12 Eva Jatuh Cinta?

Eva terlihat gelabakan sambil terus meminta maaf pada Aixa, sayangnya ia di abaikan oleh Aixa. Setelah diobati oleh Anes, Eva menarik tangan Aixa kedepan pagar dan mentraktir nya gorengan di sana.

"Lu gak salah, traktir kita berdua pake gorengan?" tanya Anes kaku.

"Kenapa? Gak level yak? Enak tau, apalagi bikinan mang Ojan" Eva berkata sambil menabok pria paruh baya yang tengah menggoreng bakwan.

"Sakit neng, kalo tulang saya patah gimana?"

protes pria itu mengelus punggungnya yang panas.

"Ehehe, ya tinggal operasi," ujar Eva dengan mudahnya.

Plakk

"Tu mulut lemes amat," ketus Aixa setelah menabok mulut Eva.

"Ya maaf, tapi lu harus cobain nih, dijamin ket-"

Byurr.

Belum selesai Eva berbicara, dirinya sudah tersiram genangan air hujan yang ada dipinggir jalan.

"Woilah!" pekik Eva melempar bakwan kearah pengemudi motor gede yang membuat dirinya basah.

Clapp..

Bakwan panas itu menempel di kaca helm sang pengemudi, dia menghentikan laju motornya dan turun menghampiri Eva.

"Lu tahu harga helm ini berapa? Mahal!" sinis pengemudi itu.

"Aelah, cuma helm juga.."

Plak..

Eva menggerutu saat mendengar ucapan pengemudi itu, tangannya sangat gatal ingin memukul helm sang pengemudi dan tentu nya tercapai.

"Anj!" bentak sang pengemudi melepas helm nya.

Degh..

Smriwing.

Smriwung..

Ulalala..

Eva merasa seluruh dunia terhenti, kelopak kelopak bunga berterbangan entah dari mana. bahkan keringat pengemudi itu terlihat jatuh dengan sangat aesthetic di mata Eva.

Bukan, itu bukan hayalan Eva. kelopak bunga itu bisa terbang karena kerjaan Duo A, Aixa yang menyalakan kipas angin dan Anes mengangkat kelopak bunga curian ke arah kipas angin mang Ojan.

"Lo.. Lo.. Kok ganteng?" tanya Eva terpana.

Kening tebal pria di depannya berkerut tanda tak paham, raut nya menatap Eva tak suka dan berucap dengan sinisnya.

"Paan sih, gaze amat! Ganti rugi helm gue!"

"Berapah?" tanya Eva manja.

"Anj, gak jadi!"

Niat nya ingin ganti rugi malah mendapat pertanyaan manja yang membuatnya ilfeel, ia berdecak dan kembali ke motornya.

"Nama lu siapa?!" pekik Eva ketika pria tadi melajukan motornya.

"Woi! Jawab napa!" pekik Eva lagi.

Tentu saja pria itu mengabaikan jeritan Eva, lebih baik ia mengabaikan gadis aneh itu. fikir pria tadi.

"Huh, ngeselin!"

"Va," panggil Anes.

"Kenapa?" tanya Eva malas.

"Bayarin bunga tadi yak! Tuh kang bunga nya lari ke sini!" seru Anes lari bersama Aixa. Mendengar itu Eva menoleh kebelakang dan kaget, seorang wanita berusia 30 tengah berlari membawa cangkul kecil.

"Anjim, buk! Ngapain arahin cangkul ke saya?!"

Eva terpekik takut.

"Bayar kelopak bunga yang temanmu curi!"

ujar wanita itu horor.

"Uwakh! Ngeri bu! Emang berapa?" tanya Eva akhirnya, mengeluarkan dompetnya.

"300 ribu!" ketus wanita itu.

Setelah Eva menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu, wanita tadi pergi dengan menempelkan tiga lembar uang Eva di kening.

***

"Lu ngapain?" tanya seseorang berbisik ditelinga Eva.

"Ngintilin calon pacar," ujar Eva jujur.

"Yang mana?" tanya seseorang.

"Itutu, yang lengannya di gelantungin monyet.." tunjuk Eva.

