8 Kerberos

"Ayah, sepertinya ada wizard nakal yang berulah," celatukku sambil menyuap sup dan beberapa potong wortel. Memanggil orang asing yang semua orang bilang sebagai ayah, sedikit terasa aneh, "Dia sepertinya memantrai Marionette dan membuatnya mengejarku," Ayah tidak menjawab, beliau hanya mendengarkan sambil menikmati makannya,

"Aku melihat dia datang ke rumahku dan aku tahu yang bisa melakukannya hanya para wizard, bukan?" masih tidak ada respon darinya, "Kalian para penyihir selalu membawa sial, membuat ulah dan kemudian tidak bertanggung jawab," aku seperti sedang menggerutu sendiri, "Aku tahu, kalian memang berbeda. Tapi, bukan seperti itu cara kalian hidup bersama dengan kami," aku meletakkan sendok ku, nafsu makanku tiba-tiba berkurang, "Lihat, apa yang teman ayah lakukan pada Zie! Kalian membuatku trauma seumur hidup".

Ayah menghentikan makannya, beliau meletakkan sendok dan menatapku, "Tha, ayahmu sudah minta maaf berulang kali. Apalagi yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahannya?," ucapnya terdengar tulus.

"Gigi dibalas dengan gigi, darah dibalas dengan darah," jawabku mantap. Ayah terdiam tidak memberikan jawaban, "Aku tahu, marionette itu teman ayah yang mengirimnya, entah apa maksudnya," hening, kata-kataku ditelan bisu,

"Teman-temanku bukan mainan, kami bukan manusia yang bisa dipermainkan sesuka kalian. Hanya karena kami tak berdaya, lalu kalian bisa memainkan seenaknya?. Aku tahu, peluru itu adalah ketidaksengajaan saat teman ayah bermain-main dengan sihirnya," tanpa sadar, suaraku sedikit meninggi. Dan beliau masih diam, mendengarkan aku yang mulai terbawa emosi, "Ayah, Zie-ku bukan mainan, begitu juga teman-teman yang aku miliki sekarang".

Ayahku terlalu takut dengan kelompoknya, hingga akhirnya dia memilih meninggalkan aku dan ibuku. Ayah bukan seorang wizard murni, beliau mewarisi darah campuran.

Bisa dikatakan ayah bukan wizard karena tidak dapat menggunakan sihir sama sekali, namun darah penyihir dari nenekku yang membebaninya, hingga harus terus mengabdi di kelompoknya.

"Tha, ayah rasa kali ini bukan Antonie yang berulah," ucapnya pelan, "Dia sudah meninggal 5 tahun lalu, karena bunuh diri, " jelas beliau.

Aku terkejut, sekaligus bingung saat mendengarnya, "Bunuh diri?" tanyaku.

Ayah menganggukkan kepalanya, "Dia harus menjalani hukuman karena kesalahan yang dia buat. Sebelum waktu hukuman ditentukan, dia justru memilih untuk bunuh diri," kurasakan tangan besar beliau menepuk pundakku, "Kamu tidak harus membalas dendam atau apapun, Tuhan memiliki cara untuk melakukannya. Jangan membebani hidupmu dengan hal yang tidak seharusnya," nasihatnya bijak.

Aku masih dilanda rasa terkejut, "Lalu, marionette itu?," aku bertanya dengan nada bingung.

Ayah tidak menjawab pertanyaanku, beliau memilih melanjutkan acara makannya.

Pagi itu, aku mendengar seseorang sedang berbicara dengan ayah di ruang tamu. Awalnya, aku mengabaikannya dan memilih pergi ke dapur untuk mengambil air. Saat aku kembali, ayah masih berbicara dengan seseorang tapi tidak ada siapapun di sana, hanya seekor anjing putih.

Aku segera menghentikan langkahku untuk kembali ke kamar. Saat itu, aku baru sadar bahwa anjing putih itu adalah hewan yang sama, yang biasa datang ke rumahku. Kaget, takut dan bingung, memikirkan bagaimana cara makhluk itu sampai di sini.

