webnovel

Tragedi Rumah Bordir

1945

Adakah yang peduli dengan tangisan seorang Jugun ianfu! Seorang wanita belia yang dipaksa untuk melayahi nafsu dari puluhan tentara bermata sipit? Kemanakah hati nurani?

Wagiyem hanya bisa merintih tatkala sesuatu yang tertutup oleh besi itu melesap ke lubang pipisnya. Sudah tidak terhitung berapa puluh serdadu bermata sipit itu menikmati tubuhnya dengan beringas. Dari malam sampai pagi hari. Nonstop. Setiap kali dia meronta, tamparan keras melayang di pipinya, begitu juga gesper yang melayang ketubuhnya sehingga menimbulkan bekas merah yang melintang.

Ditengah ketidak berdayaannya, dia melirik ke arah pria yang bermata sipit itu yang sedang menceracau menggunakan bahasa jepang yang sama sekali tidak dia mengerti. Dia terus menghentak-hentak tubuh Wagiyem yang seperti mayat hidup. Seketika serdadu itu berhenti. raut wajahnya yang semula menggambarkan kenikmatan tiada tara, berubah beringas. Dia membentak Wagiyem, sepertinya dia marah besar.

Plak! Plak

Tamparan keras mengenai wajah Wagiyem yang sudah babak belur. luka lebam sudah menghancurkan wajahnya yang Ayu. Hanya gara-gara lirikan saja, serdadu bermata sipit itu tega-teganya menganiaya wanita malang itu.

"Hu..hu..hu...." lirih Wagiyem. Suara lirihnya tertahan karena pipinya yang membengkak hingga menutupi sebagian mulutnya. Sementara Pria bermata sipit itu semakin ganas menghajar mahkotanya yang telah melahirkan seorang bidadari kecil bernama Lastri, buah cintanya dengan Mas Handoko. Meski serba kekurangan, tapi hidup mereka sangat bahagia, tapi sebuah berubah saat tentara Jepang menculiknya untuk dijadikan budak.

Meskipun Wagiyem sudah memiliki anak. Kecantikannya masih terpancar jelas. kulitnya putih bersih dengan bentuk badan yang aduhai terbungkus oleh kebaya yang dia gunakan. Pantas

saja dia menjadi primadona pada zamannya.

Tapi Kecantikan pada zaman itu adalah sebuah petaka. Apalagi ketika para serdadu bermata sipit yang penuh dengan nafsu binatang itu datang ke pelosok negeri untuk mencari Wanita cantik dan membawanya ke rumah bordir. Wagiyem yang dilihat paling cantik pun diletakkan di ruangan khusus. Semakin cantik seseorang, semakin sering dia 'dipakai', semakin menderita hidupnya. Ketika Wagiyem memasuki ruangan itu, Neraka dalam hidupnya pun dimulai.

Setelah Puas, serdadu itu segera beranjak dari ranjangnya dan keluar dari kamar itu. Lalu, masuklah serdadu lainnya dengan sorot mata yang sangat kelaparan ketika melihat tubuh polos Wagiyem. Rona wajah Wagiyem tampak ketakutan sekaligus memelas.

"Tolong ampuni saya Tuan, saya sudah tidak kuat lagi. Kumohon." Rintih wagiyem di sela air matanya yang bercucuran. Serdadu itu terus mengumpat dalam bahasa jepang. Tersinggung dengan apa yang Wagiyem katakan walau tidak tahu apa artinya. Memang kebanyakan gara-gara perbedaan pemicu kemarahan para iblis bermata sipit itu.

Pria itu langsung melucuti celananya dan naik ke atas ranjang, menambah penderitaan Wagiyem yang sudah diambang batas. Wanita itu terkulai lemas tidak sadarkan diri.

Keesokan harinya wanita itu terbangun saat mendengar suara deru mobil yang pergi membawa para serdadu jepang itu ke medan perang. Rumah Bordir itu sepi setelah kepergian para iblis-iblis itu. sayup-sayup terdengar suara isakan, teriakan, rintihan dari kamar-kamar di sebelahnya.

