6 Kecewa

Kruyuuukk...

Suara perut itu terdengar sangat keras didalam mobil yang ditumpangi Misha dan Eva.

"Ehehe, ke Resto di sana dulu yah"

Ujar Eva dengan wajah cerah tanpa malu, Misha menghela nafas dan mengabaikan Eva. Tak terhitung jumlah ia menghela nafas saat bersama Eva.

"Tanggung Evaa, tinggal 10 km sampe komplek" Misha menggelengkan kepala.

"Iih! Gue kan belom makan selama 3 jam lebih! Lapeerr" rengek Eva.

"Haah"

Misha menghela nafas dan mengambil ponselnya guna menelfon Duo A dan E yang berada dimobil satunya.

"Ada apa Mish?"

Di mobil satunya Anes bertanya dengan heran, tumben sekali Misha menelfonnya saat mengemudi.

"Kita ke Resto depan dulu" terang Misha membuka percakapan di telfon.

"Weeh! Lo peka banget yah Mish, kita lagi lapar juga!" seru Aixa antusias.

"Hn? Bukan gue, Eva kelaparan" jawab Misha enteng.

"Hilih, gak bisa bikin temen bahagia bentar" cibir Aixa.

"Lah, salah gue apa?"

Misha tampak kebingungan dengan nada bicara Aixa, apa ia salah bicara tadi? Tapi rasanya tidak, sungguh sahabat maupun adiknya tak ada yang benar.

"Entahlah!" balas Aixa tak peduli.

"Haah, yasudah maaf" ucap Misha dan memutus telfon.

Misha memarkirkan mobil nya di Restoran terdekat, begitu terparkir Eva keluar dengan perasaan bahagia.

"Yeeyy! Makaan! Ayo kita masuk!" seru Eva antusias dan berlari masuk di ikuti Aixa dan Lue.

"Kalian duluan, ada yang harus gue bicarakan dengan bang Richard" suruh Misha pada Sera dan Anes yang masih ada dibelakang Misha.

Keduanya mengangguk faham, mereka segera menyusul Eva dan Aixa yang sudah berlari an masuk.

"Halo Bang Richard"

Begitu telfon tersambung Misha berkata dengan dingin, terdengar helaan nafas lega ketika mendengar suara Misha.

"Syukurlah mood anda sudah kembali" ucap Richard di seberang sangat bersyukur.

"Ya, masalah di sana sudah diselesaikan bukan?" tanya Misha seraya bersandar dibadan mobilnya.

"Sudah Miss, sudah terkendali" jawab Richard.

"Baguslah, aku juga sudah malas melihat wajah mereka" Misha memejamkan matanya malas.

"Sudah Miss, bahkan saya sudah membuang tubuh mereka ke kandang Aery dkk" balas Richard membuat Misha tertawa puas.

Aery dkk, adalah nama untuk lima anjing Tibetan mastiff. Anjing besar yang bertubuh seperti singa, mereka adalah hewan kesayangan Misha.

"Ya sudahlah, mereka pasti bahagia memakan musuhku. Aku ada urusan, selamat tinggal" Misha memutus telfon.

Setelah menyimpan ponselnya, Misha melangkah menuju pintu Restoran yang sudah dimasuki Eva lebih dari 2 menit.

Bugh..

"Jalan hati-hati!" bentak pria yang menabrak Misha.

Kening Misha berkerut geram mendengar bentakan pria itu, perasaan dia masuk dengan cara yang benar. Pria didepannya ini lah yang salah, dia berlari dari dalam Restoran dan keluar tanpa memperhatikan sekitar.

"Tunggu, kau memarahiku?" tanya Misha tak percaya.

"Apa aku but--!" ucapan pria itu terhenti saat menatap wajah Misha.

Mata abu-abu Misha bertatap dengan mata hazel pria didepannya, pria itu membeku saat melihat mata Misha yang dingin melebihi kutub utara.

"Puas marahnya, PAK?" tanya Misha menekan kata 'Pak'.

"Apa?! Kau memanggilku pak?! Hei! Usiaku baru 17 tahun!"

Sontak pria itu membentak Misha saat di katai Pak oleh Misha, sedangkan Misha berdecak dan mengelus kupingnya yang sakit karena pria itu.

"Oh? Gak nanya" singkat Misha dan melangkah masuk.

"Kau tidak bisa lari setelah mengejekku!"

bentak pria itu sambil mencengram lengan kiri Misha.

"Lepaskan. Tanganku" Misha menekan kata-kata nya.

"Tidak sebelum kau minta maaf" balas pria itu keukeuh.

"Lepaskan." tekan Misha.

"Tidak sebelum k--"

Bugh..

Misha menonjok pria itu hingga terjatuh, dia berdecih saat melihat pergelangan tangannya memerah.

"Jika saja ini bukan Indonesia, pasti kau akan ku bunuh" gerutu Misha pelan dan masuk dengan kasar.

"Barusan.. dia nonjok muka gue? MUKA GUE?!" pekik pria itu histeris.

