webnovel

Hari Pertama Kerja

Setelah Heidi masuk, ia pun membungkukkan. badannya untuk meminta Flair masuk sendiri ke ruangan Nolan. Dengan penuh keraguan, Flair melangkah masuk. Dia merasa baru saja memberikan kepalanya untuk dipersembahkan kepada Nolan untuk dikorbankan.

Sambil memutar kursi kerjanya, Nolan mengalihkan pandangannya pada tumpukan map filenya kepada map file lamaran kerja Flair. Membuka-bukanya dengan seksama dan serius. Membaca apa saja informasi yang ia perlukan dan menandatangani pada halaman paling depan.

"Seni kreatif desain, hhhmmmm... aku rasa kamu cocok dengan perkerjaanmu kali ini." Ucap Nolan sambil menyeringai pada Flair dan memberikan map itu kembali pada Flair.

"Jika kamu sudah menandatanganinya, kamu bahkan bisa bekerja mulai hari ini. Nanti malam akan ada rapat semua GM akan hadir, jadi waktu yang tepat untuk memperkenalkan diri."

What, hari ini??? Secepat inikah? Batin Flair menjadi kacau.

"Karena aku tidak punya banyak waktu, baca baik-baik perjanjiannya. Tanda tangani dan serahkan kembali kepada Heidi!" Seru Nolan kembali membaca map yang sebelumnya ia baca tadi dan memutar lagi kursinya ke arah laptop di belakang meja kerjanya itu.

Flair duduk di sofa besar di ruangan itu. Membaca poin-poin dalam perjanjian kerja yang sudah dituliskan dan dan semuanya masih terkesan normal. Poin tugas, poin kewajiban sebagai karyawan terutama sebagai COO, poin sanksi-sanksi, poin kerjasama, poin kesehatan, poin penerimaan bantuan apartemen selama bekerja dan lain-lain. Dan saat membaca poin peraturan saat bekerja di kantor ada satu yang menarik perhatian Flair hingga kepalanya seperti kena lemparan batu besar. Peraturan tidak masuk akal itu berbunyi, Tidak boleh memiliki hubungan kedekatan dengan karyawan laki-laki lain selama bekerja di SWTV, apalagi pulang bersama mereka.

Dia sudah gila, batin Flair menggerutu.

Poin itu dilewatkan begitu saja oleh Flair tanpa menanggapinya. Dan setelah selesai membacanya, Flair beranjak dari sofa untuk memberikan kepada Heidi.

" Nona Flair Bosley!!" Seru Heidi memanggil Flair begitu membuka map yang diserahkan kepadanya. "Ada poin penting yang terlewatkan yang belum Anda paraf!"

"Aku rasa aku sudah selesai dengan semuanya." Ucap Flair merasa sedikit curiga.

" Tapi poin terakhir ini belum, nona." Senyum Heidi tampak tulus tanpa ada kesan mengejek.

"Tapi poin itu tidak masuk akal." sahut Flair.

"Tapi jika sudah tertulis di sini sudah termasuk peraturan perusahaan yang harus Anda patuhi." Jawab Heidi meyakinkan.

"Baiklah," Flair menyerah tidak punya pilihan dan ia pun membubuhkan paraf nya di poin tersebut.

"Silahkan Anda memasuki ruangan Anda, duduk di sana dan saya akan membawakan sekretaris yang akan membantu Anda dan file-file yang bisa Anda pelajari untuk rapat malam ini."

"Baiklah, di mana ruangannya?" Tanya Flair

"Anda bisa lurus ke sana, memasuki pintu berwarna biru itu dan begitu masuk ruangan Anda berada tepat di pintu pertama sebelah kiri. Dan ruangan sekretaris Anda di pintu sebelah kanan tepat di depan ruangan Anda"

"Terima kasih, Heidi." sahut Flair mencerna penjelasan Heidi.

Setelah duduk di kursi kerjanya, Heidi segera datang dengan membawa setumpuk map file dengan sampul map berwarna warni. Heidi meletakkan map-map itu di atas meja Flair dan mata Flair tercekat pada tumpukan map tersebut.

