15 Membuntuti Arabella

Lewi dan Loye berhenti. Mereka juga kompak sama-sama melihat ke belakang.

Seketika, Arabella malah kikuk. Tapi tidak boleh, dia harus menegur cucu nenek tua itu agar tidak membiarkannya bepergian sendirian lagi!

Dengan muka yang cemberut, ia menatap tajam pada Loye, "Hei, kamu, maksudku, tuan. Aku tahu pekerjaan itu kadang sangat menyibukkan, tetapi orang tua tetap yang menjadi prioritas. Jangan buat orang tua bepergian sendirian. Jika dia lupa jalan pulang dan orang jahat menculiknya, bagaimana? Kau mau menyesal seumur hidup ini?"

"Eh..." Loye terbengong. Dia benar-benar tidak mengerti yang terjadi saat ini.

Lewi malah menambahkan, "Apa kau sudah dengar apa yang dikatakan gadis cantik itu? Kau ini cucuku atau tidak?"

Jawaban Lewi semakin membingungkan Loye. Matanya membulat menatap Lewi.

"Nenek..." Baru saja dia berbicara, Lewi sekali lagi memotong ucapannya, "Masih membuatku mendengarkan alasan-alasanmu?"

Loye sejak kecil sudah tinggal di rumah keluarga Schallert, bersama ibunya yang saat itu masih menjadi pelayan biasa di sana, jadi dia akan memanggil Lewi dengan sebutan Nenek.

Lewi mengubah ekspresi kesalnya menjadi sangat manis, ia melihat pada Arabella, "Bella, Cucuku sudah mendengarnya. Dia tidak akan berani lagi meninggalkan aku sendirian."

Bella pun membalas senyuman Lewi, "Hati-hati, Nek."

Setelah menundukkan kepala, Lewi bergegas menarik Loye berjalan ke lift.

Loye sudah tidak tahan lagi, dia langsung mengajukan komplain, "Nek, rencana apa yang sedang Anda susun? Kenapa sangat mencurigakan."

"Rencana apanya? Bukankah kau memang cucuku. Kalau memang tidak, berhenti memanggilku nenek. Kau dekat-dekat dengan Deon, lihatlah sikapmu itu, sama dinginnya seperti Deon," balas Lewi menyolot.

Loye hanya bisa diam saja, dia tidak mau semakin disalahkan. Dia membawa Lewi ke tempat parkir.

Sebelum menjalankan mobilnya, Loye berkata, "Nenek, tadi Tuan Muda berpesan, ia akan menemui nenek setelah selesai meeting. Ada 2 jam dari sekarang."

Lewi sama sekali tidak peduli dengan itu, dia menjawab enteng, "Dia ingin menemuiku, lantas aku harus menunggunya, seperti itu? Siapa juga yang akan mau bertemu dengannya."

Loye: "...."

Hanya bisa menghela nafas dan menjalankan mobil.

Saat hampir meninggalkan gerbang apartemen murah itu, buru-buru Lewi berkata, "Kita jangan langsung pergi dulu dari sini. Begitu keluar dari apartemen ini, carilah tempat parkir yang masih bisa melihat ke arah keluar-masuknya gerbang."

Loye semakin tidak mengerti dengan nenek ini. Urat di keningnya pun bermunculan. Ia ingin bertanya, tetapi, dia kan tidak bisa membuat Lewi marah. Itu adalah perintah yang paling utama di keluarga Schallert. Bukan karena dia adalah Nyonya besar Schallert, melainkan karena orang ini wanita tua kesayangan Deon. Bahkan Deon sendiri pun tidak bisa menentang ucapan wanita ini!

"....Baiklah." Loye hanya bisa menurut lalu memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, tidak jauh dari gerbang.

Sejak tadi mata Lewi tidak berhenti menatap ke luar dengan risau.

Melihat itu, Loye tidak tahan untuk tidak bertanya, "Nenek, sebenarnya apa yang Anda tunggu."

"Aku mau melihat gadis yang sudah menolongku tadi."

Loye: "...."

"Oh, ya, Loye, bagaimana menurutmu gadis itu?" tanya Lewi lagi.

"Haaa? Bagaimana ... maksudnya nenek?" tanya Loye kebingungan.

"Ya, bagaimana dia? Dia sangat cantik bukan? Dia juga sangat mandiri. Hatinya sangat hangat dan kepribadian sangat-sangat lembut dan baik. Apakah kau tidak bisa merasakannya? Saat kau bertemu dengannya, apa yang kau perhatikan? Itu saja pun kau tidak bisa menilainya!" omel Lewi.

