20 Misha Ngambek

Jan lupa masukin cerita ini ke perpus, and kasih power stone setiap hari supaya bisa masuk rank! makasih

***

Misha menerjab beberapa kali dan melongo, apa barusan Ryan meninggalkannya? Matanya menatap mobil mewah Ryan yang melaju cepat kearah timur.

"Ini, aku di tinggal kah?" gumam Misha masih tak percaya.

Misha menggaruk keningnya bingung, Ryan sudah meninggalkannya. Dia harus apa sekarang? Perasaan kesal menyelimuti hatinya.

"Ah sudahlah," ketus Misha melangkah masuk kembali.

Ia mengeluarkan motor kesayangannya dan memanaskan mesinnya, Eva menjembulkan kepala dari jendela kamar karena mendengar deru motor yang sangat ia kenali.

"Kak, gak jadi jalan sama Ryan tah?" tanya Eva berseru heran.

"Ditinggal gue," seru Misha kesal.

"Oh ditinggal.. Hah?! Kok lu ditinggal?!" pekik Eva, tadinya dia hanya mengangguk paham. Tapi beberapa detik kemudian kaget.

"Tehe~" ketus Misha dan mengendarai motornya dengan cepat.

***

Beberapa menit setelah Misha pergi Ryan kembali, ia bertanya pada security tentang keberadaan Misha. Eva yang sudah menebak itu pun berteriak dengan lantang.

"Oiiii! Kak Misha dah pergi pake motor kearah barat! Susul gih! Dia keseel!"

"Mampus," gumam Ryan menepuk jidatnya.

Ia segera kembali ke mobilnya dan pergi dengan cepat kearah yang sudah di katakan oleh Eva, dia berdoa semoga saja ia bisa menemukan Misha.

Ryan menatap jalanan dengan teliti, memperhatikan beberapa pengendara motor. Berharap ia menemukan Misha di salah satu pengendara motor itu.

Tring..

Mendengar sebuah notifikasi mata Ryan melirik ponselnya, ia mengambil hp nya dan membuka pesan tadi.

'Kakakku ada di rooftop A'M Caffe'

Begitulah pesan singkat dari Eva, adik pacarnya. Tumben adik pacarnya ini baik padanya, bukannya biasa hanya bisa mengganggu nya? Sudahlah, jangan memikirkannya dahulu. Lebih baik dia fokus mencari pacar nya yang kini menghilang entah kemana.

"Dimana sih," gumam Ryan frustasi.

Saat sudah menyerah dan ingin putar balik, matanya menangkap seorang gadis yang sangat ia kenali. Itu Misha nya, pacarnya!

Tanpa memikirkan mobilnya yang masih ada dijalan raya, Ryan mematikan mesin mobil. Dia berlari keluar untuk menghampiri Misha yang tengah menyesap secangkir kopi.

"Deera," panggil Ryan membuat Misha tersedak.

"Dean?" tanya Misha tak percaya.

"Ngapain kesini?" tanya Misha lagi.

"Aku nyariin kamu, kenapa kamu pergi sih?" rengek Ryan pada Misha.

Misha menatap Ryan datar, ia mengacuhkan Ryan serta melanjutkan acara minum kopi nya. Misha malas menanggapi orang yang meninggalkannya begitu saja.

"Deera," rengek Ryan.

Dia merasa semakin bersalah ketika Misha mengabaikannya, rengekan demi rengekan terdengar dari mulut Ryan. Tentu saja hal itu membuat mereka berdua jadi pusat perhatian.

"Cukup Dean." tegas Misha muak.

"Deera, kenapa kamu kek gini sama aku?" rengek Ryan bertanya.

"Kamu masih bertanya setelah kejadian tadi? Gak punya muka kamu?" tanya Misha sarkas.

"Maaf Deera, aku sangat shock setelah mendapat rentetan pertanyaan dari ibu dan kakakmu"

Terang Ryan menatap Misha dengan tatapan memelas, Misha tak sanggup melihat wajah memelas dari Ryan. Ia segera menutup wajah Ryan menggunakan telapak tangannya, ia mendesah kesal karena tak bisa mengabaikan pria tampan ini.

"Hah, tau lah." ketus Misha mengalihkan pandangannya.

"Deera.. Gaenak dicuekin kamu, jangan kek gini.." rengek Ryan.

"Apa yang harus aku lakukan, supaya kamu maafin aku?" tanya Ryan.

"Tau, fikir aja sendiri!" ketus nya sambil kembali menyesap kopi nya.

Saat Ryan perhatikan, Misha ternyata bukan meminum kopi. Melainkan Hot Greentea latte, tampaknya itu minuman kesukaan Misha' fikir Ryan.

Tak..

Misha meletakkan gelas kosong itu dimeja dengan lumayan kencang, matanya menatap Ryan datar dan lagi lagi menghela nafas.

"Kesalahanmu sulit dimaafkan, menyedihkan rasanya saat seorang Misha ditinggalkan oleh pacarnya sendiri," beber Misha tak suka.

Dengan bibir mengerucut, Ryan mengangkat tangan untuk memanggil waiters. Ia memesan sesuatu yang tak didengar oleh Misha karena Ryan berbisik pelan.

Setelah beberapa lama Waiters itu kembali dengan nampan berisi satu gelas greentea latte, black tea dan sepiring Yagkwa. Saat Ryan menyodorkan secangkir hot greentea latte mata Misha menerjab tak percaya.

"Untuk ku?" tanya Misha memastikan.

"Tidak, ini untuk kekasihku." balas Ryan yakin.

