8 Hukuman Kecil

Setelah Misha melanjutkan acara makan nya, Sisca yang masih terbaring dilantai menjadi bahan lawakan di sana.

"Lihat~ katanya pacar leader Gold Moonlight~ tapi kok lemah?"

"Hoax itu mah, mana mau leader Gold Moonlight punya pacar lemah kek dia~"

"Hee~ jangan begitu, bagaimana kalau kita dibunuh nanti?"

"Huaa, aku takut~"

"Hahahahaha!"

Semua warga sekolah mengejek Sisca habis-habisan, siapa yang tidak malu mendapat perlakuan seperti itu. Dengan susah payah Sisca berdiri dan berjalan menghampiri Misha, adik kelas yang bersamanya tadi membantu Sisca untuk berjalan.

Plakk...

"Apa apaan itu tadi?! Lo berani dengan pacarnya Leader Gold Moonlight?! Gue pacar mafia terkejam!" seru Sisca murka setelah memukul kepala bagian belakang Misha.

PFFTTHHH.!

Duo E, A dan Eva berusaha keras menahan tawa yang keluar karena lawakan dari Sisca. Bahu mereka terguncang karena berusaha menahan tawa, mereka masih sayang nyawa. Jika mereka tertawa, mungkin nyawa mereka akan direnggut oleh Misha.

"Pacar leader Gold Moonlight katanya? Lo fikir gue lesbi apa," gumam Misha menunduk.

Kerutan di kening Misha tak dapat disembunyikan, banyak orang yang mengira kalau Misha tengah takut. Kenyataannya Misha justru marah karena dianggap Lesbi oleh Sisca, hei dia itu normal!

"Huh, takutkan lo sama gue?" Sisca bertanya sambil meremehkan.

"Hm" dehem Misha beranjak.

Brukk..

Didepan pintu kantin Misha bertabrakan dengan seseorang yang datang dari arah yang berbeda. Misha termundur karena hal itu, sedangkan sosok tadi terpental dan jatuh.

"Kyaa!! My Ryania!" pekik seorang gadis sambil membantu sosok itu berdiri.

"Buta yah lo?! Gimana ceritanya lo nabrak My Ryania sampe kek gini?! Mau gue tampar ha?" bentak gadis itu pada Misha.

Misha menatap gadis itu dengan tatapan rumit, dia melirik name tag yang ada didada kiri gadis itu dan menghela nafas.

"Dengerin Caroline tyler, gue gak nabrak My apalah itu" tegas Misha malas.

"Jangan ngeles deh! Bilang aja lo pengen merasakan gimana kekarnya tubuh My Ryania kan!" hardik gadis bernama Caroline marah.

"Oline? Dia nyari masalah sama lo juga?"

tanya Sisca menghampiri Caroline.

"OMG! Sisca! Wajah lo kenapa?!" pekik Caroline memegang kedua pipi Sisca.

"Tuh, dia yang bikin gue jadi kek gini" Sisca menunjuk Misha.

"Dasar Jal--"

Plakk...

"Jangan pernah berani lo ngatain gue kek gitu!" desis Misha dan pergi.

Dugh..

Bahu Caroline dan Sisca disenggol oleh Eva, Duo A dan E dengan sengaja melakukan hal itu ketika mengikuti Misha dari belakang.

"Mampus lo malam ini~" ucap Eva tepat di samping telinga Sisca.

"Maksud lo apa?!" pekik Sisca.

"Fikir aja sendiri" Eva menatap Sisca dengan smirk puas lalu beranjak pergi.

***

Di kelas tampak Misha sedang adik membaca novel yang ia bawa dari rumah, mengabaikan kebisingan yang ada di sana dan berfokus pada novelnya.

"Lo ngebiarin si Sisca itu?" tanya Aixa penasaran.

"Mish?" panggil Aixa saat Misha mengacuhkannya.

"Misha" rengek Aixa.

Srekk..

Misha menutup novelnya dan menatap Aixa yang duduk disampingnya lekat, tatapan Misha sangat dingin pada Aixa.

"Menurut lo, gue bakal biarin masalah ini?"

tanya Misha balik.

"Ya enggak lah" ucap Aixa pede.

"Tuh tau, liat aja entar" ketus Misha malas dan melanjutkan membaca.

*MALAM HARINYA..

"Kalian siapa sih?! Lepasin gak?! Lepasin!"

pekik Sisca memberontak pada dua pria yang menyeretnya.

"Woi kalian siapa?! Gelap!"

