1 Terpaksa

"Sudah pukul 14:00 di mana calon mempelai wanita nya?"

Warna emas sangat identik dengan kemewahan, sedangkan warna putih adalah lambang kesucian dan sakral sehingga kalau keduanya digabungkan akan menjadi kombinasi warna yang sangat cocok untuk menggambarkan dua hati yang tengah berbahagia.

Lalu apa jadinya jika ternyata kebahagiaan yang di impikan justru berubah menjadi kebencian, tamu undangan yang hadir mulai bertanya tentang pengantin wanita yang tidak juga muncul sampai saat ini. Banyak tamu mulai kasak-kusuk, bahkan mulai terdengar bisik-bisik yang membuat keluarga seakan tersudut.

Waktu terus berjalan, tidak ada tanda-tanda calon mempelai wanita akan datang. Sampai akhirnya tamu mulai berpamitan pulang, tetapi hal yang tidak terduga justru terjadi.

"Adam, pernikahan ini harus tetap berlanjut!" seorang pria paruh baya mulai berbisik pada putranya.

Adam terdiam, wajahnya memandang tamu undangan yang hadir. Mulai dari teman sejawat sampai rekam bisnis orang tuanya. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaan di kepala seorang Adam. Dokter ahli kandungan itu bingung dengan siapa akan menikah.

Seorang wanita tengah menata minuman pada meja tamu undangan. Namun, tiba-tiba tangannya di tarik. Sehingga dengan tidak siap ia berjalan berlenggak-lenggok mengikuti wanita tersebut, sampai akhirnya ia di bawa kesebuah ruangan.

"Nyonya?"

Kinan terdiam, ada banyak pasang mata yang kini menatap dirinya. Kinan bergidik ngeri, bahkan ia merasa semua pandangan itu terlihat begitu menyeramkan. Tubuhnya semakin bergetar, kedua tangan saling meremas dengan peluh yang mulai meluncur. Ia seperti seorang maling yang tertangkap basah saat sedang mencuri, lalu akan segera mendapatkan hukuman.

"Nyonya, Tuan," Kinan berusaha untuk tetap tenang, akan tetapi terlalu sulit. Bahkan untuk menatap mata majikannya saja ia tidak berani.

Agatha Sanjaya, seorang pengusaha sukses dengan perusahan raksasa. Dia memiliki dua orang anak, Hanna Agatha Sanjaya dan Adam Agatha Sanjaya. Tubuhnya tidak lagi muda, akan tetapi masih terlihat gagah. Bahkan mata elangnya masih menatap Kinan dengan begitu dingin.

"Kinan, kau sudah bekerja cukup lama dengan keluarga ini bukan?" tanya seorang wanita paruh baya, wanita tersebut bernama Sarah.

"I.....iya Nyonya besar," Kinan gemetaran, bahkan suaranya terbata-bata, perasaan nya mulai tidak enak. Merasa ada yang tidak beres, lantas apakah hal yang akan selanjutnya ia dengar.

"Kau yang akan menjadi pengantin wanitanya!"

Deg.

Jantung Kinan berdegup kencang, matanya menatap seorang pria yang duduk di salah satu sofa yang tersusun rapi. Wajah pria tersebut terlihat sangat dingin, bahkan untuk tersenyum saja terlihat irit. Lantas bagaimana bisa ia akan menikah dengan pria seperti itu. Suasana yang biasa nyaman seakan berubah menegangkan, Kinan membuang pandangannya ke arah lain saat mata elang itu menatapnya.

"Nyonya saya..."

Kinan tidak bisa lagi berbicara saat tatapan Agatha Sanjaya begitu menusuknya, ia mendadak terdiam. Mengingat kedua majikannya selama ini sangat baik, bahkan ia selama ini di gaji dengan cukup besar. Bertambah lagi dengan pengobatan ibunya yang menghabiskan banyak biaya selama ini. Kinan mengerti posisi majikannya saat ini, dengan terpaksa ia mengangguk lemah.

Gaun putih dan juga indah terpakai pada tubuh Kinan, ia duduk di samping Adam. Sesaat kemudian namanya terdengar, dengan wali hakim yang menikahkan mereka.

Sah!

