14 Tamparan

"Fernee!" Sapa Fayre pada saudara Kembarnya yang masih tidur tengkurap di tempat tidur nya.

Fayre memijat punggung Flair, " apa kau sangat lelah?" Tanya Fayre lirih.

"Sudah Fay, " Ucap Flair sambil membalikkan badan.

"Kau sudah makan malam?" Tanya Fayre khawatir.

"Sudah, bersama Nolan. " Ucap Flair sambil membuang muka.

"Nolan? Bagaimana bisa? " Tanya Fayre terkejut.

"Tadi saat aku hendak menghampiri, Hadley lebih dulu dibawa pergi oleh Altha. " Lanjut Flair dengan kecewa. "Dan aku ditemukan oleh Nolan. Dia yang mengantarkanku pulang." Lanjut Flair masih saja kecewa.

"Tenangkan dirimu Fernee, akan aku tunjukkan sesuatu. " Ucap Fayre sambil memeluk Flair.

Fayre mengambil buku katalog berisi foto-foto tas yang mereka buat, "Fernee, Nyonya Idlina akan memakai tas kita untuk pamerannya di musim panas tahun depan. Dia sudah memilih beberapa model dari katalog ini tadi siang. Kamu tau? Kita diminta untuk membuat beberapa model tas lagi yang hanya dijual berpasangan dengan busana musim panasnya. " Fayre tampak senang sekali.

"Ini kesempatan kita Fayre, kabar yang bagus sekali" Flair berubah nampak senang sekali.

"Kalau begitu jangan sedih lagi, aku yakin pria sebaik Hadley punya alasan mengapa ia pergi bersama Altha. " Ucap Fayre sambil mengecup pipi kanan saudarinya itu.

Sambil menunggu Flair membersihkan diri di kamar mandi, Fayre menuruni anak tangga lalu mengambil apel dari dalam lenari pendingin, membunyikan musik dan duduk di ruang tengah sambil menikmati apel dinginnya.

Bbraaakkkk!!!! terdengar pintu ruang tamu dibuka secara paksa. Fayre berlari melihat siapa yang membuka pintu itu secara paksa. Dihatnya Chad yang setengah sadar dipapah oleh sopirnya.

"Kenapa dia, pak? " Tanya Fayre oada sang sopir.

"Rupanya Mister Bosley sedang mabuk nona." Jelas sang sopir itu sedang keberatan memapah Chad.

Fayre menunjukkan kaman Chad yang berada di belakang ruang makan di lantai bawah rumah itu. Kamar Chad begitu luas, dari kamarnya itu berhadapan langsung dengan kolam renang di rumah mereka. Kamar dengan dinding di cat warna biru muda.

Chad ambruk di atas kasurnya. Ia tampak kacau sekali dengan rambutnya acak-acakan.

"Sudah pak tinggalkan kami!!!" Perintah Chad pada supirnya.

"Baik Mister. " Jawab Sang supir sambil berlalu pergi.

Tinggalah Fayre di sana menemani sang Paman. Fayre mengelus rambut pamannya yang tampan itu, kemudian memberanikan diri melonggarkan dasi di leher pamannya itu. Kemudian Chad memegang tangan Fayre yang berada di lehernya, menariknya hingga tubuh Fayre jatuh ke atas tubuhnya.

Chad mengelus rambut Fayre, kemudian membalikkan tubuh kurus Fayre dan menindih dengan tubuhnya. Bibirnya menelusuri leher jenjang Fayre dan meninggalkan kecupan demi kecupan.

"Chad!! " Seru Fayre mencoba menghentikan.

Chad memasukkan tangannya ke dalam piyama yang dikenakan Fayre dan meraba seluruh tubuh Fayre. Tubuh itu begitu halus, hangat dan lembut disentuh.

Chad merasa kegerahan, ia melepas kemeja kremnya dan bertelanjang dada. Nafasnya terus memburu dan ia mulai meremas-remas tubuh Fayre, di paha belakang, bongkahan bokong dan terakhir bagian dada Fayre.

Fayre menjerit kesakitan saat kedua payudaranya diremas kasar oleh sang paman.

"Ini bukan Chad yang ku kenal. " Batin Fayre sedih sekali. Fayre kemudian mencakar dada Chad dan berontak melepaskan diri.