"Si Eren?" tanya seseorang.

"Kaga, gue denger namanya Shakeel" ucap Eva meralat.

"Dia punya pacar, ngapain lu bilang calon pacar?" heran orang dibelakang Eva.

"Gue tuh orangnya sabaran, jadi gue tungguin dia putus sama si monyet," kata Eva.

"Perasaan lu gak sabaran deh orangnya, buktinya gue telat 1 menit aja lu tendang,"

ketus orang dibelakang Eva.

Tunggu sebentar, jika ia dengarkan dengan baik. Suara orang di belakangnya sangat lah familiar!

Doeng..

Saat Eva menoleh kebelakang Misha sudah menatapnya dengan senyum menyebalkan terpatri diwajahnya.

"Lu suka sama cowo?" tanya Misha jahil.

"Gak, gue sukanya setan!" ketus Eva memalingkan wajahnya.

"Dih, lu bikin setan yang di samping lu nyengir bjir!" sinis Misha mencubit Eva.

Bulu kuduk Eva sontak berdiri, seolah ada yang memperhatikannya di seluruh penjuru sekolah.

"Kak, di sekitar sini banyak 'itu' yah?" tanya Eva kikuk.

"Itu apaan? Kaga jelas lu," kesal Misha.

"I-ituloh, yang gue sebut tadi," ucap Eva takut.

Brakk..

"Ooh! Monyet?" tebak Misha sambil memukul mading.

"Kaga anjim!" bentak Eva.

"Ya terus apa?!" bentak Misha balik.

"Setan!" pekik Eva.

"Heh! Lu ngatain gue setan?! Gak waras ya lu?!" pekik Misha.

"Bukan elu anyink! Di sekitar kita ada setan gak?!" tanya Eva ngegas.

"Lu kira gue temen setan apa?!" bentak Misha ngegas.

"Lu kan bisa lihat setan ogeb!" bentak Eva.

"Jan ngadi ngadi lu! Gue cuma bisa liat sejenis Qendy!" bentak Misha dan menarik kerah kemeja Eva.

"Qendy yang iblis aja bisa lu lihat! Masak sejenis setan lu gak liat?!" bentak Eva ikut menarik kerah kemeja Misha.

"Heh! Tu tangan ngapain tarik kemeja gue?!"

tanya Misha ngegas.

"Elu duluan anj!" bentak Eva.

Pertengkaran tak jelas antara Eva dan Misha menjadi tontonan gratis bagi warga A'M High School.

Mereka berbisik-bisik dan terbahak melihat perkelahian keduanya, kericuhan itu membuat perhatian Shakeel dkk yang sedang makan dan Ryan yang tengah mencari Misha tertuju ke sana.

Saat melihat Misha hampir di jambak Eva, Ryan berlari dan memisahkan kedua saudara kandung itu.

"Honey.. Kenapa kamu berantem di sini?"

tanya Ryan khawatir.

"Haney Honey matamu! Lagian ngapain ikut campur? Ini masalah saudara yang harus di bawa ke ring tinju!" seru Misha murka.

"Sabar Honey, sabar.. Orang sabar di sayang Dean," ujar Ryan menenangkan Misha.

"Dih, siapa yang mau minta sayang sama lu?!"

bentak Misha.

"Udah yah.. Eva, kakak lu gue bawa, tenangin diri lu oke," ucap Ryan dan menggotong Misha pergi.

Eva melongo sendirian ketika melihat kakak kembarnya di bawa pergi, dia menggaruk kepalanya dan bergumam.

"Kok kakak gue bisa punya pacar yah,"

***

"Gue gila, bener bener gila.."

"Bagaimana bisa gue suka sama orang yang udah punya pacar,"

"Gaada wibawa nya anjim, masa seorang Adeeva Mishall Mandres hanya bisa jatuh cinta sama orang yang udah ada pawangnya?!"

"Bener bener keterlaluan,"

Miaww..

Di rooftop A'M High School yang sepi terlihat Eva tengah curhat pada seekor kucing liar, dia mengeluarkan unek uneknya di hadapan kucing putih berbelang oren hitam yang ia peluk.

