14 Eva Polos Atau Bego?

Zishhh.

Suara mengilukan terdengar di telinga Misha, ia menghela nafas karena tau apa yang terjadi pada dirinya.

"Qendy, lo gak perlu maksa gue ke rumah elu"

keluh Misha.

"Kalau gak pake cara kek gini lu gak bakalan kesini kan?" tanya pria bermata merah kesal.

"Hah, Qen. Gue gabisa lama lama di sini, ini menentang hukum alam" keluh Misha lagi.

"Menentang apa nya? Lu kan cuma mampir ke rumah gue" heran pria bernama Qendy.

"Lu fikir ada manusia yang bisa keluar masuk dimensi lain kek gue?" tanya Misha kesal.

"Ada, elu" jawab Qendy enteng.

"Ck, yaudah ada keperluan apa lu manggil gue?" tanya Misha to the point.

"Iriedella kangen elu, dia pen main sama lu katanya" jelas Qendy memasuki rumah, ralat istana besar dibelakang mereka.

"Dih, tapi Lucifer gaada kan? Gue males bat ketemu dia" keluh Misha.

Iriedella adalah adik Qendy, sedangkan Lucifer adalah kakak Qendy. Misha risih jika bertemu Lucifer itu karena Lucifer terpesona dengan Misha yang bisa mengalahkan dan merebut takhta nya.

"Gaada kok, dia lagi gue kirim ke kerajaan Leviathan" ucap Qendy malas.

"Mishaaa!" pekik seorang gadis bermata merah, ia berlari dari lantai dua demi menghampiri Misha.

"Iriedella, jangan lari! Kau ini, tidak ada Wibawa sebagai Putri tunggal kerajaan ini!"

omel Qendy sambil memukul kepala adiknya.

"Kakak! Kau mempermalukanku dihadapan Misha!" keluh Iriedella.

"Huh! Yasudah, sana main! Aku mau mengurus masalah kerajaan lagi" ketus Qendy pergi.

"Jadi kita mau bermain apa? Tau kan aku tidak bisa lama?" tanya Misha diangguki Iriedella.

"Ayo ikut, aku mau ngenalin Misha ke temen temen ku" ajak Iriedella menarik tangan Misha.

Misha dibawa ke bagian belakang kerajaan, disana terlihat beberapa Chimera dan Hell Dog tengah berlarian.

"Ciela! Dozy!" pekik Iriedella membuat satu Chimera dan satu Hell Dog menoleh.

Dua makhluk penghuni neraka itu berlari kearah Iriedella dan menatap Misha penasaran, mereka menatap Iriedella untuk mengetahui siapa sosok disampingnya itu.

"Apa?" tanya Iriedella polos.

"Haah, dia siapa Putri? Aku tak pernah melihatnya disini" tanya Chimera itu lelah.

"Aroma nya juga bukan berasal dari Neraka, dia dari luar?" tanya Hell Dog setelah mengendus-endus Misha.

"Dia manusia yang ku ceritakan! Misha perkenalkan mereka Ciela dan Dozy" ujar Iriedella.

"Ah!? Maksudmu dia manusia yang bisa memasuki Neraka atau surga? Bukankah itu menentang alam?" heran Chimera.

"Aku juga tak tahu, entah bagaimana aku bisa memasuki dua tempat ini. Tapi aku tak bisa mencampuri masalah para malaikat dan manusia yang masuk surga atau neraka," jelas Misha seadanya.

"Kalau kau bisa mencampuri dua masalah itu, kau akan mati! Mana mungkin dia yang membuat takdir membiarkan ada ciptaannya berbuat seenaknya di sini" ujar Hell Dog malas.

"Dih, siapa juga yang pengen kek gitu?" ketus Misha. Ia dan hell dog itu saling bertatap tajam membuat Chimera dan Iriedella menghela nafas.

"Hei sudah sudah, aku mengajak Misha kemari karena ingin bermain bersama" keluh Iriedella.

"Baiklah, memangnya kita akan main apa?"

tanya Misha setelah menghela nafas.

"Kita akan berma--"

"Misha?! Kau kah itu?!"

Perkataan Iriedella terpotong oleh pekikan tak percaya dari arah belakang, seketika badan Misha menegang karena mengenal betul pemilik suara itu.

"Iriedella, maafkan aku" ujar Misha serius.

Zshii..

"Lha?! Misha nya kemana?!" tanya pria besar bermata merah panik.

"Haah, kak. Karena mu aku tak jadi main bersama Misha" keluh Iriedella.

"Aku akan menyusulnya ke dunia manusia"

putus nya dan memejamkan mata.

Plakk..

Tepat sedetik sebelum pria itu menghilang, ia di tampar sangat keras oleh Qendy yang datang dengan nafas ngos-ngosan.

"Lucifer sialan! Kalau lo keluar dari sini kekacauan akan terjadi!" bentak Qendy.

"Trus? Gue harus gak jadi nyusul Misha gitu? Ya kagak lah" ketus Lucifer.