"Karena kamu sudah tinggal di korea lumayan lama, pasti kamu suka Yakgwa kan?" tebak Ryan tersenyum bahagia.

Mata Misha memicing saat mendengar ucapan Ryan, bagaimana pacarnya itu tau makanan kesukaannya? Apa ada mulut ember di sekitarnya?

Hachuh!

Eva yang tengah nge-stalk akun Shakeel tiba-tiba bersin, ia mengusap hidungnya dan menarik nafas, sampai bunyi tak mengenakkan terdengar.

"Ada yang ngomongin gue nih, fix banget." gumam Eva tak peduli.

***

Rencana Ryan membujuk Misha dengan secangkir hot greentea latte dan sepiring Yakgwa berhasil, kekesalan Misha sekarang mulai mereda.

Namun kini keduanya tengah menikmati bunga ditaman yang tak jauh dari caffe Misha berada tadi, setelah suapan Yakgwa pertama. Mereka dikejutkan oleh polisi yang datang untuk menilang mobil Ryan.

"Maaf karena ku, kita jadi di usir dari Caffe.. Padahal acara minum mu belum selesai," ucap Ryan menyesal.

"Gak papa kali, lagian kalau tidak di usir mungkin aku akan menghabiskan banyak uang di sana."

Misha berkata dengan serius, itu semua memang kenyataan. Dia tak bisa menghentikan dirinya yang terus memesan Greentea untuk diminum, bisa dibilang ia ketergantungan Greentea. Misha tak dapat menghentikan rasa ingin meminum Greentea, jadi dia harus dihentikan oleh orang lain.

"Lagian kalau kebanyakan, bisa-bisa aku sakit hati," lanjut Misha pelan.

Ryan menerjab tak paham, apa maksud perkataan Misha tadi? Apa dia terlalu bodoh sehingga tak memahami nya?

"Sakit hati.. Karena greentea?" tanya Ryan memastikan.

"Iyalah, setelah searching. Greentea bisa bikin orang yang ketergantungan nya sakit hati," jawab Misha seadanya.

"Sakit hati.. Ternyata bisa karena Greentea juga toh? Kirain cuma bisa karena cowo," ucap Ryan polos.

Misha terdiam mendengar perkataan polos Ryan, demi memastikan apa pacarnya itu sok polos atau emang polos. Misha menatap Ryan heran.

"Bukan sakit hati yang itu,"

"Lha? Emang ada jenis sakit hati baru?" tanya Ryan menerjab.

"Oh emang polos," gumam Misha mengalihkan pandangan.

Srek..

"Ngap--"

Pertanyaan Ryan terhenti saat Misha yang tiba-tiba berlari hampir ditabrak mobil, ia segera bangkit dan menghampiri Misha dengan panik.

"Deera! Kenapa kamu loncat ke arah mobil?!" pekik Ryan panik.

Misha tak menjawab, ringisan pelan terdengar dari balik tubuh Misha. Ryan mencoba menilik siapa gerangan yang ada dibalik tubuh pacarnya, oh? Seorang bocah?

"Kau baik-baik saja?" tanya Misha pelan pada gadis kecil dipelukannya.

"Sakit," rengek gadis kecil itu menunuuk lututnya yang berdarah.

"Cup, cup, cup.. Jangan nangis yah.." rayu Misha sambil menggendong gadis kecil itu.

"Kau punya kotak p3k bukan?" tanya Misha diangguki Ryan.

Dengan sigap Ryan menuju mobilnya diikuti Misha, luka gadis kecil yang sepertinya berusia 7 tahun itu diobati teliti oleh Misha.

"Sudah tak sakit?" tanya Misha lembut.

"S-sudah.." jawab gadis itu terisak.

"Kamu kenapa ada dipinggir jalan? Bahaya sayang," nasehat Misha menoel hidung gadis kecil tadi.

"A-aku nyari kakak," ujar gadis itu masih terisak.

"Riella!" seru seorang remaja laki-laki berusia 15 tahunan.

"Kak Revan!" rengek gadis itu merentangkan kedua tangannya.

Remaja bernama Revan itu menggendong sang adik dengan sigap, dia bergumam puji syukur pada tuhan karena bisa menemukan adik sepupu nya.

"Kamu dari mana saja? Ayahmu mencari dengan khawatir dirumah," omel Revan.

"A-aku gak suka liat Papa berantem sama Mama.." ucap gadis kecil itu menunduk sedih.

"Hei, Papa sama Mama kamu gak berantem.. Mereka cuma debat untuk nentuin kamu tinggal bareng siapa," ujar Revan tersenyum hangat.

Hmm, apa bedanya?__ Misha hnya bisa menerjab bingung mendengar pembicaraan remaja yang lebih muda dua tahun darinya.

"Pulang yah," ajak Revan.

"T-tapi kalau mereka bera--"

"Gak akan Riella, kakak akan lindungin kamu!" tegas Revan membuat Riella mengangguk. Setelah mengucapkan terimakasih pada Misha dan Ryan, mereka berdua beranjak menjauh.

"Hmm.. Jadi kita kemana sekarang?" tanya Ryan setelah terdiam beberapa waktu lalu.

"Pulang aja deh, udah jam segini juga"

Misha melirik jam nya yang sudah menunjukkan pukul 5 sore, Misha berhenti melangkah ketika merasa ada yang janggal.

"Dean, mobil kamu mana?"

Pertanyaan Misha membuat Ryan menepuk keningnya, dia tak sadar mobil nya tadi sudah tak ada ditempat.

"Lah?! Mobil aku kemana?"

***

avataravatar
Next chapter