya sudah selesai makan siang di tempat makanan khas chienes.

"Papa, tante Monik ke mana? Kok dari tadi gak kembali-kembali? Om Nico juga, katanya ke toilet? Apa tante Monik gak sayang Abett lagi? Makanya tante Monik sana Om Nico gak kembali-kembali?" Albert kecil bersuara sangat panjang tiba-tiba nada bicaranya berubah serak, matanya berkaca-kaca seolah-olah Monika dan Nico tidak bergabung makan bersama mereka.

Monika dan Nico berada di salah satu kafe ada di mal tersebut. Hanya kebetulan saat Monika berada di ATM menarik dana, sekaligus menuju ke hypermart melihat barang-barang produk milik suaminya.

Tepat pula, Nico baru keluar dari kasir pembayaran. Monika tidak tanya apa yang Nico beli dari hypermart.

"Ada apa?" Nico bersuara membuyarkan lamunan Monika dari tadi.

Ya, Nico sengaja tidak bergabung bersama saudara sepupunya. Nico sengaja mengirim pesan kepada Monika untuk menarik dana di ATM.

"Hah? Tidak apa-apa? Kita kembali ke tempat mereka, Albert pasti sudah mencariku." Nico menghela, tidak beri respons apa yang Monika jawab.

"Masih ada Rui dan Aldo, kamu bukan orangtua Albert. Buat apa kamu peduli soal anak itu?" tuturnya menikmati ayam goreng di garpu.

Monika melirih suaminya, memang  kalimat suaminya benar. Albert bukan anaknya kenapa harus secemas itu. Apalagi Albert ke sini bukan bersama dia melainkan bersama Rui dan Aldo.

"Memang Albert bukan putraku, tetapi dia sudah ku anggap ..."

"Kita bisa buat sendiri?" potong Nico setelah selesai menghabiskan ayam goreng nya.

Monika bungkam rapat dengan kalimat-kalimat dari suaminya tadi. Nico bangun dari duduk untuk mencuci tangannya yang tercetak minyak ayam goreng tadi.

Jantung Monika tidak normal, ada aneh dari sikap suaminya. Bahkan Monika merasa kejadian semalam Nico tidak pernah bersikap semanis itu. Apa pertanda Nico sudah berubah? Pikir Monika.

****

Mobil Avanza silver terparkir di tempat yang aman. Gadis cilik yang mungil, imut, manis. Turun dari mobil tersebut. Tidak pernah lepas dengan boneka tas beruang berbulu, adalah Claudia. Fera di bantu oleh Chandra, kalau saja tidak hamil kedua kali. Tentu tidak akan serumit ini.

Chandra menggendong Claudia, Fera selalu di samping suaminya. Mereka pun masuk ke lift menuju ke mal.

"Mama, nanti kita ke perlengkapan mainan dulu, ya?" celoteh Claudia tak berhenti-berhenti.

"Iya, sayang," sahutnya.

Lantai yang dituju sampai, mereka keluar belakangan. Lantai enam adalah tempat berbagai macam mainan.  Mereka masuk ke dalam untuk melihat-lihat. Sekaligus Fera juga mau beli sesuatu untuk anak keduanya. Chandra menemani Claudia mencari hadiah untuk teman sebayanya besok di sekolah.

🌿

Suara tangisan Albert kecil semakin keras, sehingga orang-orang ada di mal tersebut memperhatikan Albert kecil. Rui sudah menahan kesabaran untuk menenangkan putranya. Namun, tidak dapat didiamkan, sebaliknya dengan Aldo.

Tangisan Albert bukannya mereda malah semakin keras. Orang-orang yang lalu lalang di sana cuma melewati, ada pula berbisik-bisik. Seandainya nenek Gwen tidak dalam keadaan lumpuh, mungkin dirinya sudah menggendong cicitnya.

"Abett mau tante Monik?! Gaaaakkk mauuu?!" teriaknya sembari menangis menyebut nama Monika.

Rui tidak menggubris putranya, ia malah memilih memainkan ponselnya. Membiarkan putranya menangis seperti anak hilang. Duduk di lantai mengentak-entak kaki. Aldo berjongkok berusaha membujuk putranya untuk diam.