Chad merasa semakin gemas dengan remasan Fayre di dadanya. Ia meraih lagi tubuh Fayre dan mengoyak kancing baju piyama milik Fayre.

Ppllaaakkkkk!!!! Fayre menampar dengan kuat di pipi Chad. Membuat Chad tersadar dari apa yang dilakukannya barusan.

Fayre memegangi piyamanya yang terkoyak, tanpa melihat wajah Chad, ia pun keluar kamar itu dan meninggalkan Chad di atas tempat tidurnya dengan keadaan setengah sadar.

*********

Keesokan harinya Fayre tidak turun untuk sarapan, melainkan ia sudah bersiap untuk keluar rumah. Fayre hanya diam saja tanpa menyapa Flair, Rory dan Chad yang sedang duduk untuk sarapan di ruang makan. Ia hanya melewati mereka dan berlalu pergi.

"Fay, tidakkah kau sarapan dulu bersama kami? " Panggil Flair pada adik kembarnya itu.

"Tidak, aku tidak berminat. " Sahut Fayre sambil terus berjalan keluar rumah.

"Kau tahu mengapa Fay seperti itu? " Tanya Flair pada Rory.

"Aku tidak tahu, aku pulang larut sekali semalam. Aku tidak tahu apa yang terjadi sebelum aku sampai di rumah. "Jawab Rory sambil menggigit roti bakarnya.

"Okay aku berangkat dulu, aku akan ikut dengan Fayre. " Pamit Rory pad Flair dan Chad.

Rory kemudian mengambil tas bawaannya dan menyusul Fayre yang sedang mengeluarkan mobil dari garasi rumah mereka. Rory menatap wajah Fayre yang tampak cemberut dan emosi itu. Kemarahan Fayre pada Chad semalam masih ia simpan hingga pagi ini.

Fayre menyetir mobil dengan kencang sekali. Sampai di suatu persimpangan jalan, ia tidak bisa menghindari seorang anak yang sedang menyeberang dengan bersepeda di depannya. Fayre menginjak remnya dan membanting setir ke kanan. Untung tabrakan tidak sampai terjadi, anak yang bersepeda itu selamat.

"Fayre kau sudah gila ya!! Aku masih ingin hidul lebih lama lagi!!!!" Bentak Rory sekencang-kencangnya.

"Sudahlah, Rory! " Fayre balas membentak, kemudian IA Lelia Dari Mobil melihat sedan putihnya itu sudah menabrak tiang lampu jalan dan lampu mobil sebelah kanannya pecah.

"Rory, kau bereskan ini semua, karena aku akan pergi!!" Seru Fayre memerintahkan pada Rory.

Fayre mengambil tasnya yang berwarna merah, dan segera pergi berjalan kaki. Meninggalkan Rory dengan kekacauan yang ia buat. Rasanya ia ingin sekali meninggalkan rumah itu untuk sementara waktu sampai amarahnya pada Chad bisa benar-benar reda.

Fayre menyeberang jalan tanpa melihat-lihat. Sebuah mobil yang dikendarai dengan kencang sedang melintas ke arah Fayre. Tubuh Fayre tiba-tiba ditarik paksa dan dilempar ke atas trotoar. Tubuhnya sakit sekali dilempar dengan kasar seperti tadi.

"How can you daydream when crossing the road?!!!!" Bentak seorang laki-laki yang menolongnya tadi.

"Ken??! " Ucap Fayre seraya mencoba berdiri.

Belum tegap berdiri Ken sudah maraih tangan Fayre menariknya berjalan menuju ke arah mobilnya. Memasukkan tubuh Fayre ke dalam mobilnya dan menyuruh Nikki untuk segera melajukan mobil sport kuning tersebut

"Kau akan membawaku ke mana? " Tanya Fayre sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ke rumah ku. Ada pemotretan yang harus kau selesaikan. Ini sesi tambahan dari ku. Untuk nominal tidak masalah bagiku. Yang penting kamu mau melakukannya." Jelas Kenrick dengan wajah dingin.