"Ini semua materi yang harus Anda rangkum untuk rapat malam ini. " Tukas Heidi dengan tegas.

"Perencanaan acara ulang tahun SWTV, artis-artis yang terlibat, pengerjaan sejauh mana persiapan sudah dimulai, akomodasi dan asuransi para artis, jadwal produksi, jadwal materi pagelaran, rapat koordinasi part dua, laporan ruang peralatan dan perbaikan,, laporan dari sekretariat, rancangan anggaran untuk pagelaran karena rapat malam ini fokus mengenai pagelaran yang akan diadakan untuk ulang tahun SWTV. " Jelas Heidi sambil menunjuk satu per satu map ke hadapan Flair.

Flair menelan ludah membayangkan apa yang ada di hadapannya. Dan ia harus melakukannya sebaik mungkin. Menunjukkan loyalitas dan kinerja yang baik untuk pekerjaan barunya.

"Dan ini Tatiana Norrie, sektretaris yang selama ini membantu Pak Hadley yang mulai sekarang menjadi sekeretaris Anda. Ia akan menjelaskan semuanya." Ujar Heidi sambil menunjukkan seorang wanita berkacamata dengan rambut di kepang satu.

"Mari kita segera mulai!!" Ajak Flair pada Tatiana setelah Heidi meninggalkan mereka berdua.

Setelah lima jam bekerja dengan Tatiana, Nolan tanpa mengetuk dahulu langsung saja menerobos masuk ke ruangan Flair. Berjalan gontai ke arah Flair yang masih serius dengan dokumen-dokumen di mejanya.

"Sudah sampai di mana?" Tanya Nolan sambil mengamati pekerjaan Flair dengan serius.

Flair seketika terkejut dengan suara Nolan yang begitu lantang itu di belakangnya,

"Sudah sembilan puluh persen untuk part pertama."

Nolan mengambil tumpukan file yang dibuat oleh Flair dan mengamatinya lembar demi lembar. "Bagus juga, selesaikan semua malam ini. Karena rapat ditunda besok malam. Tapi semua harus sudah ada di mejaku besok pagi!!!"

"Baik, Mister!!" Sahut Tatiana menyanggupi.

Tidak mendengar jawaban dari Flair, Nolan yang tadinya hendak keluar menengok lagi ke arah Flair dengan mata tajam.

Flair menjadi salah tingkah dan ikut mengangguk mengiyakan. Sekarang sudah pukul delapan malam dan masih perlu lima jam kedua untuk menyelesaikan satu laporan lagi. Wow, sudah kuduga, boss killer!!!! sahut Flair dalam hati.

*********

Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tatiana terlihat sangat mengantuk dengan sudah dua puluh lima kali menguap di sebelah Flair.

"Pulanglah saja dulu! Kembali lagi esok pagi-pagi sekali!" Celetuk Flair dengan wajah ramahnya.

"Tapi ini belum selesai, miss!! Mister Nolan akan marah besok!!" Jawab Tatiana.

"Aku yang akan menghadapinya."

" Lagipula jika kamu tidak sanggup mengapa mengiyakannya??"

"Mister Nolan tidak suka mendengar kata tidak, Nona." jawab Tatiana.

"Ya sudah kalau begitu pulanglah saja dulu. Kita lanjutkan lagi besok."

"Anda sendiri?" tanya Tatiana.

"Aku akan pulang setelahmu. Menikmati kopi sejenak kadang dibutuhkan sebelum menyetir." Sahut Flair sambil melangkah menuju meja mesin pembuat kopi.

"Baiklah, saya juga sudah sangat lelah." Sahut Tatiana dengan wajah memelas.

Menyetir??? Bukannya aku tidak membawa mobil hari ini??? Flair baru saja ingat ia diantar Rory siang tadi. Hanya memesan Taxi yang ada di benaknya agar ia bisa pulang.

Terdengar pintu belakang dibuka sejenak kemudian Nolan muncul dengan seringainya. Ia melepas jasnya dan melonggarkan dasinya dan meletakkan jasnya di sofa di ruangan Flair. Ia lalu berjalan ke arah meja kopi sambil terus menatap tajam pada Flair. Mengambil Cangkir berisi kopi dari tangan Flair dan meminumnya.