Satu kata yang mengubah kehidupan Kinan seketika, bagaikan mimpi buruk saat tertidur pulas. Menikah dengan majikannya sendiri, adalah hal di luar dugaan Kinan.

Terlahir dari keluarga miskin bukan berarti Kinan haus akan kekayaan, menurutnya cinta yang utama. Lalu apa jadinya jika kini ia sudah resmi menyandang status sebagai istri seorang Adam Agatha Sanjaya, dokter spesialis kandungan berasal dari keluarga konglomerat. Tidak menampik jika selama hidup ia butuh uang, akan tetapi ia juga tidak ingin hidup dalam kekayaan namun, tidak ada cinta di dalamnya.

"Jangan pernah berharap lebih!"

Kinan duduk di sisi ranjang, menatap kamar pengantin yang begitu indah. Sprei putih dengan bunga yang bertaburan di atasnya, bahkan ia sendiri yang membersihkan kamar itu pagi tadi. Lalu saat ini ternyata malah ia yang menempatinya, sungguh di luar akal sehat.

"Apa kau mendengar ku?!"

Adam berdiri di depan cermin, matanya menatap Kinan dari pantulan cermin yang jelas.

Tujuannya datang ke kota untuk mencari uang demi pengobatan ibunya di kampung, tetapi siapa yang akan menyangka jika ia akan menikah dengan majikannya sendiri.

Adam terdiam sejenak, masih belum bisa menerima jika kini Kinan yang menjadi istrinya. Pernikahan yang sudah di siapkan dengan sangat baik sesuai keinginan Dea kini berubah menjadi pernikahannya bersama seorang pembantu yang bekerja padanya.

"Tidak ada kontak pisik, tidak ada tidur satu ranjang, kau bebas berhubungan dengan siapapun, begitu juga dengan ku, sampai waktu yang belum pasti kita akan berpisah!"

Kinan langsung berdiri, ia terkejut dengan kata-kata Adam. Baru saja beberapa saat lalu ia di nikahi tapi Adam sudah berkata demikian, bahkan seakan ia yang memaksa Adam menikah dengannya.

"Kenapa?!"

Adam menatap raut wajah keterkejutan Kinan dari pantulan cermin.

Kinan menggeleng, dalam hati kecilnya Adam sangat keterlaluan. Padahal ia sudah menolong Adam dan keluarnya, tapi malah semua seakan berbalik. Kinan tidak mengharapkan kata terima kasih dari bibir Adam, hanya saja ia ingin sedikit di hargai sebagai seorang yang sudah rela menjadi pengantin pengganti. Namun, tanpaknya hati Adam saat ini sedang termakan emosi.

"Tidak usah takut, kau akan mendapatkan uang! Kemewahan yang tidak pernah kau dapatkan!" papar Adam lagi.

Kata yang pelan dan lembut, tetap sangat menusuk sampai di ulu hati. Mungkin bagi Adam, Kinan hanyalah sebuah parasit yang tidak berguna. Sehingga dengan mudahnya kata-kata menyakitkan itu keluar dari bibir Adam.

"Iya Tuan, saya mengerti!" jawab Kinan.

"Kembali ke kamar mu!"

Tidak ingin tidur satu ranjang bahkan satu ruangan bersama dengan Kinan, Adam terang-terangan meminta keluar dari kamarnya.

Suatu hal yang lagi-lagi mengejutkan Kinan, menikah dengan terpaksa. Tadi ia di bawa ke kamar tersebut, lalu sekarang di usir dengan begitu saja.

"Kau keberatan?" tanya Adam sambil menaikan sebelah alis matanya. Lalu ia berbaik dan menatap Kinan langsung, "Kalau kau mau kau boleh mencari kamar yang lebih baik dari kamar mu yang sekarang, posisi mu sekarang Nyonya Adam Agatha Sanjaya!" tutur Adam dengan angkuhnya.

"Iya Tuan tentu saja," jawab Kinan.

Adam semakin merasa berada di atas angin, karena Kinan memanglah wanita miskin yang haus akan harta, "Bagus!"

Kinan mulai menatap arah pintu yang tertutup rapat, ia tersenyum sinis, "Kau akan berlutut di kaki ku, setelah itu barulah kau akan aku tinggalkan!" gumam Kinan dengan senyuman penuh misteri.

avataravatar
Next chapter