Sampai di rumahnya yang besar itu, Kenrick mepersilahkan mereka mengikutinya. Hingga tiba di depan dua pintu yang sangat bedar membuka, Kenrick membuka kedua daun pintu itu bersamaan dan di dalamnya terdapat ruangan yang sangat besar dengan dinding yang di relief besar bergambar seorang dewi memenuhi satu sisi tembok, Di ruangan itu terdapat beberapa seorang fotografer lengkap dengan beberapa krunya, mereka adalah personel yang sama yang membantu proses pemotretan di kaki bukit tempo hari.

Bukkkk!! Sebuah tas hitam dilempar oleh Ken tepat ke arah perut Fayre. "Kenakan hanya itu untuk pemotretan kali ini!!!" Seru Ken sambil menunjuk tas hitam yang baru saja di lemparnya. "Aku sengaja mencarimu untuk ini, beruntung nenemukanmu di jalan tadi!" lanjut Ken sambil berjalan menuju sebuah pintu yang lebih kecil.

Fayre membuka resleting tas tersebut, dan hanya terdapat beberapa lembar kain yang sudah dilipat dengan rapi. Tidak ada pakaian ataupun dress yang bisa dipakai dari dalam tas tersebut. Hanya kain? Dan aku harus memakai kain saja??? Pikir Fayre mulai naik pitam.

Bukkkk!!!! Tas hitam tersebut dilempar kembali oleh Fayre dan mengenai punggung Kenrick.

"Kamu pikir aku model seperti apa Tuan Pangeran yang terhormat, aku tidak akan menerima tawaranmu!!!! " Seru Fayre dari balik punggung Kenrick.

"Tidak akan kuijinkan pulang sebelum kau menyelesaikannya, Nona Fayre!" Jawab Ken tanpa membalikkan arah badannya.

"Mari kubantu untuk bersiap, Nona!" ucap salah satu penata rias artis sambil membawa sebuah baju dalam yang berwarna mirip sekali dengan kulit Fayre.

Fayre tidak menolak dan mengikuti ajakan penata rias tersebut untuk berganti pakaian.

Kain demi kain ia kenakan, berpose dengan terlentang, duduk, tidur menyamping, lalu duduk lagi, menggambarkan betapa nyamannya kain tersebut bila dikenakan oleh si pemakainya. Ken sangat puas dengan hasil jepretan fotografer berkacamata itu. Ia mengagumi foto-foto Fayre yang ditunjukkan lewat slide kamera oleh sang fotografer. Pengarahan gaya pun terlihat sangat bagus dan natural.

Fayre kembali ke ruang ganti untuk beristirahat dan mengganti bajunya. Masih berbalut kain yang terakhir, ia membantin tubuhnya di atas sofa dan menarik nafas dalam-dalam. Terdengar suara pintu dibuka, lalu Ken memasuki ruangan tanpa permisi sambil membawa cek berisikan jumlah nominal yang fantastis biasa Fayre dapatkan.

"Tidak sopan memasuki ruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Tuan.!!" Seru Fayre menatap tajam pada Ken sambil membenarkan kain di tubuhnya.

"Mengapa? Ini rumahku, aku bisa masuk kemana saja sesukaku." Sahut Ken sambil tersenyum licik.

"Ini bayaran untukmu, cukup puas dengan hasilnya. Tidak rugi bekerja sama dengan mu dan terima kasih." Lanjut Ken sambil memberikan cek yang dipegangnya itu pada Fayre.

Fayre menerimanya, melihatnya dan memasukannya dalam tas.

"Sudah selesai sekarang, kau boleh pergi sekarang. Aku akan berganti pakaian!" Pinta Fayre sambil menunjuk ke arah pintu.

"Mengapa terburu-buru menyuruhku pergi? Kau bisa mengganti pakaianmu, anggap saja aku tidak ada di sini, karena ini rumahku, aku akan berada di manapun tempat yang aku suka. " Ucap Ken masih menggoda sambil menyibakkan rambut panjang di bahu Fayre ke arah belakang.

Fayre menampik tangan Ken, "Kamu harus lebih sopan terhadap wanita! " Seru Fayre sambil membalikan badan menjauhi Kenrick.

Ken terkejut melihat sebuah tanda di leher Fayre, sebuah kiss mark bekas kecupan Chad semalam masih tersisa di tubuh gadis itu. "Aku pikir akan berbeda dari lainnya, ternyata sama saja, masih bertingkah polos tapi semua tidak lebih dari hanya tipu daya saja. "

suara hati Ken merasa terluka karena kissmark tersebut.

