1 Bab 1/ Gara-gara sup wortel

'24 jam', kini Sarah sadar jika ada bagian yang harus kita ingat pada saat itu. Meski hanya sebagian kecil, atau 1 detik saja. Mungkin, pada saat itu adalah saat kita sedang tersenyum.

Tidak ada yang lebih penting dari sebuah ingatan. Mungkin ingatan itu enggan untuk kita ingat, kita ingin melupakan nya. Tapi, apakah dengan melupakan nya akan merubah keadaan? Awalnya Sarah berfikir begitu. Tapi, dari semua yang ia jalani. Ia tahu, seberapa kuat ia melupakan nya, tapi ingatan itu pernah terjadi, ingatan itu tetap ada meski kita tidak mengingat nya.

akankah kita menghadapi kenyataan?

atau lari dari semua itu?

***

Baju seragam dengan rompi dongker terpasang rapi di tubuhnya. Rambut panjangnya dikuncir kuda tidak terlalu tinggi seperti biasanya. Gadis itu duduk di depan cermin kamar nya sembari menatap lurus ke depan. Dia tidak menatap dirinya yang terpantul di cermin. Melainkan, menatap satu persatu kertas note persegi kecil berwarna kuning yang ia tempeli di cermin miliknya.

Gadis itu mengambil satu kertas persegi tersebut dan membacanya. Ia menghela nafas panjang.

"Nama guru IPA di kelas Bu Nani. Oke! gue ingat"

***

Gadis berambut kuncir ke belakang itu berjalan menuju kursinya yang berada di paling belakang dan sudut kanan. Ia sengaja memilih tempat strategis itu bukan karena ia cewek yang malas. Melainkan, menurutnya itu adalah tempat yang pas untuk orang sepertinya. Yah! untuk orang yang saat ini tidak ingin terlalu dekat dengan siapa pun.

Gadis itu duduk di tempat duduk nya. mengeluarkan buku-buku tulisnya dan yang paling penting adalah Note buku persegi berwarna kuning.

" Sarah! guru IPA nggak Lo lupain lagi kan?" tanya Shela, teman di sebelah bangku Sarah.

Ya! itulah nama gadis berkuncir itu, Sarah Ran Adinda. gadis dengan berjuta misteri, dan sedikit ingatan.

"Oh makasih udah ngingetin. Namanya Bu Nani kan, Citra?" tanya Sarah sembari tersenyum.

Shela mengerjapkan matanya " Bukan Citra, Sarah. tapi Shela. Orang tua gue potong kambing buat nama gue. dan Lo masih aja lupa,"

Sarah tersenyum nyengir dan menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

"Hehe lain kali saya ingat. Soalnya untuk hari ini banyak yang harus dihafal. Maaf!" ucap Sarah. Yah, mau bagaimana lagi? Ia selalu lupa dengan nama teman sebelahnya itu, bahkan sudah hampir setengah semester terlewati.

Shela hanya tersenyum tipis dan manggut-manggut memaklumi. Toh, ini bukan kali pertama.

"Teman-teman seperjuanganku! hari ini kita bakal ada teman baru masuk kelas ini." ucap Raka, ketua kelas 11 IPA2. Cowok ini sedikit bar-bar dan sedikit pintar tapi sedikit usil. semuanya serba sedikit pokoknya. Gak pakai lebih.

"Cowok apa cewek?" tanya salah satu murid.

"Mana gue tahu, bukan gue yang lahirin."

ingin semuanya mengabsen nama-nama teman Raka yang ada di kebun binatang satu persatu. Tapi keburu mengabsen, Bu Nani tiba-tiba masuk ke dalam kelas membawa murid baru. Semuanya buru-buru duduk di tempat duduk mereka masing-masing.

"Kalian punya teman baru yang akan belajar bersama mulai hari ini." ucap Bu Nani. Semua memerhatikan murid baru tersebut. Pertanyaan mereka semua terjawab ketika melihat cowok tinggi tampan sedang tersenyum pada mereka.

"Perkenalkan, nama saya Zafran Andara Romero dari SMA Pelita. Semoga bisa saling dekat ya."

"YAAA!!!" Serentak murid kesenangan melihat siswa baru yang tampan.

"kamu duduk di samping Raka ya, Zafran!" ucap Bu Nani dan diangguki oleh Zafran. Cowok itu berjalan menuju meja nomor 2 di sebelah kiri.

Semua murid menyesali kenapa harus Raka yang menjadi teman sebelah Zafran? bagaimana jika ketidakwarasan Raka berpindah pada Zafran? kan gak lucu!

***

"jadi gimana? udah tanya sama kapten basket SMA Angkasa soal Lo pengen masuk anggota basket?" Tanya Raka pada Zafran yang baru saja duduk di meja kantin.

