2 Niken fallin in love

Rabu, 06 April.

Di ruangan kelas, setelah tiga hari yang lalu. Saat semua sudah kembali normal.

Niken yang sudah sembuh dari sakit sebab insiden tiga hari lalu, kini ia terlihat lebih segar dan sepertinya sedang berbunga-bunga, sampai Stella yang asyik mengerjakan tugas bisa terganggu dengan rona wajah Niken saat itu, pink flower lebih tepatnya!

Sedangkan Lulu? yah ia sedari pagi hanya sibuk memakai kutek, tentu tidak akan menyadari hal sesederhana itu.

Menyaksikan Niken terus tersenyum, Stella jadi penasaran--ingin sekali tahu alasannya kenapa--hingga Stella putuskan untuķ menanyakan hal itu.

Berpindah dari kursinya ke kursi yang diduduki Niken, "Lo kenapa, kesurupan, huh ?" Stella mencubit sedikit pergelangan tangan Niken biar ia sadar kalo sekarang, ia sibuk menerawang keatas, menatap serius fentilasi kelas.

"Untuk apa coba, apa bagusnya itu?" gumam stella sembari ikut menatap sekilas fentilasi kelas. Lalu Stella berpaling kembali menatap wajah Niken yang kini memerah bak udang rebus.

Memekik, kaget oleh Stella yang mencubitnya "Duh sakit Stell!" sembari mengelus bekas merah oleh ulah Stella, Niken menggeser sedikit bokongnya agar bokong milik Stella yang kini duduk sebangku dengannya dapat tertampung kursi.

Lagi, kursi yang sekecil itu dipaksa menampung bokong dua gadis yang memiliki ukuran lumayan gede.

"Bengongin Pak Eno, lo?" cibir Stella sembari tertawa geli.

Bergidik, ngeri. Jika Niken dituduh membayangkan Pak Eno, yang super menyebalkan itu "Ish enak aja" protesnya, lalu ia balas mencubit Stella lebih perih. Stella meringis dengan mata melotot. Niken terkekeh puas!

Sekali lagi tersenyum jail, sebelum akhirnya menjulurkan lidah, mengejek Stella " Rasain tuh, emang enak?" tukasnya.

Mendesis, Stella berpindah ke kursi sebelah, merasa kesempitan duduk sekursi berdua, "Awas lo!" ancamnya gak serius pastinya.

Seolah abai dengan perkara cubit-menyubit, Stella kembali menatap Niken lekat " Ada apa dengan wajah lo yang bersemu-semu itu Nik?" tanyanya menggoda Niken dengan menaik turunkan halisnya.

Niken tidak menjawab pertanyaan Stella melainkan ia berpura-pura sedang fokus pada ponselnya. Stella pun mendengus pasrah diabaikan oleh Niken.

"Ok fine!" ujar Niken.

Menit berikutnya, Stella dan Lulu kembali sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing, hingga Niken kembali meminta perhatian dari keduanya. Ia tersenyum malu menatap kedua sahabatnya itu.

"Ehh kalian masih ingat kejadian tiga hari lalu?" tanya Niken dengan wajah bersemu merah.

Luisa menengok kearah Niken seketika "Cafe setan itu ?" tanyanya yang mulai menyelesaikan kesibukan dengan tumpukan nail polish miliknya. Nalurinya menentang apa yang akan Niken bicarakan.

Stella dan Niken terkekeh mendengar apa yang dikatakan Lulu. Memang benar tempat itu menyimpan kenangan tersendiri, lucu sekaligus menyeramkan. Tapi, sebaiknya mereka harus berubah sedikit lebih hati-hati, setelah kejadian menyeramkan itu.

"Emang kenapa Nik, lo mau nraktir kita, di cafe itu lagi?" tanya Stella penasaran, wajahnya menjadi sedikit terlihat cemas. Matanyapun mulai mengerjap-ngerjab.

Dan Lulu yang mendengar Stella menanyakan hal itu, ia dengan sigap mendongak melihat Niken serius "Ogah gue mah!" tukasnya bersungu-sungut.

"Kalo iya, gimana.?" Jawab Niken dengan ekspresi wajah yang mulai terlihat berbeda, sangat serius.

Stella mengerutkan dahi, menatap sinis Niken "Masih waras kan, Nik?! " bentak Stella yang tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulut gadis yang hampir saja mati karena insiden di cafe setan itu.

