webnovel

Tujuan

Tsahhh..

Tsahhh..

Suara Indah yang dihasilkan oleh busur Misha, membuat perhatian pemain lain tertuju padanya.

"Kak, aku ingin bertanya sesuatu" ucap Eva menatap kearah depan dengan mata polos.

"Hm?" dehem Misha menanggapi pertanyaan Eva.

"Dari 4 tahun lalu pertanyaan ini mengganggu ku," Eva menerjab.

"Kalau begitu tanyakan saja" ucap Misha sambil membidik sasarannya.

"Aku selalu berfikir, apa alasanmu mengajakku mendirikan Clan Mafia?" tanya Eva.

Tsaahh..

Tepat setelah pertanyaan Eva, anak panah Misha terlepas dan melesat menuju sasaran. Misha menoleh serta duduk disamping Eva, sebelum menjawab dia menatap sasarannya yang penuh anak panah dibagian tengah.

"Jika orang yang kau sayangi dalam bahaya, apa yang kau lakukan?" tanya Misha.

Eva tersentak mendapat pertanyaan seperti itu, namun dia terdiam dan memikirkan jawaban yang tepatnya untuk pertanyaan kakaknya.

"Aku akan berusaha keras melindungi mereka menggunakan kekuatanku," ujar Eva serius.

"Yah, jawabanmu sudah tertebak" gumam Misha.

"Ha?" tanya Eva lola.

"Gak, sekarang aku jawab pertanyaanmu tadi"

ucap Misha tersenyum sebentar.

"Jawabanmu memang benar, tapi jika musuh lebih kuat itu akan sulit. Maka dari itu jika musuh kuat ditangani oleh banyak orang, kita akan?" tanya Misha menatap Eva.

"Bisa mengalahkannya!" pekik Eva antusias.

"Nah benar! Dan lagi, jika kita hanya sendiri itu membuat kita berpikir kalau orang yang kita lindungi hanyalah beban" terang Misha menatap langit biru.

Semilir angin melintas didepan mereka, membuat rambut Eva yang terurai berantakan.

Misha menyuruh adiknya berbalik dan mulai merapikan rambut Eva, dia juga menguncir rambut Eva.

"Sesuatu yang berharga tidak bisa dilindungi hanya dengan kekuatan kasih sayang, lakukan apa yang bisa membuatmu kuat dan membuat lawanmu tunduk terhadapmu" Misha tiba-tiba berkata demikian, membuat Eva menoleh.

Degh..

Walau sebentar, Eva dapat melihat dengan jelas tatapan yang Misha keluarkan tadi. Itu tatapan yang baru pertama kali dia lihat, apa yang ada di fikirkan kakaknya, hingga membuat mata seperti itu?

Menyadari tatapan tak percaya Eva dia hanya tersenyum samar, tumben sekali adiknya itu peka.

"Sudahlah ayo kembali ke Mansion, udah hampir jam makan siang" Misha berdiri dan menyerahkan busurnya pada seorang pria.

"Terimakasih untuk kedatangan anda hari ini Miss," pria itu membungkuk hormat.

"Hn, ayo Eva" ajak Misha melangkah keluar dari area panahan.

"Jangan terlalu kaku Lucas, terimakasih untuk cemilan tadi"

Eva berkata seperti itu dengan senyum menghiasi wajahnya, ia berhenti sejenak untuk menyapa Lucas.

"Tidak masalah Miss, semua makanan yang ada di sini hanya milik kalian" ucap Lucas hormat.

"Jika kau terus seperti ini aku akan marah"

ucap Eva menggembungkan kedua pipi chubby nya.

Blushh..

"Baik" ucap Lucas panik sambil berusaha tenang saat wajahnya memerah.

"Hee~ wajahmu kenapa Lucas?" tanya Eva jahil.

"T-tidak ada Miss, hanya kedinginan!" seru Lucas agak gelabakan.

"Evaa"

Panggilan Misha dari dalam mobil terdengar, kakaknya itu terlihat mulai kesal karena Eva sangat lama.

"Ah! Aku datang!" pekik Eva berlari kearah Misha.

