10 Jangan Keterlaluan

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Liu Gang mengeluarkan beberapa peralatannya. Lalu, ia membuka penutup belakang laptop dengan cepat.

"Bibi penjaga asrama perempuan di lantai bawah sedang tidak ada, jadi aku langsung berlari ke sini. Kamu belum lama membeli laptop ini, Xiaoxiao. Mengapa sudah rusak?"

"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku menggunakannya dengan baik tadi malam," jawab Gu Xiaoxiao dengan wajah yang jelas tampak bingung.

"Baiklah. Berapa banyak air yang kamu tuangkan ke laptopmu?" Liu Gang melihat sekilas apa yang salah dengan laptop itu. "Apa kamu ingin memandikan laptop ini karena kamu pikir kamar ini terlalu panas?"

"Air?!" Wajah Gu Xiaoxiao mendadak memerah karena cemas. "Bisakah diperbaiki? Laptopku tidak pernah terkena air. Kamu lihat, keyboard-ku ada pelindungnya. Bagaimana bisa laptopku basah kena air?"

"Kamu lihat, bekas air di sini masih belum kering," kata Liu Gang sambil menyerahkan laptop itu kembali kepada Gu Xiaoxiao agar ia bisa melihatnya sendiri. "Airnya sudah merembes lewat keyboard dan masuk sampai ke motherboard. Karena laptop ini dinyalakan setelah kemasukan air, agak sulit untuk memperbaikinya."

"Jika kamu bilang sulit, bukankah itu masalah besar…?"

Suara Gu Xiaoxiao terdengar agak bergetar karena ia mulai sedikit menangis. Chu Xiaoxi meliriknya, lalu membiarkan Liu Gang kembali dulu. "Terima kasih. Sebagai gantinya, kapan-kapan aku akan mentraktirmu makan malam."

"Hah? Apa kamu tidak ingin aku membawanya untuk diperbaiki?" tanya Liu Gang yang sedikit terkejut.

"Belum ketahuan siapa yang menuangkan air ke laptop Xiaoxiao. Mana mungkin barang bukti bisa dibawa pergi secepat itu?" tanya Chu Xiaoxi dengan nada menyindir hingga Liu Gang tanpa sadar bergidik mendengarnya.

Setelah meninggalkan gedung asrama, Liu Gang melihat kembali ke atas dan bergumam pada dirinya sendiri, "Gadis gadis ini benar-benar mengerikan saat sedang murka dan menangis."

Setelah Liu Gang pergi, kamar asrama itu menjadi sunyi senyap. Gu Xiaoxiao duduk diam sambil memandangi laptopnya yang mati. Bibir merahnya tampak cemberut tanpa ia sadari, siapapun bisa melihat bahwa ia sangat kesal.

Chu Xiaoxi melipat tangannya di dada, bersandar di lemari, dan menatap lurus ke arah pintu sampai pintu itu sepenuhnya terbuka. Orang yang Chu Xiaoxi tunggu akhirnya menampakkan batang hidungnya.

Jin Jing tampaknya sedang dalam suasana hati yang baik karena ia berjalan masuk sambil bersenandung. Ia melirik Gu Xiaoxiao yang membisu dan sedikit tersenyum.

"Kemarilah, Jing Jing. Ada yang ingin kutanyakan padamu." Chu Xiaoxi berjalan ke arah Jin Jing dalam beberapa langkah dan menarik pakaiannya dengan begitu kuat sehingga Jin Jing tidak bisa melawan.

Jin Jing berusaha keras untuk melepaskan diri dan akhirnya berkata, "Chu Xiaoxi, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" 

"Jangan berani mengumpat padaku atau kurobek mulutmu nanti." Chu Xiaoxi tiba-tiba berhenti dan kembali menatap Jin Jing. Lalu, ia berkata lagi, "Jika kamu tidak percaya, coba saja."

Entah mengapa, jantung Jin Jing tiba-tiba terlonjak saat ia mendengar Chu Xiaoxi. Meskipun Jin Jing enggan, kata-katanya memang tersangkut di tenggorokannya dan ia tidak berani untuk angkat suara.

"Xiao Xi, lepaskan dia," kata Gu Xiaoxiao. Ia mengambil napas dalam-dalam dan berdiri. "Ini semua urusanku, jadi kamu tidak perlu repot-repot membawanya keluar hanya untuk bicara. Mari kita bicarakan di sini."

Gu Xiaoxiao melangkah maju dan menarik tangan Chu Xiaoxi. Lalu, ia menatap mata Jin Jing lurus-lurus dan bertanya dengan lembut, "Jin Jing, laptopku kemasukan air. Apakah semua ini ada hubungannya denganmu?"

"Hah?" Jin Jing memandangnya sambil mendengus. "Aku lihat sepertinya bukan laptopmu yang kemasukan air, tapi otakmu itu yang kemasukan air. Apa hubungannya laptopmu yang rusak denganku?"

"Laptopku baik-baik saja tadi malam. Aku belum menggunakannya hari ini dan di siang hari, hanya ada dirimu di kamar ini. Kalau bukan kamu, siapa lagi?" tanya Gu Xiaoxiao. Ia tidak bisa memahami tingkah Jin Jing. "Jangan keterlaluan, Jin Jing!"

avataravatar
Next chapter