webnovel

Bab 29/ Susu Coklat

Cukup melelahkan, tapi menyenangkan. Keringat rasanya bukan apa-apa, begitulah jiwa seorang pe-basket menurut Zafran. Tidak peduli berapa susah dan letihnya saat bertanding, tapi kita selalu memandangnya sebagai hal yang menyenangkan.

Zafran menyeka keringatnya, meminum air mineral botol yang telah disediakan panitia dengan sekali minum. Untuk pertandingan pertama, tim Zafran berhasil memenangkan pertandingan, dan masih ada pertandingan lainnya yang harus dinanti Zafran.

"Hari ini lo sudah cukup bagus." puji Galen sembari berjalan menghampiri Zafran.

"Tidak seperti orang yang terlambat datang di pertandingan tadi," sindir Zafran. Bukan tanpa sebab, tapi itu karena Galen merupakan satu tim dengannya. Siapa yang tidak kesal ketika teman se-tim terlambat datang sementara lomba akan dimulai. Apalagi yang terlambat adalah kaptennya sendiri.

Galen terkekeh, merasa bersalah karena yang diucapkan Zafran tidaklah salah. "Pahlawan selalu datang terlambat, kan?"

Zafran mendecih keras, "Pahlawan terlalu kemalaman ya gini!"

Zafran memilih untuk memasukkan peralatan miliknya ke dalam tas. Setelah selesai, Zafran melirik jam tangannya, menatap Galen yang masih setia berdiri. Yah! bukan setia, sebenarnya memang di sanalah Galen menaruh peralatannya.

"Berapa menit kita diberi istirahat sampai pertandingan berikutnya?" tanya Zafran.

Galen yang tadinya juga sibuk dengan tas dan peralatannya, kini beralih melirik jam tangannya.

"Dua puluh menit." jawabnya.

Zafran langsung mengembangkan sudut bibirnya, dengan cepat mencari sesuatu dalam tasnya yang telah dibawanya dari tadi.

Lalu, Zafran menggeser benda tersebut mendekat pada Galen, memberikan pada kapten basket SMA Angkasa yang tidak jauh tinggi darinya itu.

"Jangan tersentuh, anggap ini hadiah dari gue karena hari ini gue lebih banyak memasukkan bola ke ring daripada lo." ucap Zafran dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya.

Zafran berbalik, berjalan meninggalkan Galen begitu saja. Sementara Galen langsung mengambil pemberian Zafran, mengernyit menatap minuman botol di tangannya.

"Susu coklat?" tanyanya merasa tidak asing.

***

Zafran berlari sembari menjurukan mata di penjuru sekolah hanya untuk mencari gadis berambut panjang dan kuncir, dengan wajah tirus dan putih. Namun, cowok itu tidak juga dapat menemukan orang yang dicarinya. Sejak kapan cewek amnesia jadi punya kekuatan menghilang?

Lorong sepanjang kelas, lapangan upacara, kafetaria, kantin kudapan, bahkan perpustakaan yang biasanya dijadikan Sarah untuk belajar seharian pun, tidak ditemukan keberadaanya oleh Zafran.

Zafran mengatur nafas sembari berpegang lutut ketika sampai di dalam kelasnya. Mungkin saja, Mbak Amnesia ada di dalam kelas, meskipun Zafran yakin jika tidak mungkin ada orang di dalam kelas pada hari ini.

Namun, sepertinya Zafran salah besar. Cowok itu mendapati seseorang duduk di bangku belakang dengan tangan yang sibuk pada bolpoin dan buku-buku di mejanya.

Apa kalian pikir itu Sarah?

Tidak! bahkan Zafran sempat berfikir seperti itu, nyatanya orang yang kini berada sendirian di dalam kelas adalah cewek berkacamata peraih peringkat tiga di kelas.

"Mimi!" panggil Zafran sedikit mendekat, "Lo lihat Mbak Amnesia, nggak?"

Kayla yang sudah familiar dengan panggilan 'Mimi' itu pun, meninggalkan fokusnya dari buku dan beralih menatap Zafran. Cewek itu bergidik mengangkat bahunya.