"My bebeb Ryaniaa, where are you?"

Pekikan dari dalam membuat pria itu menegang, ia segera berlari untuk kabur secepatnya.

***

Kreekk..

Misha duduk di meja tempat Eva, duo A dan E duduk. Didepannya terdapat banyak makanan, membuat Misha lagi lagi berdecak.

"Habis, lo pada makan segitu banyak?"

tanya Misha sarkas.

"Apaan sih kak, kan porsi kita emang kek gini"

ucap Eva heran.

"Tadi ada yang bikin lo bad mood?"btanya Anes menatap Misha.

"Hn" dehem Misha membuat Anes mengangguk.

"Udah diurus?" tanya Eva.

"Cuma gue tonjok, soalnya ribet kalo bunuh tu orang" jawab Misha santai dan menyesap coffee, yang sebelumnya sudah dipesankan oleh Eva.

"Haah, syukur deh lu nahan emosi" gumam Anes membuat Misha melirik tak suka.

"Lu pikir, gue gak bisa ngendaliin emosi apa?"

tanya Misha tak suka.

"Kan emang lo gak bisa ngendaliin emosi, buktinya kemarin aja Tara lu bunuh.. padahal cuma numpahin kopi ke novel elu," jawab Aixa tanpa memikirkan situasinya sendiri.

"Itu permasalahan yang serius Aixa, Novel gue itu semuanya limited edition. Harganya bahkan lebih mahal dari diri elu"

Ucapan dingin nan ketus dari Misha, berhasil membuat Aixa tersedak kol yang baru ia makan.

"Bushet, lu pikir diri gue seharga karung beras apa" gerutu Aixa.

"Harga elu mah, gak sampe satu bungkus ciki yang lima ratus perak" ucap Misha tak perduli, dia mengikat rambutnya dan mulai makan dengan tenang.

Aixa hendak berucap lagi namun di bekap oleh Anes, dengan isyarat mata menyuruh Aixa diam. Setelah makan mereka langsung ke Mansion Mandres, mereka langsung disambut orangtua Misha dan Eva serta kakak laki laki mereka.

"Huaaa! Misha! Eva! Abang kangen!" pekik laki laki berusia 18 tahun memeluk Anes dan Aixa.

Anes dan Aixa menerjab kaget saat dipeluk laki laki itu, sedangkan orangtua Misha serta Eva meringis melihat kelakuan anak keduanya.

"Ares.. Mereka bukan Misha dan Eva" ungkap wanita paruh baya meringis.

"Ah maaf! Misha, Eva. Maafin abang yah karna gak ngenalin kalian" ucap laki laki bernama Ares, seraya memegang bahu Lue dan Sera.

"Ck, adek sendiri aja gak di kenal in" ketus Eva dan melenggang masuk.

"Aku masuk dulu Mom, pengen istirahat" ucap Misha dingin, setelah mengecup pipi orangtuanya Misha beranjak menyusul Eva.

"Em.. Kami izin istirahat juga Tan, Om, Bang"

ucap duo A dan E kaku.

"Astaga Ares.. Kau tidak mengenali adikmu sendiri?!" pekik Mom mengoyangkan bahu Ares.

"A-Ares terlalu Excited Mom" ringis Ares pusing karna goncangan sang ibu.

"Dad gak tau, pokoknya kamu harus bisa balikin Mood twins" ucap Dad dingin dan melenggang masuk.

Jujur sebenarnya Leopard a.k.a Dad mereka sangat khawatir pada twins, pasalnya mereka dikirim ke Korea dengan sedikit paksaan. Tentu saja dia tau kalau Eva sebenarnya tak suka kembali ke Indonesia, putri bungsunya itu masih membenci nya.

"Jangan fikirkan Dad, kamu fikirin cara supaya twins gak marah lagi" ucap Mom dan menyusul Dad.

***

"Malam Mom, Dad, Bang" sapa Misha dan Eva bersamaan.

"Malam Eva, Misha" ucap ketiganya kaku.

"Dimana Duo A dan duo E?"

Misha bertanya dengan heran, saat menyadari keempat sahabat sekaligus rekan itu tidak ada ditempat.

"Ah, mereka barusan keluar. Katanya ada yang pengen diurus" ucap Dad.

"Mereka ninggalin pesan gak?" tanya Eva malas.

"Katanya Jakhakai" ucap Dad bingung.

"Ooh, begitu toh.. Mom masak apa hari ini?"

tanya Misha setelah mengangguk.

Jakhakai, pesan yang diberikan duo A dan E adalah singkatan 'Jangan Khawatirkan Kami'. Itu artinya mereka sedang melakukan kegiatan yang cukup membahayakan nyawa, Misi yang datang kepada Gold Moonlight dan Black Moonlight secara bersamaan.

Biasanya Misi bersama bisa terjadi karena, masalah yang diminta oleh orang dari dunia malam cukup berbahaya. Jika sangat berbahaya, maka akan ditangani oleh Misha dan Eva secara langsung.

