1 Tolong

Hanya dalam waktu 3 bulan, aku sudah terkenal dimana-mana. Aku seorang model sekaligus aktor pendatang yang memiliki paras tampan.

Banyak wanita yang menyukai ketampananku, mulai dari yang muda sampai yang tua.

Berkat paras yang kumiliki, sekarang aku punya uang yang cukup untuk biaya hidupku dan adik-adikku.

Aku anak yatim piatu. Ibu dan ayahku tiada saat aku SMA kelas 1, jadi mau tak mau aku harus bekerja untuk membiayai hidupku dan ketiga adikku.

Yah untungnya rumah yang kami tinggali itu milik orangtua kami.

Awalnya aku hanya bekerja sebagai barista dicafe kecil sepulang sekolah. Saat libur, aku bekerja paruh waktu diberbagai tempat.

Sebenarnya umurku itu belum diperbolehkan untuk bekerja, tapi aku menceritakan bagaimana keadaanku dan akhirnya aku diterima.

Jadwal ku dihari biasa hanya bekerja menjadi barista saat pulang sekolah, sedangkan liburnya aku cukup sibuk.

Pagi membersihkan pemandian, siang menjadi pemandu wisata dikebun binatang, lalu sorenya aku mencuci pakaian milik tetangga yang akan dikembalikan esok pagi.

Dewi fortuna akhirnya berpihak padaku. 3 bulan lalu saat aku sedang bekerja dicafe, ada seseorang yang menawariku menjadi model. Tentu saja aku mau.

Mulai saat itulah aku berhenti bekerja paruh waktu dan mencucikan pakaian milik tetangga. Kini uangku lebih dari cukup untuk kami berempat.

"Terimakasih atas kerja kerasnya!" Kataku sambil pamit pulang pada pekerja yang lain. Aku baru saja selesai melakukan pemotretan.

Jam menunjukkan pukul 7 malam dilayar ponselku. Ada 3 pesan masuk yang belum kubaca.

-Makan malam hari ini daging sapi super pedas!!!!! Cepatlah pulang bodoh!!-

Itu dari adikku, Hana.

-Bagaimana pemotretan hari ini?-

-Kau sudah pulang? Ayo makan malam denganku!-

Dan 2 pesan itu entah dari siapa, pengirimnya sama.

Akhir-akhir ini aku merasa seperti sedang diuntit oleh seseorang. Dalam sehari aku mendapat 5 pesan dari nomor itu.

Dan saat kubaca, seakan dia sedang memperhatikanku. Dia tau aku sedang bersama dengan siapa, dia tau keberadaanku, bahkan kegiatan yang kulakukan pun dia tau.

Aku sudah melaporkannya pada polisi, tapi sampai sekarang belum ada kabar apapun dari mereka. Saat mendengarnya pun, mereka terlihat malas.

Maka dari itu aku hanya bisa diam sekarang. Aku pernah coba menelpon nomor ini, tapi tak pernah diangkat.

"Halo!" Kataku yang berpura-pura mengangkat telpon agar orang itu tak bisa mendekatiku.

Aku berpura-pura sedang berbicara dengan pacarku, padahal aku hanya bicara sendiri. Melihat sekeliling, tak ada satupun orang yang bisa kumintai bantuan.

Bagaimana ini? Dia bisa saja melakukan hal buruk padaku.

Aku mengetik sesuatu diponsel lalu men-screenshot-nya, menjadikannya wallpaper layar ponselku. Kembali kulihat sekeliling, mencoba mencari seseorang.

Ada!.

Ada seorang gadis yang duduk dikursi halte bus sendiri, dia memakai hoodie hitam dan topi yang menutupi kepalanya.

Aku menghampirinya yang sedang duduk sambil memegang ponsel ditangan kirinya. Yah kuakui aku sedikit takut padanya, tapi apa boleh buat, yang penting penguntit itu pergi.

"Sudah lama menunggu?" Tanyaku pura-pura mengenalnya. Aku duduk disampingnya sambil menunjukan layar ponselku.

Yang kuketik barusan itu adalah 'tolong, aku sedang diuntit!'. Kuharap dia membantuku. Tapi dia diam cukup lama, kurasa penguntit itu mendekatiku. Astaga, aku sangat takut.

"Kau pikir berapa lama aku menunggumu disini hah?! Cepatlah, aku lapar!" Jawabnya dengan nada marah sekaligus manja. Syukurlah dia membantuku.

"Maaf...aku sangat sibuk! Ayo kita makan!" Aku menarik tangannya dan berjalan bersama sampai akhirnya si penguntit itu tak terlihat lagi.

Aku sempat menoleh ke belakang dan tak ada siapapun yang mengikutiku. Dia benar-benar menolongku.

"Syukurlah~terimakasih! Berkatmu, penguntit itu berhenti mengikutiku!" Kataku pelan dengan senangnya.

"Ssttt....dia masih mengikuti!" Ujarnya pelan sambil melihatku.

"Benarkah?!" Tanyaku dengan berbisik. Untung saja tadi aku mengucapkannya dengan pelan.

"Peluk aku dari belakang!" Titahnya dengan nada yang dingin.

"Hah?! Ke-kenapa?" Tanyaku panik.

"Cepatlah!" Aku pun menurutinya. Saat melihat kebawah, dia menunjukkan layar ponselnya.

Dia membuka aplikasi kamera, terlihat kalau dia sedang melakukan sesuatu dengan kamera belakang poselnya.

Kami berhenti sebentar.

"Apa dia yang menguntitmu? Cium leherku!" Tanyanya yang kujawab dengan anggukan, setelah itu aku mencium lehernya.

Entah apa tujuannya menyuruhku menciumnya, tapi penguntit itu berbalik dan berjalan kearah yang berlawanan dari arah jalan kami.

"Dia siswi SMA!" Ujarnya sambil melepaskan tanganku yang melingkar diperutnya.

"Nyalakan bluetooth ponselmu! Aku akan mengirimkan foto dan videonya!" Lanjutnya yang kemudian aku menyalakan bluetooth.

"Nama bluetooth?"

"Lingkar!" Jawabku.

"Lingkar? Itu namamu?"

"Emm...yaa!" Kenapa aku malah malu dengan namaku sendiri.

Dia orang yang cepat tanggap rupanya, bahkan aku tak terpikirkan melakukan itu. Setelah mengirimkannya, tiba-tiba dia menghentikan taksi yang kebetulan lewat.

"Pulanglah pakai taksi!" Titahnya kemudian membukakan pintu mobil dan mendorongku masuk ke dalam.

"Langsung berangkat saja!" Ujarnya pada supir taksi.

"Eh? Eh? Namamu! Astaga~" Sayangnya taksi sudah melaju cukup jauh saat aku menyadarinya.

Aku bahkan belum sempat menanyakan namanya, melihat wajahnya pun belum. Dia memakai masker hitam, wajahnya tak bisa kulihat jika keadaannya gelap seperti tadi.

Supir taksi menanyakan kemana tujuanku, tentu saja kujawab. Jalanan disini cukup ramai, tak seperti tempat yang barusaja kulalui.

Aku jadi teringat sesuatu, kenapa tak kulihat saja nama bluetooth miliknya? Milikku saja memakai nama asli, bisa jadi dia pun seperti itu.

Tapi kulihat nama bluetooth miliknya itu Zabel, apa itu namanya? Aku tak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Tidak, tidak aneh. Namaku-lah yang aneh.

⋇⋆✦⋆⋇ ⋇⋆✦⋆⋇ ⋇⋆✦⋆⋇ 

avataravatar
Next chapter