13 Cucu tengik!

Di seberang sana, kening Deon berkerut, "Urusan? Urusan apa itu? Nenek, kau sudah menghilang dari penjagaan bibi Anya untuk waktu 3 jam. Kau menghilang dari rumah sakit tanpa mengatakan apa pun. Sekarang kami sangat panik untukmu!"

"Panik, panik. Apa yang kau panikkan? Bukankah aku saat ini sedang berbicara padamu? Artinya aku baik-baik saja bukan?" balas Lewi dengan ketus.

Terdengar helaan nafas Deon yang tenang dari sana, disusul dengan ucapannya, "Sekarang katakan di mana nenek berada, aku akan langsung menjemputmu sekarang juga."

"Tidak!" Lewi menjawab dengan cepat dan lantang. "Sudah aku katakan, aku sedang menyelesaikan urusanku. Kenapa memaksaku pulang?" tambahnya.

"Nenek...." Deon memanggilnya dengan lembut, "Memangnya urusan apa yang membuatmu sampai lari dari penjagaan bibi Anya?"

"Urusan apa, kau bilang? Memangnya sekalipun kalau aku sudah tua, tidakkah aku bisa memiliki urusan? Apakah kau pikir hanya orang muda sepertimu yang memiliki urusan?" Lewi menjadi sangat emosional. Cucunya ini sangat tidak bisa diharapkan! Selalu saja membuatnya kesal.

"Ugh... Baiklah. Pukul berapa urusanmu selesai, maka aku akan menjemputmu saat itu juga." Deon sangat tenang menghadapi neneknya ini.

"Ah, tidak, tidak perlu. Kau pasti memiliki banyak pekerjaan yang membutuhkan perhatian lebih di perusahaan. Kau sibuklah dulu. Biarkan anaknya kepala pelayan Anya yang menjemputku."

"Nenek, sebenarnya urusan apa yang sedang kau kerjakan? Kenapa terdengar sangat mencurigakan?" tanya Deon dengan mengintimidasi.

"Kenapa kau harus mencurigai nenek tua sepertiku? Tidakkah aku karena peduli padamu makanya tidak memintamu menjemputku? Kenapa kau malah tidak berhenti bertanya?" Lewi menjadi marah.

Akhirnya, Deon pun menyerah, ia tidak ingin membuat neneknya ini marah. Di usia yang sudah lanjut, penyakit akan rentan muncul, bahkan hanya karena marah saja bisa membuat jatuh sakit. Jadi, Deon harus menghindari segala hal yang dapat memperburuk kondisi neneknya.

"Baiklah, aku akan meminta Loye menjemputmu nanti setelah semua urusanmu selesai. Kirimkan alamat di mana Loye bisa menemuimu."

"Baik." Lewi sangat patuh.

"Beritahu padaku, pukul berapa dia bisa menjemputmu?"

"Sekarang saja. Ada seseorang yang mencurigaiku, dan aku sangat tidak suka," jawab ketus Lewi.

Deon terdiam mendengar jawaban neneknya itu. Saat dia masih akan berbicara, dia malah sudah mendengar bunyi panggilan berakhir. Beberapa detik kemudian, sebuah notifikasi yang menandakan pesan masuk, berbunyi di ponsel Deon. Siapa lagi, kalau bukan neneknya yang mengirimnya pesan. Itu adalah sebuah alamat, di bawahnya masih ada tulisan, 'Minta Loye menjemputku sekarang!'

"Matilah, nenek marah," gumam Deon. Ia menepuk jidatnya. "Tapi, ini seperti alamat sebuah apartemen, bahkan lengkap dengan nomor rumah dan lantainya. Kenapa nenek pergi ke sini?" gumam Deon lagi. Dia tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya, apalagi sejak beberapa waktu terakhir ini, neneknya gemar sekali memintanya untuk segera menikah.

"Apakah nenek masih belum berhenti untuk menjodohkan aku?" Memikirkan itu, Deon menjadi takut dan panik. Dia masih belum bersedia untuk menjadi seorang suami.

_

Sementara itu, di kediaman Bella. Lewi menggaruk kepalanya. Dari tadi, saking terlalu geram dengan cucunya yang pembangkang itu, Lewi bahkan berteriak ketika berbicara. Kini dia menjadi ketakutan, apakah Bella sudah mendengar suara kemarahannya tadi?