Luisa ikut menghembuskan nafas kesal "Kalo lo mau pergi, pergi sendiri aja Nik. Yah, kan benarkan Stel ?" ucap Luisa ketus dan terus saja bersikukuh menolak. Ia bahkan sekarang mulai serius hingga membiarkan nail polishnya berantakan dimeja begitu saja.

Stella mengangguk pelan menyetujui usul Lulu.

"Gue kepikiran sama tu cowok Stell, dia pasti kuliah atau udah lulus kuliah, dia juga punya cafe. Dia cakep banget." terang Niken menjelaskan kesukaannya pada pria yang menolong mereka dari jeratan teman-teman punkersnya itu.

"Cynical mah cynical aja gak usah sok berubah." sindir Lulu pada Niken yang memang sadar benar kalo mereka bertiga memiliki julukan Trio Cynical.

"Agree!" tambah Stella lagi sambil memplototi Niken.

Sementara Niken terlihat mulai kesal "Pokoknya i want to back there titik!" tukasnya tidak mau kalah, ia juga bersikeras untuk tetap pergi.

Dan kini Niken dan Lulu semakin ingin beraduh argumen. Saling ngotot satu sama lain.

Stella menggelengkan kepala, heran dan mulai mencoba menenangkan, ia menatap Niken dan menyentuh pelan pundak Niken "Tapi Nik"

"Gak ada pokoknya gue harus balik ketempat itu!" belum selesai kalimat Stella, Niken sudah menimpalinya dengan tegas dan ngotot.

Stella bangkit dari kursi sembari menahan kekesalan yang mulai memenuhi dirinya "Jangan gila. Itu bukan tempat buat kita, anak SMA dan masih pengen hidup. Lagi lo kayak lupa aja sama hinaan lo buat anak punk itu." bentaknya.

Niken ikut bangkit menatap Stella "Bodoh amat Stell, gue pengen cabut kata-kata gue. Caci maki gue buat anak Punk. Gue bakal suka sama mereka mulai sekarang!" tuturnya.

Dan Lagi-lagi kalimat Niken membuat Stella dan Lulu shock!

Stella menghembuskan napas kesal "Gue gak bakal ikut kesana!" akhirnya itu yang diucapkannya, lalu kembali terduduk lemas. Stella semakin dibuat gusar oleh keinginan Niken yang aneh itu.

"Gue juga stell." Sambung Lulu dan ikut beralih duduk kesebalah Stella.

Wajah Niken memerah, hidungnya kembang kempis "Kalian jahat! Masa bantuin gue gak mau. Kita masih teman, kan??" Tanya Niken ketus lalu membuang tatapannya ke arah lain.

Stella semakin bingung harus berkata apalagi, supaya Niken mengerti maksudnya. "think again, please Nik" pintahnya.

"Gak ada yang perlu dipikirkan lagi, kita sudah sepakat sejak empat tahun lalu, kita akan selalu saling dukung, benar begitu, kan?" ucap Niken sembari menatap satu-persatu sahabatnya.

Ingin sekali rasanya Stella dan Luisa menjerit, ingin menolak permintaan konyol Niken, hanya saja mereka sadar kalo sekarang mereka bertiga sedang berada diruang kelas, jika mereka berteriak, satu sekolah bisa heboh.

Apalagi kalau mereka sampai tahu alasan kenapa mereka menjerit, bisa-bisa seluruh penjuru kelas heboh, dan tentu saja mereka tak ingin itu terjadi. Itulah akhirnya. Stella dan Luisa hanya bisa menatap Niken sembari menarik Nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya kuat.

Niken memelas " please, help Yoursist" bujuknya.

Luisa menggeleng.

Stella mendengus kesal "But not for tht Nik. You scaring me." tolaknya.

Niken tidak menyerah, Ia terus mencoba merayu kedua sahabatnya itu, ia sampai menggenggam erat kedua tangan sahabatnya "Ayolah stell, LuL, please." Pintahnya dengan wajah memelas.

"Bagimana kalo dia udah nikah atau udah punya pacar, huh ?" ucap Stella ragu.

"Makanya kita harus tahu dulu." ujar Niken.

Semakin lama berdebat, Niken semakin kekeuh. Stella mulai letih, Luisa apalagi. keduanya menjadi murung.