Sisca terus berontak sambil berteriak kencang, pasalnya matanya ditutup, membuatnya tak mampu melihat.

Brukk..

Sisca dilemparkan begitu saja kelantai, suara derap langkah menjauh membuat Sisca segera melepas ikatan kain dimatanya.

"Dimana ini?! Hei! Lepasin gue! Gue itu pacarnya Leader Gold Moonlight!" bentak Sisca pada dua orang yang berdiri disamping pintu.

Jaraknya dengan dua pria itu 3 meter, sangatlah jauh. Saat hendak melangkah, dirinya terkenti ketika mendengar suara tawa dari belakang.

"Siapa itu?!" tanya Sisca waspada.

"Lo.. Pacarnya Leader Gold Moonlight? Gak salah denger gue?" sosok yang duduk dikursi dalam gelap bertanya dengan sinis.

"Iya, kenapa? Takut kan?! Makanya lepasin gue kalo gak mau kenapa napa" ucap Sisca remeh.

"Ternyata, lo belum faham situasinya yah"

sosok itu terkekeh berat, karena Sisca belum saja menyadari posisi nya.

Prok...

Prokk..

Suara tepuk tangan itu terdengar bersamaan lampu yang menyala, sekarang sosok dikursi dalam gelap itu terlihat sepenuhnya. Mata Sisca melotot saat tau siapa itu, badannya gemetar karena flashback kejadian tadi siang terulang dibenaknya.

"L-lo kan murid tadi siang?!" pekik Sisca sambil menunjuk sosok yang tengah malam duduk dikursi.

"Lu tadi bilang kalau lo pacar Leader Gold Moonlight kan? Emang lo lesbi?"

Misha menatap Sisca jijik, ia bahkan bertanya dengan tak suka pada Sisca. Ya, sosok yang duduk itu adalah Misha.

"Hah?! Kan gue bilang pacar gue tuh Leader Gold Moonlight! Mafia yang menaklukan gangster dan mafia kotor!" bentak Sisca sombong.

"Bang Richard, Leechan. Leader Gold Moonlight itu siapa sih?" tanya Misha pada dua pria yang menjaga pintu.

"Anda Miss!" ucap mereka berdua serius.

Sisca menatap kedua pria itu tak percaya, dia tertawa keras dan menunjuk nunjuk Misha. Mana mungkin gadis seperti Misha menjadi seorang pemimpin Clan mafia, itulah yang dipikiran Sisca.

"Ya! Ya! Kalau ingin bercanda jangan kelewatan! Jelas jelas pacarku Leader Gold Moonlight!" ucap Sisca sombong.

Srekk..

Misha bangkit dan melangkah mendekati Sisca, seolah tau jalan fikir Misha dua pria itu berbalik dan memejamkan mata mereka.

Dalam sekejap ruangan yang berisikan Misha, Sisca dan dua anak buah Misha menjadi rusuh luar biasa. Teriakan kesakitan dari Sisca menggema sampai kelorong markas, pria maupun wanita yang melangkah melewati ruangan itu bahkan dibuat merinding.

Misha menyiksa Sisca tanpa ampunan, dirinya merasa kotor karena dianggap pacar oleh gadis didepannya ini. Hey dia gadis normal, Misha mana mau mengabaikan orang yang bilang kalau dia pacar leader Gold Moonlight.

'Kalau kau teruskan doi bisa mati' ucap seseorang saat Misha memukuli Sisca.

"Diem deh, ganggu"ketus Misha tak memperdulikan sosok itu dan terus memukuli Sisca.

'Awas belakangmu' sosok itu memberitahu dengan malas.

Srekk..

Seseorang menyerang Misha dari belakang menggunakan pisau, awalnya incaran orang itu adalah leher. Namun dengan sigap Misha menghalau dengan tangan kiri, akibatnya kini lengan kirinya sobek sangat dalam.

"Apa ini? Leechan, bukan kah ini bawahanmu?"

Misha menatap pria yang menyerang dirinya dengan tatapan tak percaya, padahal pria itu jelas-jelas anak buahnya.

"Maafkan saya Miss, saya akan menghukum dia langsung" ucap Leechan membungkuk.

Bugh..

Tanpa aba-aba Richard memberi pria itu tonjokan yang luar biasa, pria itu langsung tersungkur dan mengeluarkan dua gigi nya yang patah.

"Lio! Kelakuanmu sangatlah tidak baik!" desis Richard menatap pria bernama Lionel Degra itu marah.

Duagh..