"Lu laper yah? Gue gaada makanan kucing, soalnya gue gak nyangka bakal ketemu elu,"

ujar Eva miris.

"Kalo makanan babi ada, canda babi," ujar Eva lagi dan ngakak sendiri.

Miaww?

"Sosis mau?" tawar Eva sambil mengeluarkan sebuah sosis berbungkus oren dari almameternya.

Miawww!

"Eit, masa langsung di gigitin?! Ini tuh satu satunya segel terkuat di dunia! Kalo lu gigit tar gigi lu rontok, gue gak pernah dengar berita kalo gigi kucing bisa numbuh lagi!" pekik Eva panik, ketika kucing itu langsung menggigit sosis tadi.

Miawwwww!

"Bentar gue bukain dulu, sabar napa" gerutu Eva, dia kesal karena kucing itu tak sabaran.

Setelah membuka kan segel terkuat di dunia menggunakan pisau kecil, Eva menyerahkan sosis itu pada sang kucing.

"Nama lu apa yah? Agak canggung kalo manggilnya Kucing, Ah! Mulai sekarang nama lu Babi!" pekik Eva girang.

Miaw?

"Huee.. Babi, tar gue kalo mau curhat lu harus stand by yak.. Tar gue kasih sosis deh," ujar Eva mengajak kucing yang tengah makan sosis ikut adil dalam sebuah perjanjian.

"Itu kucing, bukan babi" ujar seseorang membuat Eva tersentak.

"Hubby, sini.. Gue bawa in makanan," panggil orang yang baru datang.

Seketika kucing liar yang ada di pangkuan Eva lari kearah orang tadi, saat menatap wajahnya Eva menundukkan pandangannya.

"Lu suka kucing?" tanya orang tadi saat sudah duduk disamping Eva.

"Nggak tuh, gue cuma suka Babi" ujar Eva kaku.

"Babi? Itu alesan kenapa lu dari tadi ngomong babi, babi?" tanya orang itu kelakar.

"Ya gak gitu cara mainnya, gue suka aja manggil babi" ucap Eva dengan pipi bersemu.

"Gue gak suka cewe kasar, itu sebabnya di gerbang tadi gue galak"cerita orang di samping Eva.

"Gak suka cewe kasar? Tapi perasaan lu yang kasar di gerbang tadi"kesal Eva.

"Emang tuh monye- pacar lu gak kasar gitu? Mukanya aja sekasar aspal" lanjut Eva jujur.

"Tuh mulut lemes amat, lama lama kesel gue dengernya" pria di samping nya tampak risih dengan perkataan Eva yang sangat blak blakan.

"Bukan kali ini aja gue denger pernyataan kek gitu " ucap Eva tak peduli.

Kringg..

Dering ponsel Eva membuat kesunyian yang sempat terjadi buyar, ia segera mengangkat telfonnya dan disambut pekikan keras.

"HEHH! TOLONGIN GUE ANJIM! GUE DICULIK BOTCAH!"

"Budek juga kuping gue kak" gerutu Eva.

"Plis tolongin gue, ini gue gak paham kenapa si Dean bawa gue ke rumah pohon" ujar Misha memohon.

"Ck, malesin.. Lagian mana ada cowo yang mau Nganu in lu, tubuh lu ngeri. Banyak tatonya! Mana punya six pack lagi," Eva blak blakan.

"Aelah gue deg degan anj!"

"Pala gue pusing, bye" keluh Eva dan memutus teleponnya.

"Kok lu gak bantuin kakak lu?" tanya pria itu heran.

"Denger yah tuan Shakeel yang gue cintai, kakak gue pinter beladiri. Jadi gak perlu khawatir, yang perlu di khawatir kan adalah kapan lu putus sama si monyet? Gue orangnya gak sabaran lho," ujar Eva.

Pipi Shakeel yang awalnya memerah kini hilang saat mendengar lanjutan kata yang Eva rangkai dalam satu tarikan nafas.

"Dih, emang lu sape anjir" heran Shakel dan pergi dari Rooftop.

***

avataravatar
Next chapter