webnovel

Two Side (The Blue Bird Murder)

Jakarta sedang dihantui oleh tragedi pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang pembunuh yang dijuluki "The Blue Bird" karna ciri khasnya yang selalu meninggalkan sebuah kertas origami berwarna biru berbentuk burung. Pada kertas-kertas origami tersebut berisikan teka-teki yang sengaja diberikan pembunuhnya guna membantu para Kepolisian menemukan dirinya. Vivian Ananta Detektif terbaik di pihak kepolisian ditugaskan untuk menangani kasus tersebut. Namun Vivian merasa Blue Bird selalu lengkah didepannya oleh karna itu Vivian merasa dirinya saja tidaklah cukup, iapun lalu bekerjasama dengan Rian Afrizal. Detektif swasta terbaik di Indonesia. Mampukah mereka berdua bekerjasama guna menangkap The Blue Bird Murder tersebut?.

Milsscar82 · Horror
Not enough ratings
22 Chs

Prolog

Saat itu adalah Malam hari yang diguyuri hujan yang sangat deras. Bahkan petir dengan kilat terang yang suaranya lantang sekalipun sering kali hadir pada malam itu.

Ditengah gelapnya sebuah ruangan terdengar pelan suara bisikian seseorang yang dipenuhi ketakutan. "Aku takut Jak..., aku takut!" Ucap Grace gemetar ketakutan. Wajahnya dipenuhi keringat dingin ,dan bahkan ia sampai tak bisa bernafas dengan benar. Detak jantungnya seakan berhenti sejenak saat itu karna ia benar-benar sangat ketakutan saat itu.

Lalu Jaka mengambil tangan Grace yang kedingan perlahan. "Sini pegang tanganku, percaya sama aku, kita akan baik-baik aja." Sahut Jaka seraya menggenggam erat tangan Grace yang sangat dingin itu.

Grace yang benar-benar ketakutan setengah mati, kemudian memeluk Jaka dengan sangat erat. Tubuhnya gemetar dan mengeluarkan keringat dingin. Ia memeluk Jaka tepat di dalam gudang mereka yang cukup besar.

Saat itu keadaan benar-benar gelap. Sangat gelap hingga tak ada satupun cahaya yang menyinari gelapnya rumah itu. Bahkan cahaya dari sambaran petir diluar sanapun tidak dapat sama sekali memasuki rumah tersebut.

Tak lama, suara sepatupun mulai terdengar. Perlahan namun pasti, suaranya semakin mendekat. Suara hentakan sepatu itu semakin membuat Grace ketakutan, nafasnya mulai tak teratur dan semakin kencang, semakin kencang, seraya terus memeluk Jaka dengan sangat erat. Keringat dinginnya terus bercucuran keluar dari kulitnya.

Namun lama-kelamaan suara tersebut perlahan menghilang seakan seseorang pergi menjauhi mereka. Grace dan Jaka menghela nafas mereka.

Grace yang sangat ketakutan lalu menggoyang-goyangkan tangan Jaka dengan sangat cepat. "Kita harus segera melapor ke Polisi Jak!, kita tidak bisa diam saja Jak!" Kata Grace yang masih sangat ketakutan.

Jakapun menganguk secara perlahan. "Ya Tentu, tapi kita harus bisa keluar dari sini terlebih dahulu." Jaka kemudian memegangi tangan Grace, kemudian mereka berdua memberanikan diri untuk mencoba keluar dari gudang tersebut.

Dengan sangat perlahan dan hati-hati tangan kiri Jaka memegangi gagang pintu dan menempelkan kupingnya di pintu tersebut, untuk memastikan bahwa sudah tidak ada orang lagi di luar.

Jaka sudah tidak mendengar suara sama sekali. Jaka yang merasa sudah berada di posisi yang amanpun, kemudian mulai menarik gagang pintu tersebut dengan sangat perlahan agar tidak menimbulkan suara yang bisa didengar oleh orang lain.

Akan tetapi kenyataannya adalah wanita misterius yang sedang mengejar mereka ini, sedang asyik menunggu mereka dari balik pintu. Dengan wajahnya yang berlumuran darah serta senyuman menyeringai menyeramkanya itu.

Selama dirinya menunggu Jaka dan Grace dari balik pintu itu, ia terus menerus tersenyum sadis kegirangan karna baginya setiap detik, setiap helaan nafas ketakutan mereka berdua adalah suatu kenikmatan yang tiada tara buatnya. Maka dari itu wanita misterius itu lebih memilih menunggu mereka berdua keluar dari pada harus mendobrak masuk kedalam.