"Ughh!!! Nenek, kami bertemu tidak lebih dari 3 menit. Bagaimana dia, aku mana tahu. Yang aku tahu, dia sangat galak." Bukankah tadi Arabella memberhentikannya untuk memarahinya?

"Itu karena dia sayang padaku. Kami baru bertemu hari ini, tetapi dia langsung memanggilku nenek. Bukankah itu gadis yang sangat lembut." Memikirkan Arabella, hati Lewi berbunga-bunga.

Loye; "..."

Dalam hati dia bergumam, 'Nenek, bukankah Anda yang seperti ini terlalu cepat menilainya? Hanya karena dia memanggilmu nenek di pertemuan pertama, Anda langsung tersentuh. Tidakkah menurut Anda selera Anda ini sangat buruk?'

Dia mana mungkin berani mengatakan hal itu secara langsung. Bisa-bisa dia akan tertendang keluar mobil.

"Kenapa kau hanya diam saja! Katakan, dia cantik dan istimewa, kan?" desak Lewi lagi.

"Ugh.... I-iya!" Dengan berat, Loye menjawab itu.

"Hehehe... Sudah kuduga. Mataku tidak akan pernah salah. Dia pasti sangat cocok menjadi cucu menantuku," ucap Lewi lagi.

"Cucu menantu?" Loye berdecak dengan spontan. "Nenek, Anda berniat menjodohkan gadis tadi dengan siapa?" tanyanya lagi.

"Dengan siapa lagi kalau bukan Deon. Bocah tengik itu, jika aku tidak turun tangan mencarikannya istri, bahkan sampai dia tua pun, dia tidak akan menikah. Dalam pikirannya hanya bekerja, bekerja, dan bekerja, sebentar lagi, yang dia nikahi adalah pekerjaannya. Benar-benar membuatku marah sampai hampir syok!" Mengingat sikap Deon yang sangat tidak peduli mengenai pasangan hidupnya, membuat Lewi menjadi kesal.

Sementara itu, Loye membelalakkan mata begitu mendengar berita itu, "Nenek.... Anda tidak benar-benar serius kan dengan ucapan Anda yang tadi? Bukankah nenek sudah berjanji pada Tuan Muda akan memberinya waktu dalam satu bulan untuk mencari istrinya? Lantas kenapa masih ingin menjodohkan Tuan Muda lagi?" Apalagi sama gadis yang seperti itu, sedangkan dijodohkan dengan model internasional saja, Tuan Mudanya masih menolak!

Ini benar-benar lelucon!! Loye bahkan hampir muntah darah mendengar keputusan sepihak Lewi.

"Diam dan jangan sampai Deon tahu tentang hal ini. Kalau sampai calon cucu menantuku itu tidak jadi menikah dengan Deon, maka kau yang harus aku salahkan di sini!" ancam Lewi dengan penuh penekanan.

Dengan ekspresinya yang seperti ini, seharusnya sih dia sangat serius dengan kata-katanya.

"Lihat, lihat, dia sudah keluar." Ketetapan saat itu, Arabella sedang menaiki sepeda mininya dan baru keluar dari gerbang.

Lewi terbengong beberapa saat, "Apakah kendaraan yang ia maksud tadi, adalah sepeda ini?" Memikirkan itu, kerutannya yang di jidat semakin banyak.

"Nenek, jadi bagaimana sekarang?" tanya Loye hati-hati.

"Apanya yang bagaimana? Ikuti dia!" jawab ketus Lewi.

Di dalam mobil yang berjalan mengikuti Bella, Lewi mengeluarkan unek-uneknya, "Arabella, gadis yang manis, kenapa saat aku ajak naik mobil, kamu malah memilih naik sepeda. Bukankah mendayung sepeda akan membuatmu lelah?"

"Nenek, sampai kapan kita akan terus mengikutinya? Tuan Muda berpesan, 2 jam lagi, dia akan menemui nenek di rumah," ucap Loye.

"Ih, siapa yang peduli dengan perintah Tuan Muda-mu. Aku ingin melakukan misiku! Terus ikuti dia, jangan sampai kehilangan jejaknya!" balas Lewi dengan enteng.

Kehilangan jejak! Huh, bukankah nenek ini sedang meremehkan kebolehan Loye? Mobil mengejar sepeda, masih boleh kehilangan jejak bagaimana?

Loye hanya menghela nafas. Nenek ini ... Jalan pikirannya memang sangat susah tertebak.

"Dia tadi masuk ke toko itu, dan tidak keluar-keluar. Sepeda bututnya itu pun sudah di parkirkan di sana," terang Loye.

avataravatar
Next chapter