Misha menendang Lionel tanpa perasaan, dia berdecih dan memegang lengan kirinya yang terus mengeluarkan darah.

"Inilah yang namanya,di beri hati minta jantung." ujar Misha datar.

"Sisca, kali ini Lo gue ampunin. Jangan pernah nyari masalah sama gue dan temen gue lagi," lanjut Misha dan melangkah pergi.

"Miss! Kami boleh menghukum Lionel bukan?"

tanya Richard berseru.

"Kau pikir, aku memaafkan orang yang sudah melukaiku, seperti ini?" tanya Misha balik sambil menoleh.

"Tidak Miss"

"Kalau begitu, silahkan hukum sesuai besar masalahnya!" kata Misha dingin.

Keluarnya Misha membuat anak Gold Moonlight yang sedang menguping tersungkur, dengan segera semuanya bangun dan membungkuk ketika Misha menatap mereka datar.

"Jangan pernah menguping pembicaraan bos mu, itupun kalau kalian masih sayang nyawa" kecam Misha enteng.

Setelah mengobati lukanya di ruang medis Misha kembali ke mansion, karena bulan sudah muncul menggantikan matahari.

***

"Misha pulang," salam Misha malas sambil memasuki mansion.

"Nak, kamu darimana? Kok ditelfon gak diang--"

Belum selesai Mom Misha bertanya, dirinya sudah mengangkat ponsel didepan wajah Mom. Tak sopan memang, namun dia melakukannya karena sangat lelah.

"Abis baterai" terang Misha.

"Hah, yasudah. Ayo makan dulu, pasti belom makan" ajak Mom sambil menarik tangan kanan Misha.

"Aku ngantuk Mom.." ucap Misha setengah merengek.

Kruyuukk..

Suara perut Misha membuat Mom tersenyum, dia terkekeh dan mengusap tangan kanan Misha yang ia pegang sekarang.

"Kamu ngantuk, tapi perut kamu demo" kelakar Mom, pipi Misha bersemu samar mendengar ucapan ibu nya itu.

"Lama!" ketus Eva ketika Misha dan Mom memasuki ruang makan.

Di sana sudah ada duo E, A, Eva, bang Ares dan Dad. Nampaknya mereka belum menyentuh makanan yang ada didepan mereka.

"Kenapa gak makan duluan sih? Gue kan gak bilang pulangnya kapan" ucap Misha mengomeli Eva.

"Mom ngotot nunggu elu dari jam 6 sore tadi, laper tau nunggu 2 jam. Mau mati" ketus Eva merebahkan kepala dipiring kosong yang ada didepannya.

"Maafin Mom yah semuanya, Mom gak enak ninggalin Misha" Mom tampak merasa bersalah.

"Tak apa Mom, ayo makan. Pasti kalian kelaparan," jawab Misha duduk di kursinya.

"Bukan kelaparan lagi, berasa puasa gue"

celetuk Aixa

Misha tak menghiraukan ucapan Aixa dan mulai makan, saat mengambil garpu dengan gangan kirinya dia meringis. Eva sontak menatap Misha karena merasakan sakit dibagian lengan kiri, dia melirik lengan kiri Misha yang tampak kaku itu dengan intens.

"Lukatu?" tanya Eva pada kakaknya.

Lukatu, kepanjangan dari Luka Kapan Itu. Salah satu kalimat yang digunakan ketika berada didepan umum.

"Tadi"

Misha tak menjawab Eva dengan serius karena sedang memikirkan bagaimana caranya makan. Jika lengan kirinya digerakkan, perban yang membungkus lukanya akan bergesekan dengan luka itu.

Itu akan membuat lukanya terbuka dan mengeluarkan darah, kemudian darah itu akan tetes kemeja makan dan pasti akan mengejutkan semua orang.

Fikiranmu begitu rumit Misha, sudahlah. Aku ikutan pusing ini__ gerutu Lezzy, salah satu kepribadiannya.

Kau sedang ditatap Mom penasaran__ ucap Devi to the point.

"Misha sayang? Kamu kenapa hnn?" tanya Mom sambil mengelus rambut pirang Misha.

"Mager" balas Misha cepat.

"Astaga! Baiklah sini mama suapin" ucap Mom antusias dan menyuapi Misha.

"Cih, manja" decih Eva sinis.

"Iri? Bilang bos, hahay" ucap Misha balik dengan sinis.

Semuanya terbahak ketika Eva tak dapat membalas ucapan Misha, dirinya berdecak kesal karena tak dapat melawan kakaknya.

***

avataravatar
Next chapter