Dan betapa terkejutnya Grace dan Jaka ketika mereka membuka pintu tersebut, tepat didepan pintu tersebut sudah berdiri sesosok wanita yang sangattt cantik. Dengan dua bola mata yang begitu indah, berambut hitam panjang lebat yang agak sedikit berantakan saat itu. Bibirnyapun tipis mungil, kulitnya putih seputih salju, wajahnya terlihat bagaikan sesosok dewi meski dilumuri banyak darah sekalipun. Jika melihat dari kecantikan wanita tersebut, mereka berdua yakin bahwa tak ada seorangpun yang bisa mencurigai wanita tersebut.

Dengan darah yang berlumuran disekujur tubuhnya iapun tersenyum tajam ke arah mereka berdua. Lalu menatap mereka dengan tatapan tajam yang seolah-olah siap untuk menerkam mereka.

Wajahnya bercahaya terang, satu-satunya cahaya yang dapat dilihat dirumah tersebut. Cahaya tersebut datang dari sebuah senter yang dipegang di tangan sebelah kirinya, yang mana senter tersebut ia hadapkan ke wajahnya.

Sedangkan tangan kananya memegangi sebuah Pisau tajam, yang dipenuhi banyak sekali darah yang terus menerus menetes kelantai rumah tersebut. Wanita tersebut tersenyum kearah Mereka berdua yang saat itu benar-benar sedang ketakutan. Wanita misterius itu mengagetkan mereka dengan senyuman dan suara yang begitu seram "Boo."

Grace berteriak dengan sangat kencang, karna terkejut melihat sosok wanita tersebut yang tepat berada dihadapan mereka. Belum sempat melarikan diri, Wanita tersebut langsung melancarkan serangan telaknya, tepat kearah wajanya Jaka.

Wanita tersebut berhasil menancapkan pisau tajam yang ada di tangan kananya tepat di mata Jaka.

Jaka tersungkur, begitu juga dengan wanita tersebut. Kini wanita tersebut berada tepat di atas tubuh Jaka yang terjatuh, sambil terus berusaha menekan pisau yang sudah menancap dimata Jaka.

Wanita misterius tersebut sengaja tidak menusuk Jaka dengan sekuat tenaganya. Ia sengaja ingin melihat Jaka menderita kesakitan, ia ingin melihat cahaya dimata Jaka perlahan menghilang dari bola matanya yang hitam itu. Ia menginginkan kematian yang teramat sakit untuk Jaka.

Jaka berteriak kesakitan, sambil terus berusaha memegangi tangan wanita tersebut, yang mana tanganya masih memegang pisau itu dan terus menerus berusaha menekan mata Jaka menggunakan pisaunya itu.

Grace yang sangat ketakutan hanya bisa menjerit ketakutan, melihat suami yang ia cintai tersebut, telah ditusuk dengan sebuah pisau tepat di depan matanya sendiri.

Sembari memegangi tangan wanita misterius tersebut dengan sangat eratnya, Jaka berusaha untuk menyuruh Grace berlari, selagi ia masih bisa menahan wanita tersebut. "Lari Grace, Lari!" Teriak Jaka yang masih memiliki kesadaran.

Dengan sangat ketakutan Gracepun berlari sesuai perkataan suaminya yang diambang kematian itu. Gracepun berlari dengan sekuat tenaga seraya berteriak minta tolong. "Tolong! Tolong!"

Melihat Grace yang berlari darinya, wanita misterius itu kemudian tersenyum menyeringai dengan sangat menyeramkan.

"You can run, but you can't hide." Teriak wanita misterius itu sambil terus tersenyum.

Setelah wanita tersebut merasa Jaka mulai kehilangan kesadaranya, iapun mencabut pisau yang ia tancapkan dimata sebelah kanan Jaka, lalu kemudian setelah dia mencabut pisau itu, dia langsung menggorok leher Jaka dengan pisau itu. Untuk memastikan kematian Jaka.

Wanita tersebut menggorok leher Jaka dengan sangat cepat, layaknya memotong daging dengan sebuah pisau daging yang sangat tajam. Jakapun kesulitan bernafas karna darah yang terus keluar dari tenggorokannya, diakhir hayatnya Jaka terus memegangi lehernya yang telah di gorok tersebut. Jaka akhirnya mati dengan kesakitan.

Wanita misterius tersebut kemudian langsung berlari keluar rumah mengejar Grace yang kabur tadi.

Namun, karna lari wanita misterius itu jauh lebih cepat dari pada Grace, sekarang Grace berada tepat di depan mata wanita tersebut sambil terus berlari ketakuan.

Lalu entah kenapa wanita misterius itu terdiam sejenak, seolah dia berhenti mengejar Grace. Sedangkan Grace masih berusaha berlari sekencang mungkin.

Lalu tiba-tiba wanita misterius itu kembali tersenyum menyeringai.

Dari jarak yang cukup jauh, wanita tersebut melemparkan pisau yang ia pegang tersebut ke arah Grace. Pisau itu seketika langsung berhasil mengenai kaki Grace. Pisau itu menancap tepat dibetis kaki Grace, yang membuat Grace langsung tersungkur jatuh ketanah.