"Nggak tahu! dia nggak ada masuk kelas sedari tadi." jawabnya sekilas lalu kembali fokus pada buku-buku di mejanya.

Zafran menghembuskan nafasnya dengan letih, "Kalau lihat dia, kabari gue ya, Mi!"

Tanpa menatap Zafran, Kayla membalas dengan anggukan saja. Sementara Zafran memilih untuk berbalik badan, kembali mencari gadis yang hari ini sangat susah dicari.

Baru satu langkah, Zafran tiba-tiba menghentikan kakinya. Cowok itu berbalik untuk melihat Kayla di meja paling belakang. Zafran menatap heran pada Kayla yang hari ini malah sibuk dengan buku-buku, padahal hari ini adalah hari kebebasan yang sangat berarti bagi murid SMA Angkasa.

"Kenapa lo malah belajar?" tanya Zafran menghentikan kegiatan Kayla, "Lo nggak ikut lomba?"

Dengan malas, Kayla menjatuhkan bolpoinnya di atas buku, menatap Zafran dengan tatapan kesal.

"Kenapa lo nggak lanjutin nyari Sarah aja? Gue yakin lo nggak akan peduli kalau gue ikut ataupun nggak dalam lomba." jengah Kayla tiba-tiba. Sesaat, Zafran bertanya-tanya ketika melihat sikap Kayla yang sangat berbeda hari ini.

Zafran mendesis panjang, menyipit menatap Kayla dari samping. Dengan kesal yang tidak mau kalah dari Kayla, Zafran malah mendengus keras.

"Gue cuma nanya aja! Gue juga nggak pernah peduli. Karena Zafran yang tampan, mapan, dan sopan ini hanya saling mengingatkan kepada sesama teman seperjuangan, kalau hidup perlu dinikmati seperti hari ini."

Zafran mementik jarinya, "Karena otak juga perlu refreshing, dia juga bisa capek, perlu sesuatu yang--"

"Ya, ya, ya! gak perlu kepanjangan!" potong Kayla. Lalu dengan cepat mengambil kembali bolpoinnya dan melanjutkan kegiatannya yang telah diganggu oleh Zafran. Cewek itu fokus dengan buku-bukunya dan mengabaikan Zafran yang sudah ikut kesal.

Zafran mendecih, memilih berbalik dengan mulut yang tak berhenti mengucapkan sumpah serapah. Dengan kesal dan langkah yang diinjak kuat-kuat ke lantai, Zafran meninggalkan cewek yang membuat moodnya hari ini menjadi buruk.

Mendapati Zafran yang sudah keluar dari kelas, Kayla beralih menatap kepergian Zafran, matanya menatap hambar. Lalu, cewek itu tersenyum kecut dengan sinis.

"Anak itu sama aja!"

***

Zafran tersenyum puas ketika melihat cewek berkuncir yang dicari-carinya duduk sendirian di tribun penonton lapangan sepakbola. Cewek itu dengan tenang memperhatikan pertandingan yang sedang berlangsung.

Zafran yang berada di barisan tempat duduk paling atas belum juga melangkah menghampiri orang yang dicarinya sedari tadi. Cowok itu hanya diam menatap Sarah di barisan bawah sana.

Dengan ragu, Zafran mengulum bibirnya ke dalam, menatap susu coklat di tangannya dengan lama. Ada satu hal yang membuat Zafran menghentikan niatnya. Ingatannya baru-baru ini membuatnya jadi ragu.

"Orang lain juga bisa benci wortel." ucap Zafran sendiri mengingat semua kebiasaan yang dimiliki Sarah.

"Memang kenapa? di dunia ini nggak hanya satu orang yang suka coklat. Semua juga bisa! Walaupun kebanyakan orang benci coklat mint, pasti ada satu-satu yang suka coklat mint itu!" Zafran meyakinkan dirinya.

Merasa lebih baik, Zafran pun mengangguk dengan yakin, mengepal tangannya dengan kuat. Cowok itu menatap Sarah dengan mata berbinar.

Mencoba yakin tanpa meragukan diri, Zafran menghembuskan nafasnya panjang.

"Oke! gue yakin!"

Next chapter