webnovel

Pembantu dan Majikan

Sarah merasa tidak salah melihat, dari kejauhan ia melihat Kinanti sedang membersihkan sisa-sisa pesta kemarin. Karena tidak ingin terus merasa penasaran, kakinya memutuskan untuk berjalan ke sana. Menghampiri seorang wanita yang sudah menjadi Nyonya Adam Agatha Sanjaya dadakan, dengan gerakan cepat Sarah mengambil alih sapu yang tengah di gunakan Kinanti untuk membersihkan sekeliling nya.

Kinanti terkejut, seketika tubuhnya berdiri tegak lalu melihat Sarah yang memegang sapu lidi di tangannya. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di otak Kinanti, apakah ada kesalahan yang di lakukan hingga Sarah terlihat begitu marah pada dirinya. Namun, Kinanti merasa semua berjalan dengan baik tanpa ada masalah. Apa lagi untuk kesalahan sama sekali tidak ada, lalu apa yang membuat Sarah memasang wajah marah di hadapannya.

"Kenapa kau menyapu?"

Pertanyaan itu muncul dari mulut Sarah, perlahan ia membuang sapu di tangannya hingga tergeletak asal di atas rerumputan. Taman yang terletak di belakang rumah terlihat cukup berantakan akibat acara pesta kemarin hari, Bahkan banyak pekerjaan yang tengah membersihkannya. Lalu mengapa Kinanti juga ikut membesarkannya.

Kinanti masih berada dalam kebingungannya, bukankah menyapu adalah pekerjaannya. Lalu selama ini juga ia yang membersihkan semua itu, apa lagi mengurus dua anak kecil bernama Davina Agatha Sanjaya dan Derren Agatha Sanjaya keponakan dari Adam Agatha Sanjaya.

"Nyonya, apa saya melakukan kesalahan?" tanya Kinanti dengan rasa segan.

"Iya!"

Kinanti terkejut, merasa bingung kesalahan yang di maksud oleh sang majikan, "Kesalahan apa Nyonya?" Kinanti memberanikan diri untuk bertanya, sebab masih merasa tidak memiliki kesalahan. Hingga berharap kini hanya sebuah kesalahpahaman dan dengan sedikit penjelasan semua akan baik-baik saja.

"Kenapa kau membereskan semua ini!"

Sarah menunjuk sekiranya, kemudian kembali menatap Kinanti. Napas memburu seakan menandakan kemarahan yang begitu besar.

"Memang ini pekerjaan saya Nyonya," jawab Kinanti dengan polosnya.

"Ya ampun, anak ini," Sarah mendesus, kemudian tangannya menarik lengan Kinanti dan membawanya masuk kedalam rumah. Semua pekerja sudah di kumpukan di ruang makan, semua tertunduk saat berhadapan dengan Sarah, "Semua dengar baik-baik!" mata Sarah melihat kearah pekerjannya, sambil sejenak menjeda ucapannya, "Mulai hati ini Kinanti bukan lagi pembantu di rumah ini, kalian paham?!"

"Paham Nyonya."

"Paham Nyonya."

Tidak ada yang berani berbicara apalagi menyela apa yang dikatakan oleh Sarah, meskipun ada yang iri pada Kinanti tetapi tidak ada yang bisa berkata apa lagi menentang perkataan majikan mereka.

"Kau dengar itu Kinanti!" ujar Sarah menatap menantu dadakannya.

Kinanti terperangah melihat wajah Sarah, semudah itukah kini kehidupannya. Satu kalimat yang di ucapkan oleh Adam kini benar-benar mengubah hidupnya begitu jauh.

***

Agatha Sanjaya seorang Ayah yang sangat bertanggung jawab kepada istri dan juga anak-anak nya. Begitu juga kali ini, semua duduk di ruang keluarga dengan diam menantikannya untuk berbicara.

Hanna Agatha Sanjaya sebagai Kakak sulung duduk di samping suaminya Devan Arsielo Anderson. Sedangkan Sarah duduk di samping Kinanti, pembantu yang dulu bekerja untuknya sudah resmi menjadi anggota keluarga. Sedangkan Adam duduk pada sofa lainnya. Wajah dinginnya terlihat jelas.

"Adam, kau tahu posisi mu?" Agatha Sanjaya mulai berbicara, tidak ingin anaknya terus menganggap Kinanti sebagai seorang pembantu terus-menerus.

Adam menatap Kinanti, kemudian ia menatap Agatha Sanjaya. Apa yang bisa dikatakan oleh Adam saat ini, menikahi Kinanti bukanlah sesuatu yang diinginkan. Perasaan kecewa masih begitu terasa, karena Dea yang tidak hadir di hari pernikahan mereka.