Niken menatap Stella "ok kan, setuju yah!" pintahnya lagi sembari meremas kuat jemari Stella.

Stella tidak menjawab, Ia hanya mengangguk pelan.

Niken bingung, apa maksud anggukan kepala Stella "itu maksudnya setuju?" tanyanya.

Stella kembali mengangguk.

Niken histeris, ia mulai berjingkrak-jingkrak kegirangan. "thankyu sis, with love" ucapnya kemudian mengecup kedua belah pipi Stella, Stella hanya menerima kecupan itu dengan wajah masam.

Saat Niken sibuk menggoda Stella dengan ciumannya, tiba-tiba terdengar suara batuk!

"Uhuk-uhuk" Luisa berdehem.

Niken dan Stella saling tatap. Lima detik kemudian keduanya tertawa.

Niken mendekat ke Luisa, lalu memeluknya erat "You too, with love!" ucapnya mengerti maksud Luysa pura-pura batuk.

Luisa memutar bola matanya malas "bilang aja, kalo emang gue gak penting!" sindirnya.

Niken tertawa lagi, ia bahkan semakin mengeratkan pelukannya "Stella sama lo beda, kalo lo, gue tau punya hati malaikat, jadi pasti bakal bantuin gue, apapun yg terjadi. Beda sama si Stella. Dia kalo udah A, yah A, gak bisa jadi B, apalagi C, lebih-lebih D, makanya itu gue umpan dia lebih dulu. Paham, kan?" begitu kata Niken berbisik ke Luisa. Luisa memicingkan mata, menatap ragu Niken.

"Bener kok, apa yang dikatakan Niken barusan" tambah Stella, menatap Lulu "Lo lebih manusiawi daripada kita berdua, maksudnya!" lanjut Stella lalu tertawa kecil.

Niken mengangguk, membenarkan kalimat Stella.

Luisa mengernyit, lama menimang-nimang entah apa yang ia ragukan pada kedua sahabatnya, padahal persahabatan mereka bukan baru sebulan atau setahun melainkan sudah berjalan hampir empat tahun. Waktu yang cukup lama bukan?

Lantas apa lagi yang bisa Luisa lakukan selain setuju dan percaya?

"Kull!" ucap Luisa akhirnya dengan bahasa korea, yang artinya, setuju atau baiklah.

Mendengar jawaban Luisa yang lucu, membuat Niken dan Stella terkekeh, keduanya saling tatap.

"The True Angel!" ucap Niken dan Stella kompak, lalu keduanya kembali tertawa.

Sedang Luisa hanya bengong, lama, sampai Niken menjitak pelan dahinya, "woy, sadar kaleee!" teriak Niken.

Luisa menjerit kaget, "Apaan sih, gue sadar kok!" ucapnya kesal.

Niken dan Stella menimpuk Lulu dengan tissue bergantian. Luisa tak tinggal diam, ia keluarkan semua tissue kotor dari dalam lacinya, lalu balas melempari keduanya.

Alhasil ketiganya bermandian tissue, dan setelah cukup lelah, ketiganya bersender ditembok kelas.

"Apa yang sudah kalian lakukan, kenapa kelas penuh tissue?" tanya seseorang yang barusaja masuk, dan seseorang itu Ialah ibu guru yang akan mengajar dikelas.

Ketiganya terperanjat, kaget. Melihat kehadiran ibu guru ditengah kelas yang hampir seluruh lantainya dipenuhi oleh tissue. Pasti mereka akan terkena hukuman.

"Segera bereskan, ibu beri waktu lima menit" ucap ibu guru itu ketika menyaksikan penampakan kelas yang dipenuhi banyak tissue berserakan dilantai.

Ketiganya mengangguk kuat, lalu dengan cepat bergerak, satu-persatu mulai memunguti tissue yang berserakan dilantai.

Setelah bersih ketiganya menghadap ibu guru di meja nya, ketiganya memberi laporan, yang diterima dengan anggukan lalu menyuruh ketiganya segera kembali ke bangkunya masing-masing.

Ibu guru itu terlihat heran dengan kelakuan ketiga muridnya.

"Jangan lupa pintunya sudah boleh dibuka" ujar ibu guru itu lagi, sebelum ketiganya beranjak kembali ke bangkunya.

Dan Stella yang mengambil alih tugas membuka Pintu, sementara Niken dan Lulu langsung kembali ke bangkunya masing-masing.

