10 Natal bersama Dean

Misha di dorong sampai menabrak papan mading, kening Misha berdarah karena terkena paku di sana.

"Caroline! Kau itu kenapa?!" bentak Ryan marah, sambil berjalan mendekati Misha.

Saat Ryan memegang lengan kanannya Misha menepis Ryan keras, dia mendesah kesal dan menutupi keningnya menggunakan dasi.

"Apa gue gak bisa tenang sehari aja?! Lu fikir gue robot Ha?!" bentak Misha pada Caroline.

"Salah lo sendiri! Siapa suruh deket deket sama My Ryania!" bentak Caroline balik.

"Sisca, ayo kita balas dendam sama ni cewe" ajak Caroline pada Sisca yang berdiri dibelakang dua teman Caroline.

"E-enggak dulu deh" Sisca mencicit.

"Oh? Yaudah, gue aja kalo gitu" ucap Caroline.

Srekk..

Misha di jambak oleh Caroline secara tiba-tiba, Misha meringis karena merasa kepalanya semakin pusing. Seakan menyadari apa yang dirasakan Misha, Ryan segera mendorong Caroline dan memegang kedua bahu Misha.

"Jauhi Deera dan gue, Caroline! Dia pacar gue"

sinis Ryan membuat semua orang melotot.

"A-awas lu nanti!" kecam Caroline, sebelum akhirnya dia pergi.

Nyuuutt..

"Apa maksudnya ini? Kita baru kenal 1 hari mana bisa jadian" ketus Misha setelah mencubit pinggang Ryan.

"Ya gak papa, jalanin aja dulu kan?" Ryan nyengir.

"Malesin" ketus Misha dan beranjak pergi.

"Hei! Tunggu aku Deera ku sayang!" pekik Ryan menyusul Misha.

***

Kegaduhan terjadi di Mansion keluarga Mandres, koper koper terlihat berserakan di depan pintu.

"Misha! Cepat turun!" pekik Mom dari ruang keluarga.

"Bentaran Mom! Iih! Aku baru bangun!" Misha berseru balik dari lantai 3.

"Va! tolong tangkap koper gue!" pekik Misha lagi, membuat Eva yang duduk disofa menengadah.

Brukk..

"Ebushett! Sakit kak!" pekik Eva ketika dijatuhi koper besar milik Misha.

Dia melempar kopernya dari lantai tiga, sofa yang diduduki Eva memang ada didekat tangga.Tangga di kediaman Mandres itu memutar dan bertumpu di tembok, sehingga ada ruang kosong ditengah tengah tangga untuk cahaya matahari masuk.

"Kena yah?" tanya Misha tanpa dosa setelah turun dari lantai 3.

"Kaga. Meleset kok, meleset" ketus Eva, dia mengelus kepalanya yang tadi dijatuhi koper berat.

"Misha! Eva! Mau ditinggalin?!" seru Mom dari luar.

"Astaga, tunggu Mom! Awas yah lu ntar," Eva berlari pergi setelah mengancam kakaknya.

"Dih, kok gue di ancam?" gumam Misha dengan kening berkerut.

Mendapat firasat jika dirinya tak kunjung datang sang Mom akan berteriak dan membuat sekeluarga malu, Misha segera beranjak.

Karena dari awal mereka bangun kesiangan, walhasil mereka terburu buru menuju penerbangan mereka. Misha yang rempong sendiri dengan tas miliknya, tasnya itu tersangkut didalam mobil yang sudah di kunci Dad!

"Dad! Tas ku terjepit!"bpekik Misha namun tak terdengar oleh keluarganya.

Pengumuman jam terbang dari maskapai nya telah terdengar, dengan kalut Misha mengacak rambutnya dan melepas tas itu dari bahunya.

"Ah! Terserahlah!" kesal Misha dan berlari kencang.

Meski berat hati ia tinggalkan tasnya itu, didalam tas itu ada dompet dan hp nya. Ayolah, barang berharga nya ada di situ semua!

Bruakk..