"Mom masak makanan kesukaan kalian!" seru Mom tersenyum sambil meletakkan beberapa lauk di piring keduanya.

"Mom, Eva alergi nanas" ujar Eva datar ketika menyadari di piringnya ada nanas yang bercampur dengan kepiting.

"Mom, Misha alergi kepiting" ucap Misha menatap kepiting dipiringnya jijik.

"A-ah! Maafkan Mom! Mom tidak ing--"

ucapan dari Mom mereka langsung dipotong Eva.

"Apa kami sudah dilupakan? Bahkan orangtua kami tidak ingat alergi yang dimiliki anaknya"

decih Eva marah.

Kreekk..

Eva berdiri dan menatap orangtuanya marah, dia berdecak dan beranjak keluar dari mansion.

"Eva!" seru Misha memanggil Eva.

"Mom, Eva biar Misha yang urus. Besok kami sekolah ke A'M High School" dingin Misha segera berlari menyusul Eva.

Bruummm..

Tepat saat Misha sampai didepan pintu utama, Eva telah pergi menggunakan motor Vyrus Alyen 988.

"Ck, nyusahin amat sih ni anak" decak Misha seraya menghampiri motor Vyrus Alyen 988 nya pula. Mereka membawa dua motor mahal itu dari Korea, motor itu di beli saat berusia 14 tahun.

Brummmm...

"Woii!!" pekik Misha dari belakang membuat Eva kaget.

"Cih, padahal baru sok galau" decih Eva dan memperlambat laju motornya.

"Kita ke A'M Càfe!" seru Misha karna deru knalpot mereka sangat kencang, membuat mereka terpaksa berteriak.

"Hn" dehem Eva dan membelokkan motor kearah Jln Pinus Raya Barat.

Setelah memarkirkan motornya mereka memasuki cafe yang Misha kelola lebih dari 3 tahun.

"Selamat datang"vketus pelayan yang menjaga pintu.

Mereka mendelik tak suka mendengar dan melihat perlakuan pelayan itu pada mereka, apa memakai baju kebesaran dan hotpants salah?

"Pelayan"vpanggil Misha ketika sudah duduk.

Zesstt..

Emosi Misha mulai tersulut, saat tidak ada satupun pelayan yang menghampiri mereka berdua.

"Pelayan!" panggil Misha lebih keras.

Zessstt..

Masih saja diabaikan, mereka semua bertingkah seperti Misha dan Eva tidak ada.

"Benar benar memalukan" desis Eva membuang muka, saat beberapa pengunjung menatap mereka rendah.

"PELAYAN!" bentak Misha keras sambil menggebrak meja.

Bukannya pelayan yang datang, malah Security yang menghampiri mereka dengan wajah sangar.

"Jangan membuat kekacauan di sini! Pergi sekarang" desis Security itu kesal.

Zesstttt..

Bugh..

"Pergi mukamu! Sasha! Kemana kau Sasha!"

Emosi Misha memuncak, setelah menonjok security sampai pingsan ia berteriak marah. Para pelayan mulai berbisik ketika mendengar nama Sasha, sang manager yang di sana.

Rahang Misha mengeras dan sorot pandang Misha menyeramkan, Eva menyadari itu namun tak perduli. Lagian salah mereka juga, ngapain sih ganggu orang yang lagi bad mood. Kalau dia diperlakukan seperti kakaknya pun, dia akan mengamuk lebih parah.

Misha menelfon Sasha dan dengan cepat diangkat oleh manager kepercayaannya.

"Ya Miss, apa kabar?" sapa Sasha di seberang.

"Dimana kau sekarang Sash.?" desis Misha.

"Saya di A'M Càfe Miss" ucap Sasha polos.

"Kalau begitu.. CEPAT KELUAR DAN HADAPI AKU YANG ADA DILANTAI SATU!" bentak Misha.

"B-Baik Miss!" pekik Sasha dan menutup telfon.

Tak lama grasak grusuk dari lantai atas terdengar, munculah sosok gadis berusia 20 tahun dengan tergesa. Dia menatap semua wajah yang ada di A'M Càfe, setelah menemukan wajah yang dicarinya, dengan segera ia berlari mendekat.

Brukk..

Gadis itu bersujud dikaki Misha, meski tak tau apa yang tengah terjadi dia yakin. Misha tengah marah akan suatu hal, aura membunuh Misha sangat kejam hingga terasa sampai orang awam.

"Pecat semua karyawan termasuk Security di sini, yang bekerja sekarang" desis Misha diangguki patuh oleh gadis bernama Sasha.

"Baik! Akan saya pecat mulai detik ini!" patuh Sasha gemetar.

"Manager! Kenapa kau memecat kami, hanya karna orang rendahan ini?!" bentak karyawan Sasha tak percaya.

"Kenapa An--"

Crakkk..

Mulut pria yang berteriak tadi sobek setelah sebuah pisau melayang kearah mulutnya. Darah merembes keluar tanpa bisa dihentikan, melihat itu Misha tersenyum puas dan memesan greentea latte plus beberapa makanan.

***

avataravatar
Next chapter