Misha menatap Lucas dalam, entah apa yang di fikirkan Misha tapi itu mampu membuat Lucas ketar-ketir sendiri.

"Ngomong apaan tadi? Kok muka Lucas merah?" Misha langsung bertanya sesaat setelah mereka meninggalkan area panahan.

"Gak tau, dia gak sempet ngasih tau" ucap Eva polos dan asik berselancar didunia maya.

"Kurasa dia tertarik denganmu" ujar Misha singkat.

"Alah sok tau banget sih, kek udah pernah pacaran aj--!"

Eva melotot saat menyadari ucapannya. Benar saja, saat Eva memberanikan diri untuk menatap wajah Misha dia dibuat meringis. Wajah Misha terlihat datar dan dingin.

"Tadi gue ditelfon bang Richard, ada Misi dan harus kita yang turun" Misha berkata sangat dingin.

Gaya bicaranya berubah, Eva meringis karena merasa itu karna dirinya. Kakaknya itu sangat jarang menggunakan Aku-kamu sejak berusia 14 tahun.

"S-sekarang kak?" tanya Eva mencicit.

"Setelah makan siang kita berangkat" singkat Misha mengabaikan Eva.

***

"Kami pulang" salam Eva lesu.

"Selamat datang, lho? Mishanya mana?"

tanya Grandma.

"Udah ke kamar duluan Grandma," Eva hendak menangis.

"Lho? Kamu diganggu Misha lagi?" tanya Grandma tak percaya.

"Bukan, Eva tadi gak sengaja singgung masalah pacar" rengek Eva dan memeluk Grandma.

"Oh astaga, bukan kah sudah Grandma bilang.. hati hati dengan omonganmu, kau tau Misha kan sensitif dengan kata Pacar" Grandma mengomel.

"Ada apa sih berisik banget?" tanya Grandpa yang baru datang dari dalam.

"Ini lho, Eva nyinggung masalah Pacar dihadapan Misha" adu Grandma membuat Grandpa menghela nafas.

"Setelah ini jangan omongin masalah pacar lagi oke?" ucap Grandpa.

"Okee! Eva janji gak bakal bahas masalah pacar lag--"

Ucapan Eva terhenti saat melihat Misha menatap ketiganya dingin, aura Misha yang terkesan suram keluar.

"Kalo mau bahas begituan jangan di sini!" ketus Misha melangkah pergi.

"Misi hari ini gue selesai kan sendiri" lanjut Misha, sebelum benar-benar hilang dibalik pintu.

"Sepertinya kita membuat Misha marah" Grandpa meringis.

*Dua jam kemudian di lain tempat..

"Anda terlihat uring uringan, ada apa Miss?"

tanya pria bertubuh gelap.

"Ricard.." panggil Misha setelah lama terdiam.

Badan pria itu menegang saat Misha memanggilnya hanya nama, tanpa embel embel bang seperti biasanya.

"Ya Miss?"tanya pria bernama Richard.

"Jika kau mempunyai keluarga yang sangat sensitif dengan sesuatu, apakah kau akan membicarakan sesuatu yang sensitif bagi keluargamu didepan mereka?"tanya Misha berbelit belit.

Ah, seperti nya aku faham__ringis pria itu dibatin.

"Saya akan berusaha tidak membicarakan nya Miss," jawab Richard serius.

Lebih baik cari jalan aman aja__gumam Richard dibatin.

Misha melirik Ricard malas, dia bangkit dan menepuk nepuk celananya yang kotor karena tanah.

"Kau bodoh seperti biasanya yah, Richard"

ucap Misha tersenyum kecil.

Apa segitu bodohnya?__tanya Ricard pada dirinya sendiri.

"Ya, bodoh banget. Sampe sampe lupain kalo gue bisa baca fikiran" ucap Misha dan beranjak.

Ricardo Nellie, adalah bawahan paling setia pada Misha dari awal berdirinya Clan Gold Moonlight. Sama halnya dengan Alucas Delan, dia adalah bawahan paling setia pada Eva dari awal berdirinya Clan Black Moonlight.

