11 Bab 11/masih satu kelompok

"Wah.. kita satu kelompok? takdir sedang bercanda , Bung!" Zafran berlagak kaget.

"Gue berharap ada yang lebih pintar dari remahan keripik tempe ini." harap Bintang dan duduk meletakkan tasnya di samping bangku Zafran.

"Gue berharap yang bicara tadi disedekahi cermin oleh seseorang yang baik hati, Aamiin!" sindir Zafran menatap sinis pada Bintang.

Zafran mengetuk-ngetuk meja tidak sabaran, ia masih penasaran siapa yang akan menjadi satu kelompok dengannya. Jika spesies seperti dirinya dan Bintang lagi yang bergabung dalam kelompok ini, tamat sudah riwayat Zafran.

Zafran melebarkan mulutnya tidak percaya, matanya membulat seperti biasa ia melihat kagum pada seseorang.

"Wah.. anak setengah ultraman ini sekelompok dengan kita. Takdir sedang stand up comedy, Bung!" heboh Zafran sendiri.

Ultraman? siapa lagi jika bukan Raka, sang pengoleksi ultraman.

Raka berlagak melihat kembali kertas kelompoknya, dan tersenyum paksa pada Zafran dan Bintang.

"Oh, ini nomor 3, ya? sepertinya saya salah meja. Saya dapat kelompok nomor 13." bohong Raka sudah jelas karena kelompok tidak sampai angka 13. Raka membalik badannya, ingin pergi dari meja itu. Namun, hati kecilnya tidak jadi melakukannya.

Dengan lemas, Raka menaruh tasnya di samping Zafran, duduk dengan tatapan pasrah melihat dua temannya.

Raka menghembuskan nafasnya panjang,

"Kenapa harus sekelompok dengan spesies yang ini, sih?" rengek Raka "apa nasib dengan kelompok gue? kenapa harus bertemu dengan remahan keripik tempe dan iblisnya monopoli?" Raka mengacak rambutnya.

"Gue berharap yang bicara tadi di sedekahi keripik tempe oleh orang baik, agar tahu rasa enaknya seperti apa," harap Zafran menyatukan tangannya.

"Gue berharap juga yang bicara tadi di sedekahi ilmu bermain monopoli oleh orang baik, agar tidak sering masuk penjara dan bayar pajak tol." tambah Bintang.

"Aamiin...." serentak Zafran dan Bintang.

Raka menatap tajam, "sialan!" umpatnya.

Kini tiga sekawan itu mengetuk-ngetuk meja bersamaan dengan tidak sabar. Siapa lagi yang akan menjadi satu kelompok dengan mereka? ini adalah masa-masa menegangkan bagi tiga sekawan itu.

Terlihat gadis berkacamata menghampiri mereka, langsung duduk di depan tiga cowok itu. Sepertinya nasib Zafran masih baik hari ini. Ia satu kelompok dengan peringkat 3 dan 2, setidaknya nilai kelompoknya yang satu ini akan sedikit lebih baik.

"Hai, Mimi!" sapa Zafran dengan cengiran,

Kayla senyum memaksa menatap Zafran, tangannya mengenggam bolpoin keras, giginya menggertak di dalam.

"I-ya!" balasnya menahan emosi.

Zafran tertawa puas. Matanya kini beralih pada seorang gadis dengan buku-buku tebal di tangannya.

"Permisi, ini kelompok 3, ya?" tanya gadis yang tak lain adalah Sarah.

Zafran dan Bintang secara bersaman menutup mulut mereka, takjub dengan isi kelompok yang isinya peringkat 3 besar. Mereka berdua benar-benar merasa seperti remahan di sana.

Sarah duduk di samping Kayla, menatap satu persatu teman kelompoknya. Matanya terhenti ketika melihat Bintang yang tengah tersenyum padanya sambil menaikkan alis matanya.

Sarah berfikir, lalu dengan ragu membalas senyum Bintang.

"Bi... Bintang, kan?" tanya Sarah takut salah.

Bintang kagum bukan main. Ia tidak henti-henti tersenyum dan mengangguk semangat.

Zafran menatap Bintang dan Sarah dengan tatapan tak terima. Zafran menunjuk Sarah, membuat Sarah menatap Zafran heran.

"Oi, oi, oi! Lo, kenapa bisa ingat sama nama anak ini?" tanya Zafran tidak santai "lo udah nggak amnesia lagi?"

Bintang menepuk pelan bahu Zafran, "sebagai perantara antara Raka dan Sarah yang suka meminjam buku fisika. Sarah sudah seharusnya mencatat nama gue di buku catatannya." jelas Bintang dan diangguki oleh Sarah

Zafran mengernyit tidak mengerti, "catatan?"

Namun, Zafran mengesampingkan perasaan penasarannya. Tidak peduli tentang catatan yang disebut oleh Bintang. Zafran tersenyum lebar dan melambaikan tangannya pada Sarah, membuat Sarah menatap heran.