Oke, sepertinya hari ini adalah hari yang sial bagi Misha. Tas terjepit dimobil, keluarganya sudah masuk pesawat, dan dirinya menabrak pramugari!

"Oh Shit" gumam Misha ketika tiketnya tercampur dengan tumpukan tiket pramugari itu.

"Anda ke maskapai apa kak? Keknya bakal sulit nyari satu satu," Pramugari itu meringis.

"Haah, aku lupa menanyakan ke Mom kami naik maskapai apa" Misha bergumam sambil menepuk keningnya.

"Sekarang maskapai apa saja yang berangkat sebentar lagi?" tanya Misha.

"Hm? Aileos dan Gerudo" ucap Pramugari itu sambil memunguti tiket yang berhamburan dilantai.

"Harusnya tiket dari maskapai lain berbeda kan, pasti tiketku terlihat sangat berbeda" ucap Misha.

"Kebetulan semua tiket maskapai berwarna merah karena Natal" Pramugari itu meringis.

"Ughh, apa anda melihat orang yang mirip saya masuk sini?" tanya Misha penuh harap.

"Saya tidak mengingatnya, banyak orang yang masuk kedalam" Pramugari itu lagi-lagi meringis.

"Haah, mungkin mereka masuk sini. Kalau gitu saya kesini dulu" Misha memutuskan, terpaksa diangguki pramugari itu.

Pramugari itu terpaksa mengiyakan karena tabrakan tadi murni kesalahan dirinya, karena kehausan dia celingukan mencari temannya dan mundur tanpa sadar.

"Pengumuman pengumuman, untuk remaja bernama Adeera Mishall Mandres harap menuju tempat pencarian anak hilang! Adeera Mishall Mandres, jika anda mendengarnya tolong datangi tempat pencarian anak hilang segera!"

"Woii kak! Jangan acara ngilang dong! Kita tuh pengen liburan malah lu susahin bjirr! Kesini gak lu!!"

Tepat begitu pesawat dengan maskapai Gerudo yang Misha naiki mengudara, pengumuman anak hilang terdengar. Setelah pemberitahuan itu, terdengar suara cempreng Eva yang tersemat rasa khawatir pada kakaknya.

***

"Pesawat telah berhasil landing di bandara Rovaniemi, Finlandia. Pastikan barang bawaan anda dibawa"

Pengumuman itu membuat emosi Misha sedikit tersulut, barang apanya?! Bahkan dia tak membawa uang sepeserpun!

"Hah, benar benar hari yang sial" gumam Misha dan keluar lebih dulu.

Dia menunggu didepan pintu keluar dan mengamati orang orang, dengan tangan yang terus bergesekan guna menghangatkan diri dan Misha terus menghela nafas.

"Ngapain Mom sama Dad kefikiran pergi ke Finlandia sih? Dingin banget bjir" gumam Misha dan melirik orang orang.

Sampai orang terakhir melalui Misha tak ada satupun keluarganya, Misha terbahak dan menutup wajahnya.

"Keterlaluan" gumam Misha.

"Sepertinya aku salah masuk pesawat!" gerutu Misha menendang kaca tebal yang menghubungkan pintu keluar dari pesawat dan bandara.

"Ah sialan, dingin!" seru Misha frustasi.

Misha hanya mengenakan dress selutut tanpa lengan, semua baju hangat Misha ada didalam koper.

Dan berita bagusnya koper itu ada ditangan Eva!

Srekkk.

Braakk..

Misha terlonjak kaget dan membanting sosok yang tiba-tiba menaruh sesuatu dibahunys, Misha mundur dan menatap pria yang kesakitan itu waspada.

"Who are you?!" bentak Misha dan menarik benda yang tersampir dibahunya.

Mantel?__ucap Misha dibatin bertanya-tanya.

"Ughh, itu menyakitkan Deera" keluh sosok itu membuat Misha mematung.

"Deera?" ulang Misha pelan.

"Hei, lo lupain gue? Padahal baru beberapa hari lalu bertemu," kesal pria itu dan bangkit.

Setelah menatap pria itu Misha mengingat kejadian di rooftop, dia menghela nafas lega dan menatap pria itu dingin.