Wagiyem pun terduduk di atas ranjang. Dia terhenyak saat melihat mahkotanya rusak. Nanah berceceran menimbulkan bau busuk yang menyengat. Bibirnya bergetar. Airmata tidak kuasa turun.

Dia mendongak, mengalihkan pandangannya dari mahkotanya. Di benaknya terus bertanya-tanya, kapan penderitaan ini berakhir?

Wagiyem melilit tubuhnya dengan jarik lurik. Diraihnya kebaya yang dia tanggalkan. Susah payah dia turun dari ranjangnya. Dengan tertatih-tatih dia berjalan ke luar kamar. Menahan rasa nyeri yang teramat sangat. Suara berisik dari kamar sebelah mengusik jiwanya untuk melihatnya. Dia menengok kanan kiri memastikan tidak ada serdadu yang berjaga. Dia memegang dinding untuk sampai di kamar yang sedikit terbuka itu.

"Astaga!" dia membekap mulutnya sendiri. terlihat di depannya para wanita seusianya meraung-raung seperti orang gila. Yang lebih parah lagi, ada anak umur belasan juga mengalami hal yang serupa. Sepertinya kejiwaan terguncang akibat perlakuan yang tidak manusiawi.

Wagiyem menutup pintu dengan segera, lalu beranjak ke ruangan lain yang tidak jauh dari sana. ada sebuah ruangan yang tampak sepi. Penasaran mendorongnya untuk membuka ruangan itu.

Ruangan itu cukup luas, di dalamnya terdapat brangkar yang berjejer rapi. Seketika aroma busuk menyeruak menusuk hidungnya. Di atas masing-masing brangkar, terdapat sesuatu yang tertutup oleh kain putih yang sudah dipenuhi dengan noda merah yang mengering . Wagiyem pun nekad memasuki ruangan itu meski bau busuk terasa mengaduk-aduk isi perutnya. Dia mendekati brangkar yang paling dekat dengannya.

Tangannya tampak gemetar ketika akan menarik kain putih itu. Pelan tapi pasti, dia menarik kain itu sembari menjauhkan wajahnya. Begitu kain itu terbuka sebagian, dia langsung melepaskan pegangannya di kain itu dan mundur beberapa langkah. Dia terkejut melihat tubuh bagian atas seorang wanita pribumi yang sudah kaku dan memucat tidak bernyawa. sekarang sudah menebak kalau isi dari semua brangkar itu adalah mayat wanita Pribumi yang di perkosa hingga merenggang nyawa.

Wagiyem semakin gemetar ketakutan. Rasanya dia ingin keluar dari ruangan itu. Tapi seolah ada sesuatu yang mengganjal.

Wagiyem meneguk ludah, dia menguatkan mentalnya. Tangannya kembali meraih ujung kain itu dan menyibaknya pelan-pelan. semakin lama semakin jelas tubuh polos wanita itu. Tarikannya terhenti tepat di organ vital mayat itu. Matanya terbelalak. Ternyata sumber dari bau busuk yang memenuhi ruangan itu berasal dari sana. Mahkota kebanggaan wanita hancur lebur tidak berbentuk. Menyisakan kepedihan bagi pemiliknya sampai mati.

Seketika Wagiyem melemparkan kain itu serampangan. Dia memalingkan wajahnya. Air matanya kembali mengalir deras. Meratapi nasibnya dan puluhan wanita yang di jadikan Jugun ianfu di rumah itu. Terus disiksa sampai menunggu giliran mati yang mengenaskan.

Lutut Wagiyem melemas tapi dia tidak bisa jongkok karena kewanitaannya akan terasa sangat sakit. dia sesegukan dengan posisi tetap berdiri setengah membungkuk. Sungguh hatinya sangat bergemuruh saat ini.

Brak!

Bersambung.

Next chapter