Ayah memintaku duduk, sementara hewan berkaki empat itu masih terus memperhatikanku, "Apa dia bisa bicara?," aku melihat ayahku mengangguk, "Dia yang biasa datang ke rumahku," sebelumnya, aku memang belum pernah mengatakan pada beliau bahwa selain marionette yang mengikutiku, ada seekor anjing putih yang selalu datang ke rumah, "Anjing ini yang biasa datang ke rumah. Aku merasa dia juga sudah mengikutiku sejak aku di rumah lama," ucapku gugup dan takut.

"Saya minta maaf telah mengikuti anda selama ini yang mungkin merasa terganggu," ucap anjing itu dengan sopan.

Aku melihat hewan itu seolah tak percaya, saat dia mulai berbicara layaknya manusia.

"Tha, dia adalah jelmaan Kerberos, dia datang dari dunia bawah," jelas ayah dengan tenang.

"Nona, saya datang kesini tidak memiliki maksud jahat sama sekali kepada nona. Saya datang hanya untuk menjemput roh manusia yang belum kembali," Kerberos turun dari kursinya dan berjalan mendekatiku,

"Saya kehilangan 1 roh yang sedang saya cari saat ini, sudah cukup lama. Saya mencarinya karena saya berfikir, mungkin saja roh ini tersesat atau ada yang menghambatnya untuk sampai ke alam roh. Tapi kenyataanya sampai hari ini, roh itu belum dapat saya bawa pulang," hewan berbulu putih itu duduk di dekat kakiku dan aku pun memilih bersila di lantai, di sampingnya.

Aku masih tak mengerti, "Apa maksudmu?," tanyaku.

"Nona, jika jumlah orang yang meninggal 10 maka harusnya ada 10 roh yang datang ke alam roh yang saya jaga. Tapi, saat saya kehilangan roh ini, jumlah roh yang datang kurang satu dari jumlah orang yang meninggal di dunia. Saya sudah mencarinya, tapi saya tidak juga menemukannya. Suatu hari, saya mengetahui bahwa roh itu ada di rumah si pengrajin kayu. Tapi saat saya periksa, saya tidak menemukannya," Kerberos terlihat sedih, "Saya tahu roh itu ada di rumah tersebut, tapi saya tidak dapat mengetahui di mana tepatnya roh itu berada. Awalnya, saya hanya menduga roh ini dilindungi sihir atau semacamnya, sehingga saya kesulitan membawanya pulang".

"Lalu, kenapa kamu mengikutiku?," apakah mungkin roh yang dia cari adalah aku? batinku.

"Roh itu awalnya diam di suatu tempat yang belum saya ketahui di rumah itu, tapi saat nona kesana, tiba-tiba roh itu bergerak dan keluar dari tempat tersebut. Hal ini membuat saya lebih mudah mengetahui dimana roh itu berada. Saya berpikir bahwa mungkin dia tertarik dengan nona. Ternyata dugaan saya benar, roh itu selalu mengikuti nona. Karena itulah, sekarang saya juga ada disini. Saya berpikir, cepat atau lambat roh itu akan menyusul kesini," kali ini, Kerberos menjelaskannya dengan ekspresi yang begitu datar.

Aku dan ayahku hanya bisa berpandangan satu sama lain kebingungan, "Nona, roh itu berdiam pada salah satu marionette yang ada di rumah itu. Karena itulah, selama ini, saya kesulitan untuk menemukannya. Ada sihir hitam yang menyelimuti boneka itu. Saya tidak dapat mengatakan apakah sihir itu akan berbahaya atau tidak,".

"Apa kamu tidak bisa membawa roh itu ke dunia bawah sekarang?," tanyaku, ingin tahu, "Maksudku, bukankah tidak seharusnya roh itu ada disini?,".

"Saya tidak bisa melakukannya, sihir di boneka itu sangat kuat. Yang bisa saya lakukan hanya menunggu sampai sihir itu melemah. Maka, roh tersebut akan terpisah sendiri dengan marionette itu. Dan saat itu, tugas saya untuk membawanya ke alam bawah. Bisa dikatakan, sekarang roh itu memiliki tubuh seperti manusia yang hidup dan saya tidak dapat membawa pulang roh yang belum terpisah dari tubuhnya,".

avataravatar
Next chapter