Hanya saja yang membedakan keduanya adalah Richard bisa bekerja profesional dan tidak berubah hatinya, sedangkan Lucas tak mampu menahan keteguhan hatinya. Yap, dia jatuh cinta pada atasannya sendiri. Sayangnya Eva terlalu tidak peka terhadap hal ini.

Misha terlihat melajukan mobil sedan-nya di kecepatan tinggi, mood nya telah kembali berkat Richard.

"Misha pulang," salam Misha kalem.

"Misha, ayo makan.. pasti kamu kelaparan kan? Grandma udah masakin makanan kesukaan kamu" Grandma langsumh menyambut Misha, begitu melihatnya masuk.

"Grandma duluan ke ruang makan yah, Misha pengen mandi bentar. Bau darah" Misha tersenyum kecil dan beranjak naik setelah mencium pipi Grandma nya.

"Malam" sapa Misha saat memasuki ruang makan.

"Kak gue pengen--"

"Syuutt! Udah, diem. Mood gue dah balik, jangan bikin down lagi" potomg Misha sambil menyerahkan piring pada Grandma.

"O-oh, okee" ucap Eva kaku.

Mereka makan dengan tenang, meski atmosfer nya sedikit kaku namun Misha tak masalah.

"Makasih udah buatin cumi nya Grandma,"

ungkap Misha tersenyum setelah selesai makan.

"Iya sama sama," balas Grandma tersenyum hangat.

"Oh iya, Grandpa dapat telfon tadi"nsahut Grandpa membuat perhatian Misha dan Eva tertuju pada Grandpa.

"Kata Leopard kalian sudah bisa kembali,"

Mendengar penuturan Grandpa membuat Eva menatap malas Grandpa nya, ia tak suka jika nama ayahnya di bicarakan.

"Eva gak bakal kembali ke sana! Mereka udah ngusir Eva sama kak Misha! Ngapain minta kami kembali!" Eva berseru seraya lari keluar.

"Okee, Misha faham. Biar Misha yang bantu jelasin ke Eva" ucap Misha diangguki Grandpa.

"Kenapa kamu bilang kek gitu sekarang sih? Masalah tadi baru selesai" tanya Grandma menghela nafas.

"Aku tidak memperhatikan hal ini" ringis Grandpa.

***

Eva terlihat tiarap di gazebo belakang, melihat itu Misha menghela nafas dan duduk disamping kaki Eva.

"Evaa, jangan seperti ini" tegur Misha memejamkan mata.

"K-kenapa mereka menyuruh kita pulang setelah kita di usir? Hiks.. Aku gak pengen pulang" rengek Eva yang langsung memeluk Misha ketika mendengar suara sang kakak.

"Hei Evaa, kita gak di usir.. kita cuma dibawa kesini karena di sana musuh Dad banyak"

ucap Misha tenang.

"Kenapa Dad punya banyak musuh? Terus hubungannya sama kita apa?" tanya Eva sambil menangis.

"Dad punya banyak musuh karena orang lain iri dengan kesuksesan Dad, hubungannya adalah karena kita kelemahan Dad" Misha menerangkan.

"Jadi gak ada alasan buat kita benci mereka,"

lanjut Misha.

"Kita pulang yah.." bujuk Misha.

"Yaudah, tapi bareng duo A dan E" tawar Eva dijawab deheman.

Duo A adalah anak buah sekaligus teman Misha, sedangkan duo E anak buah sekaligus teman Eva.

Duo A adalah Aneska Qiart Martama dan Raixa Gullyn Ritora. Sedangkan duo E adalah Calluella Mounira Abiyaksa dan Seraphina Afsheen Myesha.

Setelah menenangkan Eva, dia membawa sang adik masuk karna hari sudah mulai gelap.

***

Hai, mau bilang kalau nama Misha agak diubah, gak jauh beda sih cuma dari Klarybell Mishall Mandres jadi Adeera Mishall Mandres.

Mau bilang doang kali aja klean kaget :)

beri power stone dulu~

FIFIanNUR31creators' thoughts
Next chapter