"Perkenalkan, nama gue Zafran Andara Romero, anak baru di kelas ini. Gue anak yang berlogo tampan, mapan dan sopan. Gue udah janji nggak akan ungkit masalah insiden sup wortel. Tapi, gue hanya memberitahu dan mengingatkan kembali walaupun lo nggak akan ingat. Jika ada yang kurang dari perkenalan gue, silahkan beritahu!" Zafran mengenalkan seperti hari-hari sebelumnya.

Entahlah, bagi Zafran, memperkenalkan diri pada gadis amnesia ini merupakan kebiasaan baru baginya. Rasanya sangat luar biasa jika ada orang amnesia yang mengingat nama kita.

"H.. hai," jawab Sarah dengan senyum tipis. Ia masih heran dan tidak mengerti dengan apa ysng yang diucapkan cowok itu. Yang Sarah ingat, Zafran adalah cowok yang menyebut dirinya 'cewek kuncir' tadi pagi.

Zafran menurunkan bahunya lemas, menghembuskan nafas panjang. Ekspetasinya pupus sudah.

Lalu, Pak Surya mulai berbicara di depan kelas.

"Baik, Bapak yakin kalian semua sudah mengerti tugas yang harus kalian cari," ucap Pak Surya sembari menyusuri matanya melihat kelompok-kelompok yang sudah tersusun. Shela dari kelompok 4 di sebelah kelompok Zafran mengangkat tangannya.

"Pak, ini nggak adil! kelompok tiga isinya visual otak semua" protes Shela dan diangguki oleh murid lainnya.

Pak Surya melihat kelompok Zafran dan tersenyum pada Shela.

"Nggak ada yang nggak adil. Itu berarti sudah takdir mereka untuk bersatu, tidak ada yang dapat memisahkan mereka jika sudah ditakdirkan" balas Pak Surya dengan puitis.

Zafran menatap Pak Surya dengan tatapan lemah. Ia menggeleng tiga kali dan berdecak tidak henti-henti.

"Ini Bapak guru kimia atau guru sastra?"

***

Zafran menopang dagu melihat tiga generasi bangsa di depannya sibuk berbicara tentang tugas kelompok mereka. Entah apa yang tengah mereka diskusikan, tapi Zafran tahu jika tugas kelompok kali ini adalah menggunakan campuran basa dan asam sebagai percobaan.

Bukannya Zafran bodoh, hanya saja ia terlalu malas untuk memikirkan materi pelajaran. Karena kemalasannya itu, kini malah menjadi kebodohan untuk Zafran. Kalian hanya tidak tahu kemampuan Zafran di luar pelajaran yang menggunakan rumus.

Bahasa Inggris? jangan ditanya lagi! Justine Bieber nge-rap pun diladeni oleh Zafran.

Zafran menghela nafas panjang, menatap malas ke arah tiga temannya yang berpacu dalam peringkat. Ia semakin merasa seperti remahan sungguhan.

Bintang mencolek lengan Zafran, membuat Zafran beralih menatap Bintang di sampingnya.

"Gue rasa kita menjadi makhluk halus dadakan hari ini, kita seperti nggak terlihat." bisik Bintang.

"Gue ada kenalan tukang ruqyah, lo mau kesana?" balas Zafran lebih bercanda.

Bintang menahan nafasnya menahan emosi,

"Maksud gue, kita seperti nggak dibutuhkan di sini." ulang Bintang bersabar.

"Lo mau dibutuhkan seperti apa? kalau bisa, mobil Papa gue udah satu minggu nggak dicuci."

"Sialan!" umpat Bintang pada akhirnya.

Kini Raka beralih pada Zafran dan Bintang setelah melakukan Perundingan Linggarjati yang dianggotakan oleh anak-anak hasil reinkarnasi Thomas Alva Edison.

Raka menutup bukunya "kita kerjakan minggu depan saat ada jadwal di laboratorium."

Zafran mengangguk mengerti "oke, Pak Ketua!"

Raka berdiri dari bangkunya "Setelah ini kita ada jam pelajaran olahraga. Karena gurunya sedang kosong, kita dibolehkan berolahraga bebas." Raka mengumumkan sambil memasukkan buku-buku kedalam tasnya. Zafran menatap Raka, dia baru tahu jika Raka itu Ketua Kelas yang bijaksana. Tentu saja di luar kebobrokan Raka dengan Ultraman-ultramam miliknya.

"Jangan lupa, tugas ini dikumpul 2 minggu dari sekarang." tambah Raka "sekarang, ganti pakaian. Setelah istirahat langsung ke lapangan."

Semua murid mengiyakan, menyusun buku mereka ke dalam tas.

Raka melirik pada Zafran, "untuk Zafran. Tolong bersihkan kelas saat jam istirahat, ini amanat dari Pak Surya karena sudah berani macam-macam dengan kumisnya."

Zafran menahan emosinya saat ini. Ia menarik kata-katanya tentang kebaikan Raka sebelumnya.

Raka menepuk bahu Zafran dan berkedip menggoda "selamat bertugas Bapak Zafran, semoga kebaikan anda dibayar oleh pemerintah!"

"Aamiin!" tambah Bintang semakin membuat Zafran menahan emosi.

Zafran mengelus dadanya Sabar. Menghela nafasnya panjang.

"Untung gue anak yang tampan, mapan dan sopan!"

avataravatar
Next chapter