Bell berdering tiga kali, waktu istrahat usai. Suara riuhan murid-murid mulai terdengar. Semua memasuki ruangan kelas.

Setelah memastikan semua murid sudah hadir, ibu guru mengambil alih kelas.

Memulai pelajaran!

Empat puluh lima menit waktu berlalu, ibu guru mengakhiri kelas. Memberi salam, lalu melenggang keluar meninggalkan kelas.

Niken menghampiri meja Stella dan Luisa. Niken memang duduk dibarisan ketiga dari depan. Ia tidak duduk bersama dua sahabatnya. Itu karena peraturan yang mengharuskan mereka bertiga duduk terpisah.

Sebab, sewaktu duduk berdekatan, mereka selalu brisik, dan salah satu guru yang mengidolakan Stella merasa keberatan, dan tidak suka kalau Niken dan Luysa duduk bertiga dengan Stella, karena pikirnya itu bisa menggangu konsentrasi Stella.

Itulah alasan mengapa Niken diberi bangku dibarisan ketiga, sedang Luysa duduk dibarisan kedua. Namun, karena Luisa meminta untuk tetap duduk sebangku dengan Stella, dengan syarat ia akan fokus belajar dan tidak menggangu Stella, akhirnya ia diijinkan untuk tetap sebangku dengan Stella.

Luysa tentu senang, sedang Niken hanya bisa pasrah, lagipula Niken juga tahu mereka hanya terpisah bangku saat belajar saja, kalau sudah kelas diskusi dan lainnya mereka malah selalu duduk bertiga, jadi untuk apa pusing kata Niken.

"Jadi malam ini yah kesana!" ucap Niken sembari duduk.

"Iya iya malam ini! " jawab Stella.

"Apasih diingetin mulu, kek kita udah tua aja, kang Lupa!" sindir Luysa ke Niken.

Niken hanya nyengir. "Yah kan sekedar mengingatkan Sist!" ucapnya.

Yah terpaksa, Stella dan Luysa mengiyakan keinginan Niken, lagipula dengan nada suara Niken yang terus menjulang tinggi tadi, itu menandakan bahwa Niken sudah mantap dengan niatnya. Ia bahkan sepertinya sudah mengetok palu untuk itu. Maka mau gak mau, suka gak suka, mereka harus ikut keputusan Niken.

Dan sesuai planning Niken, dan disetujui Stella juga Luysa, malam ini mereka akan kembali ke cafe itu.

***

Dan Sebelum akhirnya Niken menjemput. Stella yang sedang duduk santai, menunggu diteras rumah, mendadak bangkit dari kursinya, ia tercengang melihat sosok yang sudah lama sekali tidak ia Lihat. Entah sibuk apa!

Yah sosok itu adalah Galih. Dia Kekasih Stella, Stella jadian dengannya, dua bulan lalu, dua bulan sebelum insiden divorce ortunya.

Dan selama dua bulan itu, Stella cuman sesekali ketemu dia. Dihitung dalam dua bulan, mungkin bersihnya cuman sekitar sepuluh hari Stella jalan bareng dia. Itupun cuman antar jemput Stella bak supir grab yang ontime, atau shopping berempat dengan Niken dan Luysa.

Pernah sekali ngajak Stella nonton, yah modus awal PDKT, trus udah gak ada lagi, emang karena Stella juga yang terlalu sibuk, Mungkin!

Oh ya Dia anak SMA trisakti. Beda sekolah sama Stella. Stella ketemu dia waktu acara prom night kelas XII. Waktu itu Stella jadi panitia OSIS sekaligus seksi acara promnight. Sedang dia, hadir disitu sebagai partner kaka kelasnya. Mungkin mantannya.

Stella sengaja menerima pengakuan sukanya, karena dia lumayan ok. Apalagi buat mencari tahu sesuatu disekolahnya.

Stella memang memiliki kebiasaan yang unik, yaitu mendekati siapapun yang bisa memberikannya keberuntungan. seperti Galih contohnya!

Galih yang merupakan the most wanted di Trisakti dan juga merupakan Calon pewaris tunggal di Perusahaan properti milik Orangtuanya.

Itulah alasan kenapa Galih sangat prioritas buat Stella!

Dan balik ke malam ini. Dia kenapa mendadak muncul tanpa memberi kabar sebelumnya????

****

avataravatar
Next chapter