"Ryan?" tanya Misha memastikan.

"No! Dean, Call me Dean. D-E-A-N" ucap Ryan menekan kalimatnya.

"Terserah, malesin" ucap Misha dan melangkah pergi.

"Astaga, Deja vu" gumam Ryan dan menyusul Misha setelah mengambil mantelnya yang dibuang Misha.

Tap..

"Pakai aja napa, baju kek gitu emang bisa hangat in di cuaca kek gini?" tanya Ryan ketika Misha hendak menyingkirkan mantel besar yang bisa menutupi Misha hingga mata kaki.

"Terserah" ucap Misha malas.

"Lo bareng siapa kesini?" tanya Ryan berusaha mencari topik.

"Rencananya bareng keluarga" Misha memutar bola matanya kesal.

"Rencana?" heran Ryan.

"Ya, gue salah masuk pesawat. Keluarga gue keknya enak enakan Natal ditempat lain" ucap Misha kesal.

"Pffthh! Buahahahaha!"

Tawa Ryan nyembur ketika mendengar perkataan Misha, sejenak Misha terpesona dengan ketampanan Ryan yang sedang tertawa namun segera ia tepis.

"Nasib amat lu Ra, trus ini gimana?" tanya Ryan setelah berhasil menghentikan tawanya.

"Ya gitu, gak tau" ketus Misha menggidikkan bahunya.

"Lho? Kan bisa aja beli tiket pulang?" heran Ryan.

"Tas, handphone, dompet gue kejepit didalam mobil yang udah kekunci. Koper gue dibawa adek" jelas Misha.

"Astaga! Buahahaha! Kok ceroboh banget sih?!" tanya Ryan kembali terbahak.

"Diem deh lu!" ketus Misha.

"Oke oke, maafin gue" kata Ryan dan berusaha menghentikan tawanya menggunakan tangan.

"Em, gue bisa pinjam uang lo dulu? Soalnya gue gak ada sepeserpun," dengan malu Misha bertanya.

"Yaah, padahal gue pengen banget bantu. Cuma uang yang gue bawa cukup ongkos pulang dan biaya hidup 2 hari di sini" Ryan meringis.

Bohong. Itu adalah kebohongan yang dikeluarkan oleh Ryan, mana mungkin dia membawa uang pas pas an untuk membawa si dugong liburan.

Dugong yang dimaksud di sini adalah Caroline, sebenarnya Ryan akan berlibur di finlandia bersama Caroline. Tapi puji tuhan Caroline ketinggalan pesawat, paling tidak dia harus memanfaatkan kesempatan yang diberikan bukan? Ah, rasanya seperti Santa memberiku hadiah nomplok gumam Ryan dibatin.

"Haah, trus gue harus gimana dong" keluh Misha mulai putus asa.

"Gimana kalau lo ikut gue liburan? Kebetulan gue juga pengen rayain Natal" Ryan memberi masukan.

Ikut atau enggak?__umam Misha dibatin.

Ikut ajalah, toh kalo lo nolak ngapain kita di sini? Rampok orang, baru pulang?__sahut Lezzy.

Ya kagak gitu juga anjim, malu maluin negara. Lagian kita kan kaya__omel Misha.

Dih, cantik sih. Tapi sayang sombong__sarkas Lezzy.

Ikut aja Mish, lu gak lupa kan kita belom bisa naklukin Finland? Artinya GM bahkan belum didirikan di sini__sahut Devi membuat Misha mengangguk.

"Oke, gue ikut lu" putus Misha akhirnya.

"Kalo gitu kuy" Ryan sangat gembira, ia menarik tangan Misha lembut.

*3 jam kemudian..

Tap..

Tap..

"Deera sayang.. bangun yuk,"

"Deeraa.. bangun atau gue cium?"

Misha yang tengah tertidur sangat terganggu dengan orang yang menepuk dan mencubit pipinya.

"Apaan s--"

Kalimat kesal Misha terhenti saat melihat wajah Ryan didepan matanya, dengan spontan Misha menendang Ryan keras.