Ken menarik bahu Fayre dan memeluknya mulai menciumi lehernya, merapatkan tubuh Fayre ke tembok dan mulai menciumi bibir Fayre.

Fayre tidak terima diperlakukan demikian, ia menggigit bibir Ken hingga berdarah. Hal itu membuat Ken lebih jengkel lagi.

Pplaaakkkk!!!! Sebuah tamparan mendarat di pipi Fayre.

"Berani menolakku padahal bisa menerima orang lain!!!" Ucap Ken sembari keluar dari ruangan dan membanting pintu.

Fayre secara sontak menangis tersedu ia mendekap sendiri tubuh mungilnya. Ia sangat terpukul. Ia merasa sangat dilecehkan dengan perlakuan yang akhir-akhir ini ia terima dari Chad maupun dari Ken barusan.

Fayre mangambil ponselnya dan mencari sebuah nama dan segera menelponnya.

"Hallo, Shandy!! Tolong jemput aku, Shandy!!!" Ucap Fayre sambil merasa ketakutan.

Setelah keluar dari kediaman Cannavaro, Fayre masih menangis dan bertanya-tanya mengapa banyak sekali orang yang menyakiti nya akhir-akhir ini. Fayre berhenti dan duduk di sebuah halte. Ia bersandar di sana dan kepalanya terasa pusing dan mengantuk. Ia menyandarkan kepalanya dan tak terasa ia pun tertidur. Setelah hari mulai petang sebuah mobil merah menghampiri halte tersebut dan turunlah Shandy dari mobil tersebut memastikan bahwa orang yang dilihatnya adalah Fayre.

"Shandy!!" Sapa seorang pemuda dengan suara yang tak asing baginya.

"Ken?!! " Sahutnya Shandy sambil menatap ke arah Ken yang baru saja keluar dari mobil sport berwarna hitam.

Kenrick memeluk Shandy dengan erat, "I miss you !!! " Ucap Kenrick sambil memeluk Shandy.

Shandy berusaha melepaskan diri dari pelukan Kenrick dan laki-laki itu pun melepaskan.

"Aku sekarang seorang istri, Ken. Jangan perlakukan aku seperti ini. " Ucap Shandy sambil menetap Ken dalam-dalam.

"Kau kenal gadis ini? " ucap Ken mengalihkan perhatian.

"Iya, dia saudara iparku. Ia tadi menelponku meminta aku untuk menjemputnya. Aku rasa kondisinya sedang tidak baik. " Jelas Shandy sambil meraba kening Fayre.

"Saudara ipar? Maksudmu dia adik dari pria bernama Barric yang sudah menghamilimu itu? " Tanya Kenrick mencoba bersikap datar meskipun hatinya terasa tercabik jika mengingat masa lalu.

"Iya Ken, tapi sekarang Barric suamiku, ayah dari anakku. Dan aku sangat mencintai keluarga kecil ku!!" Seru Shandy mencoba membangunkan Fayre.

"Mama!!" Panggil seorang anak kecil dari jendela belakang mobil Shandy. Yang tak lain adalah Sean. "Auntie mengapa tidur di situ? Apakah ia sakit?" Lanjut Sean bertanya pada sang mama.

Fayre terbangun dan matanya masih rabun saat membuka matanya perlahan. Saat jelas terlihat itu Shandy, Fayre segera memeluk Shandy dengan penuh tumpahan rasa takutnya.

"Shandy!!!" Ucap Fayre tak sanggup menahan tangisnya.

"Tenang Fayre, ada aku di sini. Aku akan menghantarkan mu pulang. "Ucap Shandy sambil menyeka air mata gadis itu.

"Tidak, aku tidak ingin pulang, bawa aku ke rumahmu. Aku tidak mau pulang. " Pinta Fayre sambil memeluk Shandy lagi.

Shandy memapah Fayre memasuki mobilnya dan duduk kembali di kursi kemudinya.

"Senang melihatmu baik-baik saja, Ken. Aku pergi lebih dulu." Pamit Shandy sebelum pergi meninggalkan Kenrick yang sudah mulai mengerti hubungan Shandy dan Fayre sekarang.

*******

Bantu rating ya readers tercinta.... 😘😘😘😍😍😍😍😘😘😘

avataravatar
Next chapter