"Satu kopi untukmu, akan aku buatkan." Ucap Flair tak nyaman Nolan meminum kopi dari gelas yang sudah ia minum.

"Tidak perlu, berbagi denganku harus menjadi bagian yang harus kamu pelajari karena sekarang kita satu tim di perusahaan ini." Ucap Nolan sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Flair.

Flair berusaha menghindar dan kembali ke mejanya. "Aku harus menyelesaikan dokumenku!" Ucap Flair menjadi sangat gugup hanya berdua dalam satu ruangan dengan Nolan.

" Selesaikan saja besok! Tatiana akan menjemputmu pagi-pagi sekali. Malam ini aku akan mengantarmu. Kau sudah bisa masuk ke apartemen yang dijanjikan oleh perusahaan." Ujar Nolan sambil menyerahkan sebendel kunci di meja Flair.

"Tapi aku perlu membawa pakaianku, perlengkapan lainnya." Sahut Flair dengan nada terkejut.

"Tidak perlu, sudah aku siapkan semua. Untuk besok kamu bisa memakai yang ada di sana. Dan setelah pulang bekerja kamu bisa mulai pindah ke sana. Aku akan memberikanmu kesempatan besok seusai rapat." Jelas Nolan sambil duduk di sofa.

Ia menyandarkan kepalanya di sofa dan mengusap wajahnya sambil memijat-mijat bagian matanya. Wajah putih pucat itu tampak sangat lelah dan penuh beban.

Melihat Nolan yang sangat lelah, Flair dengan tak banyak bicara segera mengemasi tas bawaannya dan bersiap untuk pulang.

Di dalam mobil pun Nolan tetap diam dan fokus menyetir. Ia tak menganggu Flair sama sekali. Ia tahu Flair merasa takut padanya. Ia hanya menyibukkan diri melihat spion kanan kiri dan fokus pada jalan. Dan Flair pun terlihat nyaman jika tidak diganggu olehnya.

Tiba di apartemen yang sudah disiapkan oleh perusahaan, Nolan memencet tombol lift dan masih bersikap formal sama seperti saat di mobil. Flair melipat tangannya di dada.

Hingga pintu lift terbuka tidak ada percakapan apapun yang terjadi. Sampai Nolan sediri yang membukakan pintu apartemen untuk Flair. Menyalakan lampu di sana pada tombol utama dan terlihat ruangan yang begitu mewah dan nyaman dengan perabot dan pencahayaan serba minimalis serta modern.

"Ini dulu ruangan yang ditolak oleh Hadley karena dia memilih menggunakan apartrmennya sendiri. Sekarang menjadi hak mu." Ujar Nolan sambil menyeringai pada Flair.

Flair melihat sekeliling dan mengaguminya dalam hati. Ia menaruh map file pekerjaannya yang belum selesai tadi pada meja besar yang sudah laptop di atasnya. Cocok sekali penataan ruangan ini dengan keinginannya.

Nolan merengkuh Flair dari belakang. Meremas-remas badan Flair dengan penuh hasrat yang ia tahan sejak masih di kantornya tadi.

"Hentikan, Mister!!!" Teriak Flair.

"Karena kamu menyukai ruangan ini, selanjutnya kamu harus menyukai aku." Bisik Nolan dengan nafas menderu di telinga Flair.

Namun nolan berhenti di sana. Ia memeluk Flair. Memeluknya dengan sangat erat. Melepaskan semua kelelahannya. Menunjukkan pada Flair bahwa ia ingin sekali memiliki gadis itu. Hanya pelukan yang sangat erat. Tanpa rabaan, tanpa ciuman. Nolan ingin sekali Flair mau menyerahkan dirinya dengan rela suatu saat. Ia mengelus rambut gadis itu dengan lembut dan melepaskannya saat ia sudah merasa tenang.

"Akan kupastikan kamu akan ku miliki selamanya suatu saat!!" Celetuk Nolan sambil mencubit lembut pipi Flair dan keluar dari apartemen itu.

.

.

*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas

untuk tahu judul Novel saya yang lain

Next chapter