"Lo beneran pengen masuk basket?" kali ini Bintang yang bertanya. Yah! ketiga cowok itu kini sudah saling dekat. Entahlah, mungkin Zafran yang terlalu mudah untuk bergaul.

Zafran menarik nampan besi berisi makanan yang telah disediakan sekolah dan mendekatkan nampan tersebut kearahnya dan berniat untuk memakannya. "Zafran yang tampan dan mapan serta sopan ini tidak mungkin akan pernah bisa meninggalkan basket dari hidupnya dimana pun bumi di pijak dan langit di tatap. bahkan jika tanah udah nggak bisa lagi gue pijakin, gue bakal main basket sambil terbang."

Bintang menggeleng dan mendesis pelan "sinting!"

"Jadi, Anda sudah diterima kah Bapak Zafran yang tampan, mapan, dan sopan ini?" tanya Raka.

"udah pasti. Bahkan saking optimisnya, gue udah bawa bola basket kesayangan punya gue sendiri" ucap Zafran sembari mengeluarkan bola basketnya dari bawah kolong meja. Zafran rela menghentikan kegiatan makannya hanya untuk menunjukkan bola basket yang konon katanya bola kesayangan Zafran.

Raka dan Bintang hanya terbungkam dan secara bersamaan mengeluarkan jempol mereka karena takjub dengan niat Zafran.

Di sisi lain, seorang gadis berjalan dengan buru-buru tanpa peduli dengan keadaan sekitar. siapa lagi kalau bukan Sarah?

bukan tanpa alasan untuk Sarah berjalan dengan buru-buru. Melainkan, gadis itu harus segera menghafal materi untuk ulangan Bahasa Inggris yang akan dilaksanakan seusai istirahat. Setelah selesai makan, ia ingin melanjutkan menghafal materi nya. Mau bagaimana lagi? dia tidak akan ingat yang sudah dijelaskan beberapa hari lalu. Inilah kebiasaan yang harus dijalani oleh Sarah.

Sarah berjalan sambil membaca bukunya, langkahnya begitu cepat tanpa tahu ramainya kantin saat ini. Namun, kaki Sarah tiba-tiba tersangkut dengan kaki meja. Membuatnya terpelonjak ke depan dan menyenggol sesuatu dengan kepala nya.

PRANGGG!!!

Semua mata yang berada di kantin kini tertuju ke arah meja Zafran dan kedua temannya. Mata Zafran membelalak ketika bola basket yang tadi dipegangnya telah disundul oleh seorang gadis dan membuat bola itu jatuh di atas sup wortel nya. Akibatnya, kuah sup wortelnya tumpah mengenai celana seragam Zafran yang dapat dikatakan itu celana baru.

"Maaf! Saya beneran nggak sengaja," mohon Sarah sambil sibuk mengelusi kepalanya.

"Zafran! Lo enggak apa-apa kan?" tanya Bintang sedikit khawatir.

"ini berapa? satu? dua? lo bisa lihat tangan gue kan?" kali ini Raka yang bertanya sedikit dramatis.

Namun, Zafran hanya bisa terdiam dan menatap lurus. Masih menyaring keadaan yang barusan terjadi.

Namun, tidak lama kemudian. Zafran bangkit dari duduknya membuat Raka dan Bintang kaget, begitu juga dengan Sarah. Bahkan kini semua mata tertuju pada meja Zafran.

"Sa..saya minta maaf, serius" Sarah masih merasa bersalah.

"BOLA BASKET GUE!" Teriak Zafran sembari mengambil bola nya dan mengelap nya dengan tissue di atas meja. "Bola gue jadi kena sama kuah"

Raka dan Bintang hanya bisa menatap hampa kepada Zafran. Apa? bola? kenapa harus bola di saat ada celana nya yang harus dikhawatirkan? kenapa? tolong beri tahu Raka dan Bintang!

"Lo!" kini Zafran beralih pada Sarah "gara-gara Lo... bola gue jadi nggak mulus lagi."

"Oi Zaf! celana Lo coba pikirin! makanan Lo coba pikirin juga! bola nya nanti aja. Ya Ampun... pengen ngucap gue sama manusia yang ini" gemas Bintang.

Zafran menatap celana barunya dan menatap Sarah lagi " Oh iya. Gara-gara Lo! celana gue juga jadi kena sup. Lo gak tahu kalau ini celana yang baru dibeliin? butuh satu tahun buat bujuk Papa gue buat beli yang baru" tiba-tiba saja Zafran curhat.

Sarah menatap jam tangan mungil di lengannya. Waktunya tidak akan keburu untuk menghafal banyaknya materi.

"Kalau mau marah boleh disambung nanti kok. Sekarang saya lagi buru-buru, dah..." dalam sekejap Sarah berlari dengan kencang meninggalkan kantin.

"OI..!! GUE PAKAI CELANA APA BESOK WOI?"

avataravatar
Next chapter