Dugh..

Orang disekitar menatap mobil yang didalamnya ada Misha dan Ryan sinis, fikiran mereka pasti kotor ketika melihat mobil itu bergoyang. Padahal Ryan ditendang dari kursi tengah ke kaca depan mobil, rasanya jangan ditanya. Tanya ke kaca depan yang retak aja, YA SAKIT LAH!

"Ughh.. udah dua kali lo nyakitin gue," ringis Ryan mengusap pantatnya yang sempat terkena perseneling.

"Ini dimana?" tanya Misha, tanpa memperdulikan kondisi Ryan.

"Lapland" ujar Ryan dingin dan keluar.

"Dih, kok ngamuk" gumam Misha segera menyusul Ryan.

"Maafin gue, gak sengaja" ucap Misha dingin, setelah berhasil menyusul Ryan yang memasuki sebuah hotel.

Untung sayang__ucap Ryan dibatin.

"Selamat datang Tuan M--" sapaan hangat resepsionis itu terhenti ketika mata Ryan memelototi nya.

"Dean, lu ada ponsel gak?" tanya Misha.

"Ada, kenapa?" tanya Ryan.

"Pinjem bentar, gue pen nelfon keluarga" Misha menjulurkan tangannya.

Ryan merogoh kantong celananya dan menyerahkan sebuah ponsel mewah pada Misha.

"Gue keluar dulu," pamit Misha diangguki Ryan. Setelah memastikan Misha sudah jauh, Ryan mendekati resepsionis dan berbisik.

"Pas saya tanya ada berapa kamar yang kosong, bilang aja satu!" bisik Ryan.

"Kenapa Tuan Muda?" tanya resepsionis berbisik pula.

"Mau pdkt sama cewe tadi, jadi kerjasama nya yah. Ntar saya suruh Papa ganda in gaji kamu bulan ini," goda Ryan berbisik.

"Sip, sip.!" resepsionis itu setuju, lumayan kan gajih nya bulan ini double?

*Di sisi lain, tempat Misha nelfon..

'Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi karena jarak tempuh nya sangat jauh, pengirim kami capek terbang keluar negeri. Sekian terimakasih~'

"Sejak kapan operatornya kek gini?" gumam Misha menggaruk keningnya heran.

Saat dirinya mencoba untuk menelfon keluarganya lagi, tapi tetap saja sama. Tidak tersambung.Misha menghela nafas dan beranjak menuju Ryan, melihat Misha mendekat Ryan sontak berdiri tegap dan berdehem.

"Gimana?" tanya Ryan pada Misha.

"Gak kesambung!" kesa Misha.

Yes!__seru Ryan dibatin.

"Ooh, jadi ada berapa kamar yang kosong mbak?" tanya Ryan menatap resepsionis.

"Hanya satu tuan, karena malam natal banyak yang berlibur ke sini" ucap resepsionis itu meringis.

"Kasurnya gak satu doang kan?" tanya Misha.

"Tidak Nona, kami menyediakan dua kasur di satu kamar" ucap Resepsionis itu ramah.

"Yasudahlah, gak papa" Misha ber pasrah.

"Beneran.. gak papa? Gue cowo lho" terang Ryan.

"Gapapa, lagian gue pinter beladiri. Kalo lo macem macem ya tinggal gue banting" balas Misha tak peduli.

Mendengar ucapan Misha yang menyeramkan itu Ryan meringis, dia mencari topik lain untuk menghindari kecanggungan yang akan terjadi.

"Em, karena udah Check in gimana kalo kita makan jagung bakar?" tawar Ryan membuat kening Misha mengerut.

"Emang di Finlandia ada jagung?" heran Misha.

"Gue bawa, soalnya kurang lengkap kalo gak ada Jagung" Ryan nyengir.

"Gitu ya? Perasaan ini Natal bukannya tahun baru" Misha terlihat berinteraksi dengan kaku pada Ryan.

"Udah, ayo" Ryan menarik tangan Misha keluar, setelah menggendong tas ransel lumayan besar.