"Sssttt ... Kita cari tante Monik. Jangan nangis, jelek. Lihat baju kamu," ucap Aldo.

Albert kecil menendang Aldo akhirnya berhenti menangis. Meskipun air mata masih membanjiri wajahnya yang cakep itu. Ingus meleleh dari hidung. Mata bengkak merah, setelah menyebut mencari Monika. Ia pun terkukuh.

"Be-be-benar, pa?" ucapnya terisak-isak. Aldo mengangguk.

Albert kecil bangun dari duduknya, dan memeluk Aldo erat. Aldo pun bangun dari jongkok menggendong putranya untuk mencari keberadaan Monika.

Sementara Monika masih di kafe, karena Nico tengah duduk sambil membaca majalah bisnis yang dia beli di hypermart tadi. Kegelisahan Monika tidak dapat dibendung lagi, ia merasa bersalah. Apalagi memikirkan Albert kecil. Pasti anak itu menangis dan mencari dirinya.

Nico yang duduk di sebelah istrinya seperti kurang nyaman oleh Monika. Ia pun menutup majalah bisnisnya. Nico mengerti, istrinya gelisah memikirkan putranya Rui.

"Dari tadi gelisah mulu, ada apa?" Nico bersuara mengagetkan Monika yang duduk membisu.

Setiap Nico bersuara, Monika pasti terkejut. Entah apa yang membuat dirinya takut pada suami sendiri. "Hah? Tidak apa-apa, aku ke toilet sebentar." Monika bangun dari duduknya ke luar dari kafe. Menuju arah posisi kamar kecil.

Nico memperhatikan punggung istrinya dari jauh telah menghilang dari penglihatannya. Ia melanjutkan kembali membaca majalahnya. Tak lama kemudian suara nada ringtone bergetar di tas jinjing milik Monika. Nico kembali menutup lagi majalahnya.

Sebenarnya Nico tidak suka ikut campur dengan kepentingan pribadi seseorang. Karena ponsel Monika sedari tadi berbunyi terus. Mau tak mau Nico memeriksa ponsel Monika.

Ketika akan membuka ponselnya, terkunci. Nico mencoba untuk membuka kata kunci ponselnya. Ia pun memasukan kelahiran istrinya, dan .... terbuka. Banyak pesan chat masuk aplikasinya. Nico pun membuka satu per satu. Ada dari grup alumni sekolahnya, customer. Kemudian Nico menarik lebih ke bawah, sebuah nama sangat jelas oleh Nico ketika membaca. Aldo Angkasa Putra. Nico penasaran isi pesan dari nama itu.

Pada akhirnya Nico pun membaca isi chat dari awal hingga akhir. Semua hanya basa-basi. Akan tetapi sesuatu timbul membuat Nico merasa sangat marah. Tanpa ragu, ia pun menghapus isi pesan chat itu dan memasukan kembali ponsel Monika ke dalam tas.

Tak lama Monika kembali dengan wajah begitu lega. Ia pun kembali duduk di sebelah suaminya yang masih sama membaca majalah bisnis.

Sedangkan Aldo menunggu balasan dari Monika, sampai sekarang belum ada balasan apa pun. Apalagi ia terus melihat tanda dua biru, bahwa Monika sudah membacanya. Albert yang memeluk Aldo hingga ketiduran.

Mal yang besar, mencari keberadaan Monika sudah kewalahan. Pada akhirnya Aldo memilih untuk kembali ke tempat istrinya berada. Saat ke luar dari lift, Aldo singgah ke tempat mainan. Membeli mainan untuk putranya, ketika nanti Albert terbangun dan mencari keberadaan Monika. Dengan membohongi dengan mainan.

Sembari melihat-lihat, Aldo akhirnya menemukan mainan yang cocok untuk putranya. Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya.

"Hei?" sapanya senyum, Aldo menoleh dan melirih dari atas hingga ... perut buncit, dan ...

"Fera?" Aldo kaget seketika, hampir tak mengenali wanita di hadapannya.

*****

Up. Gaje gk jelas.

Aku bingung tuk menulisnya. Padahal lagi gk fokus.

Cuma gk mo kecewakan kalian!

Jangan lupa vote dan komen buat yg suka.

avataravatar
Next chapter