"Lu aja bisa ke tempat Misha, masa gue gak bisa" lanjutnya.

"Lu kan di kutuk! Dah diem aja, sana urus anak buah lo yang ngamuk!" bentak Qendy.

"Ck, jadi Raja kok pemarah" sinis Lucifer pergi.

"Aku gagal bermain sama Misha" keluh Iriedella.

"Bersabar sajalah, Dia tak mungkin bisa kesini dalam waktu dekat" ujar Qendy memijit pelipisnya.

***

Zshii

"Ughhh" ringis Misha saat berhasil kembali kedalam tubuhnya.

"Misha?! Kamu gapapa?" tanya Ryan panik.

"Hn? Kenapa?" heran Misha.

"Hidung kamu mimisan!" pekik Ryan.

Saat Misha menyentuh hidungnya menggunakan tangan, ia tersadar kalau dia mimisan.

"Oh iya" gumam Misha dan menutup hidungnya.

"Nih bersihin pake tisu!" suruh Ryan menyodorkan sebungkus tisu. Misha membersihkan darah yang terus menetes dari hidung nya dengan tenang, kepalanya baru terasa pusing sekarang.

Kita dikantin__ujar Devi memberitahu.

Misha mengangguk dan menghela nafas, faktor dirinya mimisan setelah kembali dari istana Qendy sudah menjadi hal yang lumrah.

Duagh..

"Yo kak! Gimana pdkt nya?" tanya Eva santai setelah menabok Misha.

"Lu fikir aja sendiri!" Misha bersungut kesal sambil menatap Eva dengan hidung yang berlinang darah.

"OMG OMG OMG!!! LU DIAPAIN RYAN KAK?!"

pekik Eva panik.

"Lah? Kok malah gue yang di salahin?" tanya Ryan mencicit.

"Cowo kan selalu salah!" tukas Eva.

"Haah, Eva. Ini bukan salah Dean, ini akibat Qendy" terang Misha dan mengumpulkan tisu kotor yang berceceran dimeja.

"Ouh.. Maaf Ryan" sesal Eva malu.

"Gapapa, sumpah gapapa. Demi Alex kaga ngapa ngapa, tapi lu mikir lah anj!" ungkapnya menghela nafas. Eva tersentak mendengar perkataan Ryan, begitu ia menatapnya Ryan berdiri dan beranjak.

"Woi! Lu dah nyerah dapetin hati kakak gue?!"

seru Eva.

"Tar ajalah, males gue kalo ada elu. Dasar biang rusuh" rajuk Ryan dan pergi.

"Nahlo, cogan gue dah lari~" ledek Misha setengah sedih.

"M-maaf kak" ringis Eva.

"Hahaha! Gapapa lagi, kita kan harus ngadain Quality time juga.. akhir-akhir ini kita di sibukan sama cowok" keluh Misha diangguki Eva.

Mereka akhirnya terbahak dan segera memesan banyak makanan, sekarang bukannya masuk saat bel berbunyi keduanya malah asik menonton drama dari negeri ginseng.

*SETENGAH JAM KEMUDIAN ~

"Hn, kalo difikir fikir dari beberapa drakor yang udah gue tonton.. kok rata-rata tokoh utamanya bisa masuk ke jaman dulu setelah ke cebur danau yak?" resah Eva diangguki Misha.

"Kalo gue nyebur kira kira bisa masuk abad pertengahan juga gak ya?" racau Eva makin menjadi.

"Kenapa gak lu coba aja? Kebetulan di belakang gedung olahraga ada kolam ikan" canda Misha.

"Boleh juga ide lu kak! Yaudah gue coba dulu!"

serunya dan berlari pergi.

"Uhuk! Uhuk! Ban*sat! Dia percaya aja?" tanya Misha shock.

Setelah menyuapkan potongan terakhir dari bakso beranak miliknya, Misha segera berlari menyusul Eva dengan mulut penuh bakso. Pipi Misha yang sudah chubby kini tambah chubby, dia berlari kencang saat tidak melihat Eva.

Cemplung..

"Asyu!! Gue lupa gabisa renang! Help!" Eva terpekik panik setelah menyeburkan diri ke kolam.

"Sianyink, gabisa renang sok sokan nyebur!"

keluh Misha melepas kancing almamater nya.

Setelah melepas almamater nya Misha segera menyeburkan diri, namun kepalanya terpentok batu didasar kolam.

"Anju! Gue lupa kolamnya dangkal!" bentak Misha membuat Eva berhenti seolah tenggelam.

"Laah! Iya ya!" cengir Eva.

"Haah, bukannya nyelametin elu pala gue malah bocor" keluh Misha.

Eva hanya terkekeh bodoh dan membantu Misha menutup luka di keningnya menggunakan tangan.

"Heh! Tangan lu kotor!" erang Misha.

"Eeh!? Gomen gomen!" pekiknya dan kabur.

***

avataravatar
Next chapter