Perlahan-lahan, Lewi berjalan keluar dari kamar. Dia melihat sekeliling, tidak ada sosok Bella di sekitar ruangan rumah. Lewi pun berjalan ke kamar yang ada di samping kamar yang ia tempati tadi. Bukankah Bella berkata dia juga akan istirahat?

Lewi mendorong pintu itu dengan pelan. Kamar itu sangat kecil, bahkan sekecil kamar mandinya di kamarnya, sehingga begitu menilik sedikit, ranjang sudah terlihat. Di atas ranjang yang mendominasi warna hijau itu, berbaring sosok yang mungil. Lewi menghela nafas dengan lega, rupanya teriakannya yang tadi tidak didengar Bella.

Tapi, mendadak hatinya bertanya-tanya, bukankah masih berselang sekitar 10 menit? Kenapa Bella terlihat malah sudah sangat pulas? Rasa penasaran itu membuat Lewi memberanikan diri untuk masuk ke dalam dengan perlahan.

Dengkuran ringan seseorang yang tertidur pulas, tertangkap telinga Lewi. Wajah tuanya berseri melihat penampilan tidur gadis belia ini. "Mungkin dia menjaga ibunya satu malaman di rumah sakit, makanya hanya sebentar waktu, dia sudah pulas." Lewi merapikan selimut Bella.

"Dia tertidur dengan sangat pulas, kalau Loye datang dan Bella masih belum bangun, bagaimana aku bisa pulang? Aku sangat tidak enak membangunkannya. Apalagi mungkin nanti malam, dia masih akan menjaga ibunya," gumam Lewi. Kini dia menjadi dilema.

Setalah beberapa menit menunggu sambil menatap Bella yang tertidur, sebuah suara memecahkan keheningan. Lewi terkejut, dia mengira ponselnya yang berbunyi. Buru-buru ia melihat ponselnya, dan tidak ada apa pun di sana.

Saat itu, dari ranjang ada sebuah gerakan. Rupanya Bella yang sudah bangun dan bunyi suara tadi adalah sebuah alarm yang berasal dari ponsel Arabella dan saat ini gadis itu sedang mengangkat tangannya untuk mematikan alarm itu. Ketika dia hampir duduk, matanya melihat Lewi yang duduk di samping ranjang. Arabella terkejut melihat orang lain ada di rumahnya. Butuh beberapa saat baginya untuk menyadari situasi saat ini, barulah dia berkata, "Nenek...."

"Maafkan aku sudah membuatmu terkejut." Lewi sungguh malu dan dia sudah tidak punya muka lagi di hadapan Arabella. Agar tidak membuat Arabella berpikiran yang bukan-bukan, dengan cepat Lewi menjelaskan, "Begini, ponselku telah terisi sedikit baterai. Begitu aku menghidupkannya, cucuku yang nakal itu langsung menelepon. Lalu dia akan tiba di sini sebentar lagi. Tadi Nenek ingin pamit padamu, tapi karena melihatmu tidur, tidak tega membangunkanmu, barulah aku duduk di sini. Sungguh maaf jika aku lancang." Dari seluruh wajah Lewi, nenek tua itu menampilkan rasa penyesalan.

"Ah, tidak, tidak, tidak perlu minta maaf, Nenek. Sungguh, tidak masalah." Dia sungguh tidak enak melihat ekspresi wanita tua itu. Membuat hatinya ikut terasa sakit.

Kelihatannya Lewi masih belum tenang, meskipun Bella sudah mengatakan kalau dirinya tidak keberatan dengan itu. Untuk menenangkannya, Bella bergeser pelan dan memeluk Lewi. "Nenek tidak perlu merasa bersalah. Anda tidak melakukan kesalahan apa pun. Memangnya apa salahnya jika Anda berada di sini? Bahkan jika Anda ingin tidur di sini denganku, juga tidak masalah. Justru yang akan jadi masalah adalah, ketika Anda pergi tapi tanpa mengatakan apa pun padaku. Aku mungkin akan sangat kesal padamu kalau melakukan hal itu."

Ketika Bella mengatakan, 'bahkan jika Anda ingin tidur di sini denganku, juga bukan masalah', Lewi sudah tidak mendengarkan kelanjutan ucapan Arabella yang lainnya. Kalimat itulah yang paling menarik di hatinya.

"Benarkah? Benarkah kau tidak masalah kalau aku tidur di sini? Apakah itu tidak membuatmu tidak nyaman?" tanya Lewi dengan mata yang berbinar-binar.

avataravatar
Next chapter