"Kau dan Kinanti sekarang sudah menjadi suami istri, hargai dia sebagai istri!" tegas Agatha Sanjaya.

Kinanti hanya diam, mengingat apa yang dikatakan oleh Adam tadi malam. Mereka akan bercerai sampai waktunya nanti, lalu apa yang di harapkan dari pernikahan tersebut. Akan tetapi Kinanti hanya diam tanpa bisa menjawab apapun.

"Jangan pernah berharap lebih!"

Lagi-lagi kalimat itu yang keluar dari mulut Adam.

Kinanti yang tengah membereskan barang-barang miliknya hanya diam, tangannya sibuk merapikan pakaian miliknya yang baru saja di bawa oleh Sarah ke kamar Adam. Mulai detik ini kamar Adam adalah kamarnya juga, walaupun sebenarnya Kinanti jauh lebih suka tidur di kamar pembantu. Kamar kecil. Namun, cukup membuatnya tenang saat melepas lelah bekerja.

"Apa kau mendengar nya?" Adam tidak suka di acuhkan, apalagi Kinanti yang terlihat hanya diam setiap kali ia berbicara.

Kinanti merasa semua pakaian murahannya sudah masuk kedalam lemari, setelah itu menutup dan berbalik menatap Adam.

"Saya mendengarnya tuan," jawab Kinanti.

"Menikah hanya sebuah status! Tidak ada yang istimewa, kau dan aku tidak ada hak melarang satu sama lainnya!" ujar Adam, "Paham!" tegas Adam.

Kinanti mengangguk lemah, sangat mengerti dengan peringatan yang diberikan oleh Adam tanpa bantahan.

"Kita memiliki jarak seperti biasanya, seperti pembantu dan majikan, kau harus tahu diri!" papar Adam lagi.

"Maaf tuan Adam Agatha Sanjaya, saya mengerti posisi saya sebagai seorang pembantu, tapi tolong jaga kata-kata anda!" Kinanti menatap wajah Adam dengan tajam bahkan dengan menantang Adam, "Kalau saya tidak bersedia menikah dengan anda, bukan hanya anda yang malu tapi keluarga besar anda juga, tolong ingat itu!" Kinanti menarik napas panjang dan menghembuskannya kembali, kemudian ia melangkah melewati Adam.

Adam langsung berdiri di hadapan Kinanti, menghentikan langkah yang ingin keluar. Tatapan mata keduanya bertemu dengan tatapan permusuhan, tanpa ada yang ingin mengalah.

"Apa kau pikir kau hebat!" Adam merasa terhina karena Kinanti berani berbicara keras padanya, bahkan menurut Adam itu sangat tidak pantas.

Kinanti membuang pandangannya ke arah lain, ingin sekali kedua tangannya mencongkel kedua bola mata Adam. Manusia yang tidak tahu terima kasih itu sangat membuatnya kesal.

"Tatap aku, aku hanya babu!" Adam mengeratkan rahang, dan nenatap Kinanti dengan sinis.

"Iya, terima kasih atas hinaannya tuan Adam Agatha Sanjaya," Kinanti mendongak menatap manik mata Adam, matanya terlihat berkaca-kaca saat menatap Adam, "Tapi orang yang kau hina ini sekarang istri mu!"

Adam tersenyum miring, menurutnya Kinanti sudah sangat lancang. Sejak dulu sampai saat ini Adam tidak pernah menyukai Kinanti, "Hanya istri sementara," Adam mengeluarkan dompet dari dalam saku celananya, mengambil beberapa kertas berharga dengan nominal rupiah yang cukup besar. Sebelah tangan kirinya mengambil tangan kanan Kinanti yang menggantung, dan tangan sebelah kanannya meletakan uang di atas tangan Kinanti, "Kau hanya perlu menurut pada ku!"

Kinanti mengambil memegang nya namun, ia melemparnya pada wajah Adam. Kinanti memang wanita kampung dan miskin, akan tetapi harga diri baginya adalah hal yang utama.

"Saya tidak tahu salah saya apa Tuan, saya tidak tahu mengapa anda seakan menjadikan saya sebagai sasaran kemarahan anda! Saya sudah menolong anda tuan, tidakkah anda paham dengan itu!" tegas Kinanti.

Mohon bimbingannya kalau ada yang salah, silahkan tulis di komentar ya. Jangan lupa dukungan nya, saya penulis baru di sini dan masih miskin ilmu juga.

Ipak_Munthecreators' thoughts