"Aw!" Teriak Grace kesakitan. Grace yang terjatuh berusaha sekuat tanaga mencabut pisau yang menancap dikakinya. Setelah tercabut dia memaksakan dirinya untuk berdiri dan bahkan terus berjalan meskipun kakinya merasakan sakit yang teramat sakit, bahkan jalannyapun pincang. Namun Grace tetap tidak menyerah dan terus berjalan sambil berteriak minta tolong. "Tolong! Tolong!" Teriak Grace dengan sekuat tenaga sambil berharap ada se-sesorang yang datang untuk menolongnya.

Wanita misterius itu berhenti berlari dan kemudian ia mulai kembali lagi tertawa dengan sangat keras layaknya seorang maniak. "Hahahahaha owh... so cute, " kata wanita misterius tersebut. Ia kemudian berjalan mendekati Grace dengan sangat santai. Ia bahkan berjalan seraya melompat-lompat ke sana ke mari menghindari genangan air yang tercipta karna hujan deras yang sedang terjadi dimalam itu. Bahkan wanita itu juga sempat bersiul-siul sebelum ia mendekati Grace.

Wanita tersebut nampaknya sangat menikmati hal tersebut. Ia terlihat begitu sangat menikmati Grace yang berusaha kabur darinya, bahkan Ia terus teratawa tanpa henti, ia juga berteriak ke arah Grace. "Run Barry... Run! Hahahah." Teriak Wanita misterius tersebut bermain-main.

Karna Grace yang berjalan dengan sangat lamban dikarnakan kakinya yang sedang terluka, akhirnya Grace terkejar oleh wanita misterius tersebut. Tawa dari wanita tersebut terdengar begitu keras dan menyeramkan, bahkan nafas dari wanita tersebut sudah bisa terasa di kulit Grace, namun Grace tetap terus berjalan dan tak henti-hentinya ia berteriak minta tolong tanpa sedetikpun melihat kebelakang.

Wanita misterius itu berhenti tertawa, ia benar-benar sudah merasa bosan bermain-main dengan Grace. Akhirnya wanita tersebut menghampiri Grace yang berada tidak jauh darinya, ia langsung memegang kepala Grace dari belakang dan dengan sadis ia memutar kepala Grace hingga menghadap ke belakang.

Seketika terdengar suara. Kretak! Bunyi dari patahnya tulang leher Grace yang baru saja dipatahkan oleh wanita misterius tersebut. Grace yang sudah tak bernyawapun langsung tersungkur tepat di depan mata wanita misterius tersebut.

Di dalam gelapnya malam, dan di derasnya hujan serta lantangnya suara petir malam itu, wanita tersebut hilang seketika. Namun sebelum wanita tersebut menghilang, ia sempat mengukir sebuah angka 11 di paha Grace menggunakan sebuah pisau yang ia gunakan untuk membunuh Grace dan juga suaminya Jaka. Lalu ia juga sempat menyematkan sebuah kertas origami berwarna biru berbentuk seekor burung yang mana didalamnya terdapat sebuah tulisan yang bertuliskan. "What did you do , when you buy a cup a coffe ?"

Sejak hari itu, tak ada yang pernah tau siapa sosok wanita misterius tersebut, darimana dia berasal, dan bahkan motifnya untuk melakukan hal tersebutpun tidak ada yang pernah mengetahuinya.

Dan alasan kenapa tidak ada yang merespon permintaan tolong Grace yang berlari diluar rumah ditengah hujan tersebut adalah, karna semua orang di blok tersebut sedang pergi berlibur hari raya.

Kisah inipun langsung menyebar keseluruh Jakarta. Bahkan Indonesia!.

Tak ada satupun yang tau siapa dia, tak ada seorangpun yang pernah melihatnya. Polisi bahkan tak bisa mengendus keberadaanya. Dan karna setiap pembunuhan yang ia lakukan ia selalu meninggalkan sebuah kertas origami berbentuk burung kecil dengan sebuah tekateki di dalamnya, dengan itu ia akhirnya dikenal sebagai. "The Blue Bird." Dialah sosok yang selalu menghantui masyarakat Jakarta.

Sebagian masyarakat di Jakarta percaya akan cerita ini, dan sebagian lagi masa bodo dengan hal itu, dan menganggapnya sebagai lelucon belaka. Masyarakat yang percaya selalu berhati-hati dan memasang segala macam bentuk keamanan di sudut rumahnya, dan bahkan mereka rela bergantian berjaga agar tidak ada yang tidur pada malam hari. Agar mereka bisa mengetahui akan kedatangan wanita tersebut. Dan bahkan tidak sedikit yang kabur dari Jakarta ke kota lain karna ketakutan.

Jika wanita tersebut menginginkan sebuah terror, maka ia berhasil! Karna hampir satu kota merasakan terror tersebut.

Like it ? Add to library!

Milsscar82creators' thoughts