Misha dibawa Ryan menuju tempat yang gelap dibelakang Hotel, Misha menatap sekitarnya ngeri karena amat sangat gelap.

"Yakin di sini? Gelap anjim, lagian kalo ada hewan buas gimana?" tanya Misha ngeri.

"Gaada yang kek gitu di sini, tenang aja" tenang Ryan dan mengacuhkan Misha.

Dia menyiapkan pembakaran jagung yang sepertinya khusus dibawa dari Indonesia, setelah menyalakan bara api dan menunggu sebentar akhirnya Ryan mulai membakar jagung itu.

Setelah kulit jagung itu agak menghitam, Ryan menyodorkannya pada Misha. Sayangnya Ryan sangat bersemangat, sehingga jagung panas itu mengenai hidung mancung Misha.

Misha menatap Ryan syock sambil memegang hidungnya, sedangkan Ryan sendiri ikutan syock melihat kelakuannya.

"Lo.. sengaja?" tanya Misha dengan nada rendah.

"Mana mungkin gue seng--"

Doengg..

Penjelasan Ryan belum selesai namun sebuah benda panas menyentuh hidung mancungnya.

"Astaga! Panas!" seru Ryan ketika bara api menyentuh hidungnya.

Ryan menatap Misha tak percaya, namun Misha menatap Ryan dengan tatapan 'Apa?Ada yang aneh dari gue?'

"Panas Misha!" ucap Ryan gemas.

"Oh? Panas yah? Gue kira dingin"vungkap Misha sok terkejut dan menatap bara ditangannya tak percaya.

Grepp.

Srekk..

Srekk..

Ryan memeluk Misha dan menarik narik kedua pipi chubby Misha, korban Ryan hanya bisa menerjab dan menghela nafas pasrah melihat kelakuan Ryan.

Syuuuutt..

Duarrrrr..

Syuuuuuuutt..

Duarrr...

MERRY CHRISTMAS.!!

Suara kembang api terdengar jelas ditelinga mereka berdua, suasana yang tadinya gelap kini diterangi cahaya kembang api.

"Ah, Merry Christmas. Misha" ucap Ryan menunduk dan menatap Misha yang dipelukannya.

"Hm, Merry Christmas juga buat lo" ucap Misha seadanya.

"Akhh! Kenapa lu imut banget sih?" tanya Ryan menggigit pipi Misha.

"Bisa berhenti gak? Sakit" keluh Misha seadanya.

"Eh? Maaf, gue terlalu gemes sama lo" ucap Ryan melepaskan gigitan serta pelukannya.

"Dari awal, lu udah tau tempat ini yah?" tanya Misha, sambil menatap kembang api didepannya.

"Hn, dari dulu di sini kek gini. Tapi semakin lama semakin menakjubkan" jelas Ryan ikut menatap kembang api didepannya.

"Makasih karena udah nyelamatin gue, seenggaknya gue gak bengong di bandara entah sampe kapan" Misha menunduk.

"Enggak kok, kalo gue gak ngelihat lo.. mungkin gue bakal kesepian" balas Ryan tersenyum.

Degh..

Mereka berdua saling bertatapan dalam, suara kembang api membawa kesadaran mereka kembali.

Misha dan Ryan sontak langsung mengalihkan pandangan, suasana canggung pun tak terelakkan. Ryan mencoba menenangkan rasa canggung itu dengan mengajak Misha memakan jagung bakar, Misha sepertinya paham dan mengiyakan.

Srekk..

Ryan menatap Misha tak percaya, apa ini Misha yang selalu menolaknya sejak awal bertemu? Misha memeluk Ryan dan menyandarkan kepala di dadanya sambil memakan jagung bakar.

"Makasih untuk semuanya, gue seneng" Misha berbisik.

"Iya, apasih yang enggak buat lo" ucap Ryan mengacak rambut pirang Misha.

Keduanya menikmati kesunyian dan keindahan aurora yang muncul dilangit, suasananya sangatlah hangat meski angin dan salju menerpa mereka.

"I Love You" Ryan berbisik membuat Misha menegang.

***

avataravatar
Next chapter