webnovel

Bab Prolog

Tahun 1988

Seriboe sahyang....

Kahsih tanpah kamoe...

Akoe moengkin takh ada...

Di doenia ini...

Sebab kaoe (....)

Melati akan haroem...

Semerbak ditaman soeci...

(.....)Akoe dan dia...

(....)Hanya sebatas mimpi...

(....)Tapi tak nyata...

(dari gadis terloeka dialam sana).

***

Bab 00 Prolog

"Setiap orang akan bertanya kepada ribuan pertanyaan, siapa dirinya yang datang membunuhnya?apakah hanya mimpi atau menunggu terjadi? mengapa dia diantara ribuan kisah nyata cinta ini? "

Aku ingin memahami cinta dari seseorang, tapi tak bisa mengingatnya kapan terluka sebab,baru aku sadari semua telah aku buat dengan istilah hati adalah bahasa cinta, aku tidak akan pernah tidur nyenyak sebab waktu ini,terasa menghakimiku kapan kamu ingin menikahinya?

Pada sebuah dialog aku padamu yang jauh disana, aku tak bisa tahu prolog ,bagaimana yang aku buat dari sisa kekuatanku aku berbagi cerita ,karena dia adalah yang teramat cantik ,susah aku rangkum dari segi pengetahuan lemahku, tetap berdiri disamping ranjang tempat tidur yang berharap memimpikanmu.

Teman aku tahu jika kita sabar akan bahagia nanti kelaknya, teman-temanku di alam sana terima kasih telah membangunkanku dari mimpi burukku, saat dirinya selalu datang setiap hari.

"Tyga Tjinta adalah kisah nyata cintaku di tahun 1988 dia segitiga kembarku, tapi kenapa dia berbuat itu kepadaku, aku ucapkan selamat malam kasih manisku, jangan sampai menangis terus dipusaramu, aku menanti dialam nyataku, sampai kita bertemu. "

Sabtu, 23 Januari 1988

Jepara

Sabtu sore sekitar jam 17:30 WIB,senja mulai membawa cakrawalanya menjulang keujung lautan bersama lingkaran penenangnya berwarna jingga menyala terang menyejukkan hati,dalam kerinduan seseorang pasti dilanda gundah segalanya binasa dalam hasrat bathin selalu mengalah, apa gerangan suasana ini?

Sayu mata memandang penuh syahdu ritme alam membuat kesadaran hampa, ketekanan udara mencekik tenggorokan dan kepala, seperti orang sedang menggantung masalah tak bisa terselesaikan pergi dan tak kembali,apa gerangan hatiku ini?

Sentuhan tangan manusia tak bisa mengetahui isi hati dari mayat mayat kekasih tergeletak jatuh cinta akan pergi menimbun semua lukanya, dan apa riwayat hati terus terjatuhi cinta pada seseorang?

(Sabtu ini aku harus berhenti berharap dia kembali?)

(Dia sering menyakiti hatiku, setiap hari?)

(Mereka ingin membuangku ?)

***

Di depan jendela kayu bertirai selembar kain batik, bercorak khas daerah ini,berderai setengah terikat samping jendela bersekat kayu telah berumur usia,kehitam hitaman warnanya tak jauh dari kesan antik, dekat jendela kayu berdirilah seorang gadis sedang memandang tak jemu jemu keluar rumahnya,dalam benak bimbang menampilkan pertanyaan bagaimana seseorang merasa kehilangan memperagakan badan bagaikan kembang layu ditaman, bersandar pada cahaya harapan yang belum tentu menghangatkan,pada sorotan mentari sinari jiwa ini terbelenggu dalam ikatan kemesraan tanpa perasaan mencakar relung hati dan badan, seakan rapuh bersama itu sebuah bayangan seseorang menantikan kekasih ia berdiri tegak seorang diri,menatap dengan mata membara seakan haus darah tapi bukan srigala jadi jadian hanya sebatas gairah tanpa rasa tulus dari kekasih hati pujaan.Berenang dalam masa lalu menyusuri lautan cinta yang teramat memabukkan,seraut wajah menahan sedih,menahan pedih tak bisa dibuang hanya untuk dikenang dalam dalam.

Sambil merapikan rambut hitamnya ia menyisir secara perlahan lahan, dan sesekali mengambil kotak kecil bundar berkaca berisi minyak untuk perawatan rambut hitamnya,sosok gadis muda nan anggun sedang berias diri setelah memandang ia berjalan menuju kamarnya setelah menyampaikan pesan lewat bahasa wajah dan badan, berdiri kejendela dengan raut wajah penuh kesah, permohonan akan sesuatu yang tak ada kabarnya sedang menantikan seseorang mungkinkah?

Dan sejak pengalihan untaian isyarat dari sang gadis belum semua tersampaikan disini, hanya sebatas kerinduan begitu sekarat dalam lamunan.

***

Bayangan adalah halus tak bisa disentuh lewat jemari tapi bisa dirasakan lewat hati, dan masa lalu tak bisa diobati tak bisa diputar kembali, hanya bemimpi itulah diri sendiri.

Masa demi masa itu begitu cepat terlukiskan dalam kehidupan seorang gadis tumbuh dewasa bagaikan bunga bunga indah bermekaran elok serampai dikaki langit jingga.

Siapa gerangan sedang merapikan tugas tugas sekolah itu?

Rupanya nampak kebinggungan bercampur lugu dan kesan terburu buru takut telak masuk sekolah.

Sosok gadis cantik berbusana seragam putih semua dari atas dan bawah,bersiap siap merapikan buku buku sekolah serta tugas tugas dari sekolah akan dimasukkan kedalam tas miliknya.Duduk dikursi didepan lemari cermin ia dengan eloknya membershikan wajah penuh lesuh dengan mengambil air dari wadah kuningan yang biasa ia taruh dibawah kasurnya.Rambut hitam legam berminyak sudah setelah tradisi nenek moyangnya jika berpergian rumah harus mengunakan minyak yang ditaruh diwadah kuningan ini, dan juga sebelum mandi dan setelah sesudah mandi.

serta tubuh rapi berpenampilan putih serasi beraroma segar semerbak harum bunga melati.

Saat tangan lembutnya merapikan semua dari wajah sampai ke tubuhnya dengan jari jemari lentik mungilnya terlihat tatapan kosong penuh kesedihan, sedang melihat kearah cermin berukir satu menempel ditengah-tengah lemari pakaian kayu jati.Mata indahnya seakan berkaca kaca gemetar bibir manisnya seakan mengigit kedalam giginya, airmata jatuh menetes dipipi meronanya akan takdirnya harus mengikhlaskan kepergian ibunya.

Ibunya selalu menemaninya disaat gundah gulan atau sedang sedih karna sewaktu kecil gadis ini selalu ditertawakan oleh saudar saudaranya.

Tradisi nenek moyangnya ia lakukan tiap hari dari ketika bangun tidur dan sebelum berangkat sekolah ia meminum air basuhan kaki ibunya sebelum pergi jauh kealam suci.Karena dulu ibunya berpesan kepada anaknya sebelum ia tumbuh dewasa untuk berbasuh wajah serta meminum air bekas kaki ibunya dikamar ibunya yang kini kosong tak berpenghuni.

Nasehat ibunya terus ia ingat sampai ia menjadi gadis belia yang tinggal dikampungnya.Bersiap akan memulai hari yang cerah pergi kesekolah.

Next chapter