1 Prolog

"Kaspian, a-aku suka kamu!" Pernyataan cinta itu terucap dengan lantang dari mulut gadis bertubuh kurus kering berkuncir dua. 

Di tengah lapangan kampus. Para mahasiswa beserta para rakyat lainnya, bergerombol di pinggir lapangan menyaksikan kejadian fenomenal nan langka tersebut. Seekor itik kurang gizi tengah menyatakan cinta pada seorang pangeran gagah bermahkota pelangi. 

"Kaspian ...." Gadis pemberani itu kini menatap takut-takut pada sang pujaan hati yang hanya berdiri mematung sambil menatap datar. 

"Heh, babi, urus kutu rambut lo dulu sana." Kalimat itulah yang terlontar sebagai jawaban untuk pernyataan cinta tak tahu diri Via. 

Segera setelah Kaspian mengucapkan kalimat sadis itu, tawa penonton pun pecah. Duka cita mengalir untuk Via, bersahutan dengan ejekan-ejekan yang tak kalah sadis dari penolakan Kaspian. 

"Kok ada ya cewek nggak tau malu?!"

"Mending kalo cantik!"

"Yang tabah, Via. Kaspian sukanya batang."

"Lagian nembak kok ke cowok homo! Awokawok!"

"Cewek kutuan any*ing!"

Dengan senyum kesat, dan hati hancur, Via menutup sebelah telinganya yang berdengung akibat teriakan masa, sementara sebelah tangannya lagi menyeka ingus yang mengalir keluar dari hidung peseknya.

Via rasanya ingin menguap saja ke udara. 

Sakit. Sebenarnya Via tau kemungkinan besar dirinya akan ditolak oleh pemuda rupawan itu. Namun, dia tidak menyangka caranya akan sesadis ini. 

"Ka-kalau nggak mau bilang aja nggak mau!" Via berteriak, memeras pita suaranya dengan susah payah sambil menahan tangis. 

"Nggak usah bawa-bawa kutu gue! Lo nggak tau, kutu-kutu ini udah gue anggap keluarga sendiri! Gue nggak akan pernah buang mereka!" Saking malu dan panik, Via malah mengucapkan kata-kata ngawur. Entah bagaimana naskah absurd itu tiba-tiba muncul di kepalanya. Makin merah wajah Via menahan malu. 

Kaspian tercengang. "Stress!"

"Ng-nggak! Bukan gitu! Gue-" Tak kuasa menahan aib, Via berlari terbirit-birit keluar lapangan sambil menangis, mencari lubang tikus untuk bersembunyi. 

***

Kejadian memalukan itu terjadi seminggu yang lalu, tapi rasa malu Via masih belum berkurang sedikit pun.

Gadis itu duduk di kantin kampus seperti biasa. Makan bakso urat kesukaannya sembari merenungkan dirinya yang kini makin terkenal di seantero kampus.

Setelah peristiwa tersebut, Via tetap masuk kuliah seperti biasa. Rasa malu dan ejekan dari orang-orang tidak membuatnya berhenti masuk kuliah, demi Bakso urat Mang Carlos. 

Malah sebaliknya, sudah satu minggu si Kaspian tidak menunjukkan batang hidungnya ke kampus. Penduduk kampus yakin Kaspian trauma berat akibat kejadian itu. 

"Apa dia beneran cuma suka sama cowok, yah?" Via menghela napas frustrasi. 

Selama ini beredar rumor kalau si Pangeran Kampus itu adalah penyuka sesama jenis. Pasalnya, dia tidak pernah terlihat dekat dengan gadis manapun. Circle-nya hanya diisi oleh cowok-cowok tulang lunak. 

"Siapa, Neng? Kaspian?" Mang Carlos yang tengah meracik bakso pelanggan—meliriknya.

"Iya, Mang. Via nggak percaya! Masa cowok seganteng itu homo, sih?" 

"Neng, justru zaman sekarang teh musimnya si ganteng milik si tampan." Pria berwajah Eropa itu berkata dengan logat medok sundanya. 

"Soal Kaspian bener nggaknya Mamang nggak tau, sih. Tapi Mamang pernah denger Kaspian muji Erik ganteng, di sini. Bukan Erik doang, temen-temen cowoknya yang lain juga dibilang ganteng sama dia." Mang Carlos berbisik. 

"Hah?" Via menatap kang bakso good looking itu dengan heran. "Masa muji ganteng doang dibilang homo, sih?"

"Yah, bukan cuma itu soalnya." Mang Carlos menarik napas dalam terlebih dahulu.

"Ke-kenapa, Mang?" Ekspresi Via menjadi serius. 

"Satu minggu lalu Kaspian sama Erik ngebakso di sini. Kaspian yang traktir."

"Itu mah nggak aneh, Mang. Sesama temen emang biasanya saling jajanin." Via menghela napas, dia merasa keterangan yang diberikan Mang Carlos tak ada gunanya. Itu tidak cukup dijadikan bukti bahwa Kaspian gay. 

"Iya wajar kalau traktirnya cuma bakso biasa, tapi bakso yang Kaspian traktirin itu ... bakso yang ini." Mang Carlos mengangkat sebuah gumpalan bakso jumbo berbentuk hati. 

Via membeku begitu melihat bakso jumbo itu. "Ma-Mang Carlos becanda 'kan?"

Bakso jumbo Mang Carlos adalah bakso teristimewa di kota ini. Bakso ini merupakan filosofi dan lambang cinta di kampus ini. Hanya orang-orang terpilih, memiliki cinta murni dan tulus yang berani membelikan bakso itu untuk pasangannya. 

Kaspian membelikan Erik bakso tersebut, tidak perlu dipertanyakan lagi apa artinya itu. 

"Neng Via harus terima kenyataan-"

"Nggak! Itu nggak mungkin!" Via menutup kedua telinganya. Bangkit lantas berlari sembari meraung-raung. 

Sesak hatinya. Lelaki yang dicintai ternyata tak suka perempuan. Pupus sudah harapannya. Padahal, dirinya sudah check-out sepuluh botol obat pembasmi kutu di marketplace online. Berharap Kaspian mau menerimanya jika kutu-kutunya telah lenyap. 

Tapi kalau begini caranya, tak ada harapan lagi! 

*

Kaspian Anendra. Nama laki-laki itu begitu indah, gagah, dan el

avataravatar
Next chapter